Breaking News
Loading...

Mengapa Ulama Sunni Menolak Akidah Syiah?

 


Syiahindonesia.com - Perbedaan antara Ahlus Sunnah dan Syiah bukan hanya dalam masalah fiqih atau politik, melainkan menyangkut akidah yang sangat mendasar. Para ulama Sunni dari masa ke masa telah dengan tegas menolak ajaran-ajaran Syiah karena dianggap menyimpang dari pokok-pokok ajaran Islam yang murni. Artikel ini akan mengulas alasan-alasan penting mengapa akidah Syiah ditolak oleh ulama Ahlus Sunnah wal Jama'ah.


1. Mengkafirkan Para Sahabat Nabi ﷺ

Salah satu doktrin paling berbahaya dalam akidah Syiah adalah keyakinan bahwa mayoritas sahabat Nabi ﷺ telah murtad setelah wafatnya Rasulullah ﷺ, kecuali segelintir orang seperti Salman Al-Farisi, Miqdad bin Aswad, dan Abu Dzar Al-Ghifari. Padahal Allah ﷻ berfirman:

مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengannya (para sahabat) adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka...” (QS. Al-Fath: 29)

Ulama Sunni memandang bahwa mencela dan mengkafirkan sahabat adalah bentuk pelecehan terhadap wahyu dan risalah.


2. Keyakinan tentang Imam Ma'shum

Syiah meyakini bahwa imam-imam mereka memiliki sifat ma'shum (terjaga dari dosa) bahkan setelah Nabi wafat. Ini jelas bertentangan dengan keyakinan Ahlus Sunnah yang meyakini tidak ada manusia yang ma'shum setelah Rasulullah ﷺ.

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ الرُّسُلُ

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul; sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa rasul.” (QS. Ali Imran: 144)

Ulama seperti Imam Malik, Imam Syafi’i, dan lainnya menolak keras klaim ma’shum terhadap manusia selain Nabi ﷺ.


3. Konsep Taqiyah: Kebohongan yang Dianggap Ibadah

Syiah mengajarkan konsep taqiyah, yaitu berbohong demi menjaga keselamatan diri atau kepentingan kelompok. Dalam ajaran Ahlus Sunnah, kebohongan adalah dosa besar kecuali dalam beberapa keadaan darurat yang sangat terbatas dan tidak dijadikan prinsip dakwah.

إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ

“Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang yang pendusta dan sangat ingkar.” (QS. Az-Zumar: 3)


4. Pengubahan Makna Al-Qur’an dan Tuduhan Tahrif

Beberapa rujukan klasik Syiah menuduh bahwa Al-Qur’an telah mengalami tahrif (perubahan). Walaupun sebagian ulama Syiah modern mengingkarinya, namun banyak kitab Syiah klasik seperti Al-Kafi menyebutkan adanya ayat-ayat yang dihilangkan.

Ini bertentangan dengan firman Allah ﷻ:

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar menjaganya.” (QS. Al-Hijr: 9)


5. Ritual dan Doa yang Mengandung Kesyirikan

Sebagian doa-doa dan ritual dalam ajaran Syiah mengandung unsur syirik, seperti memohon kepada imam, meminta pertolongan kepada selain Allah, dan meyakini imam-imam bisa mengatur alam. Ini bertentangan dengan prinsip tauhid yang merupakan inti ajaran Islam.

وَأَنَّ ٱلْمَسَٰجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا۟ مَعَ ٱللَّهِ أَحَدًا

“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah milik Allah, maka janganlah kamu menyembah seorang pun di dalamnya selain Allah.” (QS. Al-Jin: 18)


Kesimpulan

Penolakan ulama Sunni terhadap akidah Syiah bukanlah karena fanatisme mazhab, tetapi berdasarkan dalil-dalil Al-Qur’an, hadits, dan ijma’ ulama. Syiah telah membawa ajaran-ajaran baru yang menyimpang dari Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya. Oleh karena itu, penting bagi umat Islam untuk memahami perbedaan ini agar tidak terpengaruh oleh akidah yang batil.

(albert/syiahindonesia.com)



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: