Syiahindonesia.com – Salah satu perbedaan paling mendasar antara Syiah dan Ahlus Sunnah wal Jamaah (Sunni) terletak pada sumber-sumber hadis yang mereka gunakan. Kaum Sunni sangat menjaga otentisitas hadis dengan proses verifikasi yang ketat melalui sanad (rantai periwayat) dan matan (isi hadis), dan mengandalkan kitab-kitab hadis sahih seperti Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Sebaliknya, Syiah tidak mengakui keabsahan hadis-hadis dari kitab-kitab tersebut. Lantas, mengapa Syiah tidak menggunakan hadis-hadis sahih versi Ahlus Sunnah? Berikut ulasannya.
1. Syiah Hanya Mengakui Periwayat dari Kalangan Ahlul Bait dan Pengikutnya
Salah satu alasan utama mengapa Syiah menolak hadis-hadis dalam kitab-kitab shahih Sunni adalah karena mayoritas hadis dalam kitab tersebut diriwayatkan oleh sahabat-sahabat Nabi yang tidak mereka percayai. Dalam pandangan Syiah, hanya Ahlul Bait (keluarga Nabi) dan sahabat tertentu yang loyal kepada Ali bin Abi Thalib yang dianggap sebagai sumber hadis yang sah. Mereka menolak hadis dari tokoh-tokoh seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Aisyah, dan lainnya karena menganggap mereka telah “merebut” kekuasaan dari Ali, menyalahi hak imamah.
Oleh karena itu, seluruh hadis dari para sahabat yang tidak mereka yakini loyal kepada Ali otomatis ditolak, tak peduli seberapa sahih sanadnya menurut ilmu hadis Sunni.
2. Kitab Hadis Syiah Sendiri Tidak Berdasarkan Kaidah Shahih Seperti Sunni
Syiah memiliki kitab-kitab hadis sendiri seperti:
-
Al-Kafi karya Al-Kulaini
-
Man La Yahdhuruhu al-Faqih karya Syaikh ash-Shaduq
-
Tahdzib al-Ahkam dan Al-Istibshar karya Syaikh Tusi
Namun yang perlu dicatat, kitab-kitab ini tidak menyaring hadis berdasarkan kategori shahih, hasan, daif, dan maudhu’ seperti dalam metode Sunni. Bahkan ulama Syiah sendiri mengakui bahwa hanya sebagian kecil hadis dalam Al-Kafi yang benar-benar sahih. Dari sekitar 16.000 hadis dalam Al-Kafi, hanya sekitar 9.000-an yang dianggap sahih oleh ulama mereka sendiri, sisanya lemah atau bermasalah.
Artinya, konsep "hadis shahih" dalam mazhab Syiah tidak memiliki standar ilmiah yang seketat metode ilmu hadis Sunni.
3. Penolakan Terhadap Shahih Bukhari dan Muslim
Syiah menolak kitab Shahih Bukhari dan Muslim karena menyertakan riwayat dari sahabat-sahabat yang mereka anggap "tidak adil". Sebagai contoh, mereka menolak hadis-hadis yang diriwayatkan oleh:
-
Aisyah binti Abu Bakar (istri Nabi)
-
Abu Hurairah
-
Umar bin Khattab
-
Muawiyah bin Abu Sufyan
Menurut mereka, para tokoh ini bermasalah karena “tidak mengikuti Ali” sebagai imam yang sah setelah wafatnya Nabi. Akibatnya, hadis-hadis shahih yang sangat dihormati dalam mazhab Sunni tidak diakui oleh Syiah, walaupun sanadnya mutawatir dan isi matannya tidak bertentangan dengan akidah.
4. Konsekuensi Teologis dan Politik
Penolakan terhadap hadis-hadis shahih versi Sunni bukan sekadar masalah metodologi, tapi juga berkaitan erat dengan agenda teologis dan politik. Jika Syiah menerima hadis-hadis Sunni, maka mereka akan terpaksa menerima legitimasi kepemimpinan Abu Bakar, Umar, dan Utsman sebagai khalifah, serta kedudukan para sahabat yang tinggi. Hal ini tentu bertentangan dengan doktrin Syiah tentang imamah dan keutamaan Ali bin Abi Thalib.
Jadi, untuk mempertahankan ajaran tentang wilayah dan imamah, Syiah harus menolak seluruh narasi sejarah dan hadis yang mendukung keabsahan kekhalifahan selain Ali.
5. Hadis-Hadis Syiah Banyak yang Bertentangan dengan Al-Qur’an dan Akal
Banyak hadis dalam kitab Syiah yang isinya bertentangan dengan Al-Qur’an, logika, dan akhlak Islam, misalnya:
-
Imam tahu segala sesuatu, bahkan yang gaib.
-
Imam tidak pernah lupa, tidur, atau salah (lebih dari Nabi).
-
Imam memiliki otoritas untuk mengampuni dosa.
-
Imam bisa memberi syafaat mutlak, bahkan bagi orang kafir yang mencintai Ahlul Bait.
Semua itu jelas bertentangan dengan ajaran Islam yang lurus, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an:
قُل لَّا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ
“Katakanlah: Aku tidak berkuasa mendatangkan manfaat dan mudarat kepada diriku, kecuali apa yang Allah kehendaki.”
(QS. Al-A’raf: 188)
6. Penilaian Ulama Sunni terhadap Hadis Syiah
Mayoritas ulama Ahlus Sunnah menyatakan bahwa hadis-hadis dalam kitab Syiah tidak bisa dijadikan hujah karena:
-
Tidak melalui jalur sanad yang terpercaya.
-
Tidak mematuhi kaidah ilmu jarh wa ta’dil.
-
Banyak bertentangan dengan nash Al-Qur’an dan hadis mutawatir.
Bahkan sebagian ulama menyebut bahwa hadis-hadis dalam kitab Al-Kafi dan sejenisnya banyak yang mengandung unsur ghuluw (berlebih-lebihan) terhadap para Imam mereka.
Kesimpulan
Syiah tidak menggunakan hadis-hadis shahih dari Bukhari, Muslim, dan kitab-kitab Sunni lainnya karena alasan ideologis, teologis, dan politik. Mereka hanya mengakui hadis dari jalur yang mereka anggap "suci", yaitu Ahlul Bait dan pengikutnya, dan bahkan itu pun tanpa standar ketat dalam menentukan keshahihan. Akibatnya, banyak ajaran Syiah yang bertentangan dengan prinsip Islam yang murni sebagaimana diajarkan oleh Nabi Muhammad ﷺ dan dijaga oleh para sahabatnya.
وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلْأَوَّلُونَ مِنَ ٱلْمُهَٰجِرِينَ وَٱلْأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحْسَٰنٍ رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ
“Orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama (masuk Islam) dari kalangan Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah.”
(QS. At-Taubah: 100)
(albert/syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: