Syiahindonesia.com - Dalam sejarah panjang konflik antara Ahlus Sunnah dan Syiah, muncul satu tuduhan yang sangat mencengangkan dan menyakitkan: bahwa kelompok Syiah telah bersekongkol dan bahkan mendukung kaum kafir dalam peperangan melawan kaum Muslimin dari kalangan Sunni. Tuduhan ini bukanlah tanpa dasar. Sejarah mencatat berbagai peristiwa yang menunjukkan adanya kolaborasi antara tokoh-tokoh Syiah dengan kekuatan non-Muslim demi kepentingan politik dan ideologis mereka.
Bukti Historis Dukungan Syiah terhadap Kaum Kafir
Kolaborasi dengan Tartar dalam Jatuhnya Baghdad Salah satu bukti paling mencolok adalah peristiwa jatuhnya Baghdad pada tahun 1258 M di tangan pasukan Mongol. Sejarawan mencatat bahwa tokoh Syiah seperti Ibn Al-Alqami, seorang wazir Syiah di pemerintahan Abbasiyah, berperan penting dalam melemahkan pertahanan kota dan membuka jalan bagi invasi Mongol. Akibat pengkhianatan ini, ratusan ribu kaum Muslimin dibantai, dan pusat kekhalifahan Islam porak-poranda.
Dukungan terhadap Amerika dalam Invasi Irak Dalam invasi Amerika ke Irak tahun 2003, kelompok Syiah di Irak—terutama yang dipimpin oleh tokoh-tokoh seperti Ayatullah Ali Sistani dan partai-partai Syiah seperti Dawa Party—bersekutu dengan kekuatan kafir Amerika untuk menggulingkan pemerintahan Sunni Saddam Hussein. Setelah invasi, kelompok Syiah justru mendapat keuntungan politik dan memperkuat kekuasaan mereka di Irak.
Rezim Syiah Iran dan Hubungan dengan Zionis serta Rusia Rezim Syiah di Iran seringkali menyuarakan permusuhan terhadap Israel dan Amerika, namun di balik layar, laporan-laporan intelijen internasional mengungkap adanya komunikasi dan negosiasi diam-diam antara Iran dan negara-negara tersebut. Di Suriah, Iran bahkan mendukung rezim Bashar Al-Assad (Alawi Syiah) yang mendapat dukungan militer dari Rusia, sebuah negara kafir, untuk membantai rakyat Sunni Suriah.
Pandangan Ulama Ahlus Sunnah
Para ulama Ahlus Sunnah telah lama memperingatkan umat Islam tentang bahaya kesesatan Syiah dan strategi mereka yang gemar bersekutu dengan musuh-musuh Islam demi ambisi politik mereka. Dalam kitab As-Sunnah karya Abdullah bin Ahmad, disebutkan bahwa orang yang mencela sahabat dan bersekutu dengan musuh Islam termasuk dalam kelompok yang menyimpang dari jalan yang lurus.
Al-Qur'an dan Hadits tentang Loyalitas terhadap Kaum Muslimin
Islam sangat tegas melarang kaum Muslimin untuk berwala’ (loyal) kepada orang-orang kafir, apalagi mendukung mereka dalam memerangi sesama Muslim:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَىٰ أَوْلِيَاءَ ۘ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Ma'idah: 51)
Kesimpulan
Syiah bukan hanya berbeda secara aqidah, namun juga telah menunjukkan perilaku berbahaya dengan menjadi alat musuh-musuh Islam dalam menghancurkan kaum Sunni. Sejarah dan realita membuktikan bahwa loyalitas mereka bukan kepada umat Islam secara keseluruhan, melainkan hanya kepada kelompok mereka sendiri, bahkan jika itu berarti harus bekerja sama dengan orang kafir. Inilah bentuk nyata dari penyimpangan aqidah dan pengkhianatan terhadap persaudaraan Islam.
(albert/syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: