Breaking News
Loading...

 Iran dan Syiah: Apakah Mereka Benar-Benar Membela Islam?


Syiahindonesia.com
– Iran sering kali digambarkan sebagai benteng pertahanan umat Islam, terutama oleh para pendukung Syiah. Negara ini berperan penting dalam geopolitik Timur Tengah dan telah menjadi pusat utama dari penyebaran ajaran Syiah di dunia. Iran bahkan menyatakan diri sebagai pembela hak-hak umat Islam, khususnya yang beraliran Syiah. Namun, benarkah Iran dan Syiah benar-benar membela Islam dalam pengertian yang lebih luas, atau justru mereka telah menyimpang dari ajaran Islam yang murni? Untuk memahami hal ini, kita perlu menelusuri sejarah, kebijakan, dan agenda-agenda politik yang dikeluarkan oleh pemerintah Iran.


1. Sejarah Iran: Dari Kekaisaran Persia ke Republik Syiah

Sebelum membahas lebih jauh, kita harus melihat latar belakang sejarah Iran. Pada abad ke-16, Persia (sekarang Iran) mengadopsi Syiah sebagai agama resmi negara di bawah dinasti Safawi. Ini adalah titik awal yang penting karena sejak saat itu, Syiah berkembang pesat di Iran, mengalahkan pengaruh Sunni yang dominan di dunia Islam pada masa itu.

Setelah revolusi Islam Iran pada tahun 1979, Iran berubah menjadi negara republik yang berlandaskan pada hukum Syiah. Ayatollah Khomeini, pemimpin revolusi, mendirikan konsep "Wilayat al-Faqih" (Kepemimpinan Faqih), yang meletakkan kekuasaan politik di tangan seorang ulama Syiah.

Dampaknya:

  • Iran menjadi negara yang dipimpin oleh paham Syiah secara mutlak

  • Konsep Wilayat al-Faqih mengubah Iran menjadi negara teokrasi yang sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran Syiah ekstrem


2. Iran dan Pengaruhnya terhadap Dunia Islam

Iran memiliki pengaruh yang besar dalam dunia Islam, terutama di negara-negara dengan populasi Syiah yang signifikan. Iran menyebarkan ideologi Syiah melalui berbagai cara, termasuk pendanaan dan dukungan militer. Negara-negara seperti Irak, Suriah, Yaman, dan Lebanon telah menerima banyak dukungan dari Iran, baik dalam bentuk dana, pelatihan, hingga pasukan militer.

Namun, di balik bantuan tersebut, terdapat agenda terselubung untuk mengubah tatanan politik di negara-negara ini, menggantikan sistem pemerintahan yang ada dengan pemerintahan yang lebih mendekati prinsip-prinsip Syiah, khususnya dengan menanamkan konsep "Wilayat al-Faqih."

وَمَا أُمِرُوا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ
"Dan mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan agama untuk-Nya."
(QS. Al-Bayyinah: 5)

Iran mengklaim bahwa mereka memperjuangkan kemurnian Islam, tetapi apakah ini benar-benar sesuai dengan ajaran Islam yang sebenarnya?


3. Iran dan Ketegangan dengan Negara-Negara Sunni

Meskipun Iran sering kali mengklaim diri sebagai pembela umat Islam, terutama umat Islam Sunni yang tertindas, kenyataannya Iran sering kali terlibat dalam konfrontasi dengan negara-negara Sunni, baik secara langsung maupun melalui proxy. Iran memiliki hubungan yang tegang dengan negara-negara seperti Arab Saudi, Mesir, dan negara-negara Teluk lainnya yang mayoritas penduduknya beraliran Sunni.

Hal ini semakin diperburuk dengan kebijakan luar negeri Iran yang mendukung kelompok-kelompok yang secara aktif berperang melawan negara-negara Sunni, seperti dalam konflik di Yaman dan Suriah. Iran sering menyebut diri mereka sebagai "pembela rakyat Palestina" dan "melawan imperialisme Barat," namun mereka juga sering menggunakan kekuatan militer untuk memperluas pengaruh mereka di negara-negara yang memiliki paham Sunni.

Dampaknya:

  • Terjadinya konflik sektarian antara Syiah dan Sunni yang memperburuk perpecahan dalam tubuh umat Islam

  • Iran sering mengklaim membela Islam, tetapi kenyataannya justru lebih mementingkan dominasi Syiah atas Sunni


4. Apakah Iran Benar-benar Membela Islam?

Pernyataan Iran yang mengklaim diri sebagai pembela Islam perlu diperiksa dengan hati-hati. Apakah Iran benar-benar berjuang untuk kemuliaan Islam, atau apakah mereka hanya mengejar agenda politik dan sektarian tertentu?

Islam adalah agama yang mengajarkan persatuan dan keharmonisan di antara umatnya. Namun, tindakan Iran sering kali menciptakan ketegangan dan perpecahan. Iran mungkin memerangi kekuatan eksternal seperti Amerika Serikat dan Israel, tetapi mereka juga memperburuk konflik sektarian di dalam tubuh umat Islam itu sendiri, seperti yang terjadi di Irak, Yaman, dan Suriah.

Iran, dengan memaksakan ideologi Syiah mereka kepada negara-negara yang mayoritas Sunni, bukannya menjadi contoh kedamaian dalam Islam, justru memperburuk perpecahan. Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad ﷺ adalah agama yang mengajarkan persatuan, sedangkan Iran sering kali terlihat lebih fokus pada agenda sektarian yang hanya memperburuk keadaan.


5. Kesimpulan: Iran dan Syiah Bukan Pembela Islam yang Sebenarnya

Pemerintah Iran dan ajaran Syiah yang mereka sebarkan lebih berfokus pada kepentingan politik dan sektarian daripada membela kemurnian ajaran Islam. Meskipun Iran sering mengklaim diri mereka sebagai pembela umat Islam, kenyataannya mereka justru memperburuk perpecahan di dunia Islam. Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad ﷺ adalah agama yang mengutamakan persatuan umat, bukan perpecahan berdasarkan mazhab atau golongan.

Syiah yang dipelopori oleh Iran telah menciptakan banyak ketegangan antara umat Islam, dan tidak sedikit yang mempertanyakan keabsahan ajaran mereka. Oleh karena itu, sangat penting bagi umat Islam untuk kembali kepada ajaran yang murni, yaitu mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah tanpa terjerumus dalam pengaruh sektarian yang memecah belah umat.

وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ
"Dan Allah telah mendamaikan hati mereka."
(QS. Al-Anfal: 63)

Islam adalah agama persatuan, bukan perpecahan.


(albert/syiahindonesia.com)


************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: