Kitab Dajjal Abdul Husein al Musawy |
Sosok Abdu
al Husein dalam pandangan Syiah sudah termasuk hebat dan pujaan, meskipun
sebenarnya hanya tulisan tulisan yang penuh kedustaan, selain manipulasi hanya
untuk menunjukan dia seorang talenta yang tenar dan ngetop. Padahal hanya
sekedar kerja mendistorsi hadits hadits Sunni secara licik dan keji. Berikut
ini nama nama Rawi hadits yang di distorsi dengan penuh tipu daya oleh Abdu al
Husein
Terkait
sanad Ahmad Bin Muffadhal al-Kufi.
Kata Abdu al-Hussain :
Abu Zurah dan Abu Hatim mengutip tentangnya dan mengandalkannya, sedangkan Ahmad Bin Mufadhal sepenuhnya menyadari statusnya sebagai bagian dari Syi`ah
Tidak diragukan lagi bahwa itu asli sebuah dusta semata dan kebodohan Abdu al Husein. Dalam “Mizan al I’tidal ” ada yang menyatakan tentang dirinya, bahwa dua ulama hadits meriwayatkan darinya, dan itu berdasarkan fakta bahwa jika ada orang meriwayatkan hadits dari seseorang, itu tidak bermakna mereka sedang berpikir bahwa ia bisa iya menjadi andalan. Karena mereka hanya bisa mengutip haditsnya sebagai Syawahid belaka agar sumbernya lebih kuat, atau mereka merekam ketentuan seperti itu sebagai pemeriksaan lebih lanjut. [ Pent : Artinya Ahmad bi Mufadhal hanya sebatas digunakan sebagai Syahid saja dalam menguatkan argumen yang sudah ada]
Kata Dajjal Abdu al-Husain selanjutnya.
Dzahabi menyebutkan namanya dalam kitabnya, Al-Mizan, Abu Dawud dan A-Nasa’i memakai namanya dan inisialnya, menunjukkan mereka menganggap Bin Mufadhal memiliki otoritas . Mereka merujuk pada hadits shahi melalui Ath-Thawri.
Dan itu merupakan contoh lain dari kebohongannya yang jelas. Karena jika ada seorang ulama meriwayatkan dari orang lain, sebagaimana yang saya katakan, itu tidak berarti mereka menganggapnya sebagai otoritas. Kedua, kita harus melihat bahwa tidak ada kitab seperti itu, seperti “Sahih” Abu Dawud atau Nasai. Kedua ulama telah buku bernama “Sunan”. Mereka membicarakan inisialnya , bahwa berarti hanya Nasai dan Abu Dawud meriwayatkan dari orang ini.
Kata Abdu al-Hussain :
Abu Zurah dan Abu Hatim mengutip tentangnya dan mengandalkannya, sedangkan Ahmad Bin Mufadhal sepenuhnya menyadari statusnya sebagai bagian dari Syi`ah
Tidak diragukan lagi bahwa itu asli sebuah dusta semata dan kebodohan Abdu al Husein. Dalam “Mizan al I’tidal ” ada yang menyatakan tentang dirinya, bahwa dua ulama hadits meriwayatkan darinya, dan itu berdasarkan fakta bahwa jika ada orang meriwayatkan hadits dari seseorang, itu tidak bermakna mereka sedang berpikir bahwa ia bisa iya menjadi andalan. Karena mereka hanya bisa mengutip haditsnya sebagai Syawahid belaka agar sumbernya lebih kuat, atau mereka merekam ketentuan seperti itu sebagai pemeriksaan lebih lanjut. [ Pent : Artinya Ahmad bi Mufadhal hanya sebatas digunakan sebagai Syahid saja dalam menguatkan argumen yang sudah ada]
Kata Dajjal Abdu al-Husain selanjutnya.
Dzahabi menyebutkan namanya dalam kitabnya, Al-Mizan, Abu Dawud dan A-Nasa’i memakai namanya dan inisialnya, menunjukkan mereka menganggap Bin Mufadhal memiliki otoritas . Mereka merujuk pada hadits shahi melalui Ath-Thawri.
Dan itu merupakan contoh lain dari kebohongannya yang jelas. Karena jika ada seorang ulama meriwayatkan dari orang lain, sebagaimana yang saya katakan, itu tidak berarti mereka menganggapnya sebagai otoritas. Kedua, kita harus melihat bahwa tidak ada kitab seperti itu, seperti “Sahih” Abu Dawud atau Nasai. Kedua ulama telah buku bernama “Sunan”. Mereka membicarakan inisialnya , bahwa berarti hanya Nasai dan Abu Dawud meriwayatkan dari orang ini.
Abdulhussain mengutip“Mizanul itidal” (1/157, / 625), ketika ia berbicara tentang rawi ini. Tapi sengaja hanya membutakan matanya, pada beberapa catatan penting dari ulama hadits tentang Ahmad ibn Muffadal. Misalnya, Al-Asudi mengatakan bahwa ia munkar-al-hadits. [ Ini menunjukkan Abdul Husein sengaja melakukan akrobat dalam telaah hadits
4) Tentang Ismail bin Abban. Bukhari mengatakan bahwa ia Shaduq, dan tidak mengatakan tsiqat. Sedangkan Daraqutni mengatakan bahwa dia tidak kuat dalam pandangannya. ( “Mizanul itidal” bintang 1/212 / # 825).
5) Tentang Ismail bin Khalifat. Ini aneh bahwa saya tidak menemukan nama orang ini dalam terjemahan dari “Murajiat” ke Bahasa Inggris. Namun adanya dalam versi bahasa Arab dari kitab tersebut , ia datang di bawah angka 5. [ Bentuk distorsi pemikiran Abdul Husein, Pent]
Abdu al Husein menyatakan :
وحسن أبو حاتم حديثه
“Abu Hatim
menghasankan haditsnya ”.
Persis seperti nenek moyang Yahudi-nya, Abdu alHusain menghilangkan bagian penting dan tidak melihat bagian dari kalimat. Dalam “Mizanul itidal” (4/490 / # 9957) yang menulis bahwa Abu Hatim mengatakan: “Bahwa Abu Hatim tidak memakai riwayatnya, dan haditsnya baik”. Bukhari memperhatikan bahwa Abdurrahman bin Mahdi meninggalkan riwayat darinya. Dan juga diriwayatkan dua pendapat berbeda dari ibn Main. Satu ia menyatakan lemah , dan satunya lagi lain menyatakan tsiqat.
Persis seperti nenek moyang Yahudi-nya, Abdu alHusain menghilangkan bagian penting dan tidak melihat bagian dari kalimat. Dalam “Mizanul itidal” (4/490 / # 9957) yang menulis bahwa Abu Hatim mengatakan: “Bahwa Abu Hatim tidak memakai riwayatnya, dan haditsnya baik”. Bukhari memperhatikan bahwa Abdurrahman bin Mahdi meninggalkan riwayat darinya. Dan juga diriwayatkan dua pendapat berbeda dari ibn Main. Satu ia menyatakan lemah , dan satunya lagi lain menyatakan tsiqat.
Abdulhussain mengatakan bahwa Tirmizi dalam kitab “Shahih”nya dan lain-lainya meriwayatkan hadits dari perawi ini. Tapi dajal ini lupa mengatakan, bahwa Imam Tirmizi menyadari bahwa Orang ini lemah di mata para muhaditiin. (Lihat “Sunnan” # 198).
6) Tentang Ismail bin Zakariya Haliqani al-Kufi. Kita memiliki dua pendapat yang berbeda sebagaimana diriwayatkan Imam Ahmad dan ibn Ma’i n. Diriwayatkan bahwa Ahmad berkata : Ini bukan masalah besar dalam diri Ismail . Dan diriwayatkan bahwa ia berkata: Lemah hadits haditsnya. Ibnu Ma’in mengatakan ia tsiqat, seperti diriwayatkan Abbas ad-Duri darinya. Laits bin Ubadah dan Maimuna meriwayatkan bahwa ia berkata DIA ITU LEMAH. ( “Mizanul itidal” . 1/228 / # 878).
7) Tentang Ismail bin Abbad bin Abbas al-Taliqani, Abul Qasim. Saya tidak menemukan seorangpu dari kritikus hadits dalam Jarh wa tadil yang memujinya.
8) Ismail Bin Abdurrahman bin Abu Karima as-Suddi. Ulama banyak berbeda tentang dirinya. Ahmad berkata : Tsiqat. Ibnu Ma’in mengatakan: Ada kelemahan pada hadits haditsnya. Abu Hatim mengatakan bahwa dia tidak akan memakainya. Yahya Qattan: Tidak ada masalah dengannya. Ibnu Adi: Dia Shaduq dalam pandangan saya. Ibn Mahdi mengatakan: Lemah. Laits bin Abu Sulaim menuduhnya “berbohong. ( “Mizanul itidal” 1/236 / # 907).
Abdu alHussain mengatakan:
Husain bin Waqid al-Marwazi membahas tentang nama Ismail bin Abdurrahman, ia mengakui bahwa dia mendengar dia sekali mengutuk Abu Bakr dan `Umar. Terlepas dari semua tuduhan, dia Ismail Abdurrahman dikutip al-Tsauri dan Abu Bakr ibn `Iyyash dan banyak orang sekelasnya tersebut menulis tentangnya.
Jika itu shahih, kita bisa menjawab bahwa ulama yang meriwayatkan darinya hanya tidak mendengar dia mengutuk Abu Bakar dan Umar. Karena saya ragu bahwa seorang ulama Islam akan meriwayatkan dari seekor anjing, yang menuang mulut kotor mereka
Pada Abu Bakar dan Umar.
Ini bagian
kedua dari terjemahan saya menyingkap Dusta kitab Tadlis dan Pioner Syiah yang
memainkan berbagai kedustaan dalam Islam. Penipu Ulung yang menebar penyakit
hati, dengan tujuan menghancurkan Islam. [ Ikuti Episode selanjutnya]
[Penterjemah Zulkarnain El-Madury]
[Penterjemah Zulkarnain El-Madury]
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: