Breaking News
Loading...

“Azar Atau Tarakh Sama Sama Di Neraka” [Syiah Bingung]




 Oleh Zulkarnain El-Madury

Masalah Ayah Nabi Ibrahim “Azar” masih dzonni dalam pemikiran Syiah. Seolah kata Ibrahim merupakan perisai dari segala dosa asal usulnya dan keturunanannya. Mereka berpikir “Azar” bukanlah bapak Nabi Ibrahim hanya berdasarkan kaidah rekayasa menyimpang dari kalangan ulama ulama Syiah. Mereka berpendapat “Azar” Bukan ayah kandung Nabi Ibrahim, tetapi pamannya hanya berdasarkan dongeng Bullshit kitab kitab mereka yang lucu.

Mereka berlandaskan dengan dasar dasar asumsi sebagai berikut :

Azar yang disebut dalam Alquran sebagai ”abun (arab:bapak) memang benar diartikan sebagai bapak, tapi bukanlah bapak kandung dalam arti yang melahirkan. Dalam etimologi bahasa arab, minimal ada dua istilah yang menunjuk kepada arti bapak, pertama: ”abun”, dan kedua; ”walidun”. Dua-duanya sama-sama diartikan sebagai ”bapak”. Hanya saja, kata ”abun” memiliki arti yang luas, boleh jadi berarti bapak kandung yang melahirkan, atau bapak tiri, dan atau bapak angkat. Berbeda dengan etimologi kata ”walid”. Kata ini secara spesifik menunjuk kepada arti ”bapak kandung yang melahirkan”. Dalam pengertian inilah, maka Tuhan disebut sebagai ”tidak memiliki bapak kandung” (lam yalid walam yulad).

Semua orang (jika membaca Alquran) pasti tahu, bahwa Azar adalah pembuat patung yang kemudian dijadikan sesembahan orang-orang musyrik. Kalaulah Azar si pembuat patung ini dianggap sebagai orang tua Nabi Ibrahim, sementara Ibrahim sendiri justeru mengajarkan ketauhidan, sungguh ironis bukan?

Untuk membantah anggapan tersebut, sejarah telah membuktikan, bahwa genealogi para nabi adalah orang-orang yang berasal dari keturunan yang bertauhid (hanif). Dalam tafsir al-Mizan, al-Thabathaba’i (VII:173)

Paparan ulama Syiah ini diperkuat dengan dalil dalil rekayasa, membenarkan asumsi berdasarkan otak atik ayat ayat Quran, diantaranya :
HUJAH membuktikan ABI itu bukan BEMAKSUD BAPA KANDUNG.

al Qur’an menyebutkan Nabi Ismail sebagai ” ABI Nabi Ya’kub as., padahal beliau adalah BAPAK SAUDARA  NabiYa’kub as.

“Adakah kalian menyaksikan ketika Ya’kub kedatangan (tanda-tanda) kematian, ketika ia bertanya kepada anak-anaknya, ” Apa yang kalian sembah sepeninggalku ? “. Mereka menjawab, ” Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan ayah-ayahmu, Ibrahim, Ismail dan Ishak, Tuhan yang Esa, dan kami hanya kepadaNya kami berserah diri “.( al Baqarah 133 )

 Ayah ayahmu “aabaaika ” bentuk jama’ dari ” ABI ”

Dan juga kata ” abuya ” atau ” buya ” derivasi dari ” ab ” sering dipakai dalam ungkapan sehari-hari bangsa Arab dengan arti guru, atau orang yang berjasa dalam kehidupan.


Dengan melihat ayat-ayat yang menjelaskan perjalanan kehidupan Nabi Ibrahim as. akan jelas bahwa seorang yang bernama ” Azar “, penyembah dan pembuat patung, bukanlah ayah kandung Ibrahim, melainkan bapa saudara atau ayah angkatnya atau orang yang sangat dekat dengannya.

BANTAHAN: Hanya berdasarkan feeling dan ilmu dukun atau menerka- nerka dari kata ke kata, mengaitkan dengan berbagai refrensi yang tidak valid, memaksa Syiah berpikir keras menghilangkan noda ayah Nabi Ibrahim, Nabi Muhammad. Macam keyakinan dosa warisan , seolah para Nabi harus lahir dari ayah ibu kandung yang suci. 

Padahal Islam tidak mengenal dosa Warisan, anak yang lahir dari rahim Musyrikin tetap suci, tak terkontaminasi dosa orangtuanya hingga dewasa.
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى
Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.” (QS. Al-An’am: 164)


Allah SWT berfirman:

مَّنِ اهْتَدٰى فَإِنَّمَا يَهْتَدِى لِنَفْسِهِۦ  ۖ  وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا  ۚ  وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرٰى  ۗ  وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتّٰى نَبْعَثَ رَسُولًا
"Barang siapa berbuat sesuai dengan petunjuk (Allah), maka sesungguhnya itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barang siapa tersesat maka sesungguhnya (kerugian) itu bagi dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, tetapi Kami tidak akan menyiksa sebelum Kami mengutus seorang rasul."
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 15)

Dalam konsep Islam jelas tidak ada dosa warisan, semisal nabi Muhammad atau Ibrahim dilahirkan dari penyembah syirik, dosa itu tidak akan mengalir kepada mereka. Karena memang mereka tidak bisa mengalirkan dosa. Terlebih anak yang lahir kedua terjamin dalam keadaan suci, sekalipun ayah ibunya musyrikin. 

أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ ثُمَّ يَقُولُ اقْرَءُوا { فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ}
Seorang bayi tak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia berada dalam kesucian (fitrah). Lalu dia berkata; Bacalah oleh kalian firman Allah yg berbunyi: '…tetaplah atas fitrah Allah yg telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah itulah agama yg lurus.' (QS. Ar Ruum (30): 30). [HR. Muslim No.4804].

Artinya anak yang keluar dari Rahim Ibu tetap terpelihara dari semua kesalahan yang dibuat kedua orangtuanya. Mereka tak tersentuh oleh dosa, dari perbuatan kedua orangtuanya hingga anak tersebut dewasa. Begitupun Nabi Ibrahim yang lahir dari seorang Istri dari hubungan seorang Suami bernama Azar atau bernama Abdullah dan Aminah. 

Perobahan nama dari Azar ke Tarakh itu bisa saja terjadi, sebagaimana sebutan kata Yusa’ terhadap Isa. 

إن اسمه المذكور في التوراة (التكوين 11/26) (تيرح)، وفي ترجمة التوراة اليونانية المعروفة بالترجمة السبعينية كتب اسمه هكذا : (....) ونطقه : " ثرّا " ، وقد حذفت منه الحاء ، ويرى " غيجر " أن " ثرا " بالقلب المكاني أصبح " آثر "، ثم " آزر " .
ومثل هذا التغيير جائز الوقوع ، ومثال آخر لذلك " عيسى "، وأصله بالعبرية " يشوع " فقد انتقلت فيه العين من آخر الكلمة إلى أولها ، وأصبحت الواو ياء " انتهى من تحقيق " المعرَّب من الكلام الأعجمي على حروف المعجم " للجواليقي (ت540هـ) (ص/135)
ومن مراجع التفسير : " زاد المسير " (2/46)، " الجامع لأحكام القرآن " (7/22-23)، " تفسير القرآن العظيم " (3/288-289)، " التحرير والتنوير " (7/310- 
312
Dari keterangan tersebut nyata bukan saja Tarakh yang sebenarnya “Azar”, Isa yang dikenal sebagai Nabi dalam Quran, beda sebutan: Islam : عيسى (Isa) dan  dalam bahasa Ibrani dengan kata : يشوع (Yusa'), begitupun Azar dikenal dalam bahasa awalnya adalah Atsar, dalam lingkungan lain disebut “tarakh” . 

sedangkan alqur'an dan sunnah shohihah jelas menyebut azar sebagai ayah,dan azar bukan julukan apalagi nama pamannya, ini pemahaman yg jauh tak berdasar.
 الإمام البخاري رحمه الله في " صحيحه " (3350):
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه عَنِ النَّبِي صلى الله عليه وسلم قَالَ : ( يَلْقَى إِبْرَاهِيمُ أَبَاهُ آزَرَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، وَعَلَى وَجْهِ آزَرَ قَتَرَةٌ وَغَبَرَةٌ ، فَيَقُولُ لَهُ إِبْرَاهِيمُ : أَلَمْ أَقُلْ لَكَ لاَ تَعْصِنِي ؟ فَيَقُولُ أَبُوهُ : فَالْيَوْمَ لاَ أَعْصِيكَ . فَيَقُولُ إِبْرَاهِيمُ : يَا رَبِّ ، إِنَّكَ وَعَدْتَنِي أَنْ لاَ تُخْزِيَنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ ، فَأَي خِزْىٍ أَخْزَى مِنْ أَبِي الأَبْعَدِ ؟! فَيَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى : إِنِّي حَرَّمْتُ الْجَنَّةَ عَلَى الْكَافِرِينَ ، ثُمَّ يُقَالُ : يَا إِبْرَاهِيمُ مَا تَحْتَ رِجْلَيْكَ ؟ فَيَنْظُرُ فَإِذَا هُوَ بِذِيخٍ مُلْتَطِخٍ ، فَيُؤْخَذُ بِقَوَائِمِهِ فَيُلْقَى فِي النَّارِ )
walaupun ada perbedaan,azar itu sebutan karena patung buatannya apa tidak sebagaimana di katakan imam mujahid diatas.
 كما قال مجاهد : آزر لم يكن بأبيه ، إنما هو صنم . رواه الطبري في " جامع البيان " (11/466) من طريقين عنه
hakikatnya azar dan tarih itu satu sebagaiman sebutan israil dan ya'qub
 قال بعض المفسرين : إن لوالد إبراهيم عليه السلام اسمين ، آزر ، و " تارح "، كما روى الطبري في " جامع البيان " (11/466) بسنده عن سعيد بن عبد العزيز قال : هو " آزر " ، وهو " تارح " ، مثل " إسرائيل " و " يعقوب " .
وقال كثير من المفسرين إن أبا إبراهيم اسمه بالسريانية تارح وبغيرها آزر .
 sebenarnya perbedaan itu hanyalan muncul dari ahli nasab dan berdasar tulisan ahli kitab.
قال الشيخ أحمد شاكر رحمه الله – في تعليقه على تأويلات القول الأول:

"
هذه الأقوال وغيرها مما ذهب إليه بعض المفسرين لا تستند إلى دليل ، وأقوال النسابين لا ثقة بها ، وما في الكتب السالفة ليس حجة على القرآن ، فهو الحجة ، وهو المهيمن على غيره من الكتب ، والصحيح أن آزر هو الاسم العَلَم لأبي إبراهيم كما سماه الله في كتابه " انتهى باختصار من تحقيق كتاب " المعرب " للجواليقي (ص/77).
ثم عقد الشيخ أحمد شاكر رحمه الله في آخر تحقيقه للكتاب مبحثا خاصا بعنوان : " آزر تحقيق أنه اسم أبي إبراهيم عليه السلام " (ص/407-413)، وكان مما قال فيه :

"
وبعد : فإن الذي ألجأهم إلى هذا العنت شيئان اثنان : قول النسابين ، وما في كتب أهل الكتاب .
أما قول النسابين فإن هذه الأنساب القديمة مختلفة مضطربة ، وفيها من الخلاف العجبوذكر مثالا على اختلاف النسابين ، ثم قال -
وأما كتب أهل الكتاب فإن الله سبحانه وصف هذا القرآن فقال : ( وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ ) المائدة/48. والمهيمن الرقيب ، فهذا القرآن رقيب على غيره من الكتب ، وليس شيء منها رقيبا عليه .
والحجة القاطعة في نفي التأويلات التي زعموها في كلمة " آزر " وفي إبطال ما سموه قراءات تخرج باللفظ عن أنه علم لوالد إبراهيم ، الحديث الصحيح الصريح في البخاريفذكر الحديث السابق ، ثم قال - فهذا النص يدل على أنه اسمه العلم ، وهو لا يحتمل التأويل ولا التحريف .

ووجه الحجة فيه : أن هذا النبي الذي جاءنا بالقرآن من عند الله فصدقناه وآمنا أنه لا ينطق عن الهوى هو الذي أخبر أن آزر أبو إبراهيم ، وذكره باسمه العلم في حديثه الصحيح ، وهو المبين لكتاب الله بسنته ، فما خالفها من التأويل أو التفسير باطل .
وهذه الأخبار عن الأمم المطوية في دفائن الدهور المتغلغلة في القدم قبل تأريخ التواريخ ، لا نعلم عنها خبرا صحيحا إلا ما حكاه النبي المعصوم ، إخبارا عن الغيب بما أوحى الله إليه في كتابه ، أو ألقى في روعه في سنته وحيا أو إلهاما ، إذ لا سبيل غيره الآن لتحقيقها تحقيقا علميا تاريخيا ، وما ورد في كتب أهل الكتاب لم تثبت نسبته إلى من نسب إليه بأية طريق من طرق الثبوت ، فلا يصلح أن يكون حجة لأحد أو عليه .
وليس لمعترض أن يشكك في صحة الحديث الذي روينا ، فإن أهل العلم بالحديث حكموا بصحته ، وكفى برواية البخاري إياه في صحيحه تصحيحا ، وهم أهل الذكر في هذا الفن ، وعنهم يؤخذ ، وبهم يقتدى في التوثق من صحة الحديث " انتهى من تحقيق كتاب " المعرب " للجواليقي (ص/411-413)

Kalau disimpulkan kata Azar dengan Sebutan Tarakh itu sama dengan sebutan Israil untuk Ya’kub. Jelasnya penyangkalan Syiah terhadap ayah Ibrahim bernama Azar, dan mempertahankan Tarakh, itu hanya mengakui pada sebatas panggilan dari nama sebenarnya. 

Sedangkan kalau dikatakan Ibrahim melahirkan anak anak terpelihara menurut pengertian Syiah juga tertolak dengan sebab turunnya ayat Lahab, yang mengindikasikan paman Nabi Muhammad tidak selamat dan menjadi pembangkang Risalah Nabi Muhammad.

Keturunan Ishaq misalnya melahirkan pecahan Yahudi dan Israel yang bercabang cabang sebagai pembangkang agama. Ini memaknai argumen syiah menyebut keturunan Nabi Ibrahim semua lepas dari keingkaran alias makshum jelas salah kaprah. 

Natijah :
Ini lafadz Ayat panggilan Nabi Ibrahim pada ayahnya
Allah SWT berfirman:

إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ يٰٓأَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِى عَنْكَ شَيْئًا

"(Ingatlah) ketika dia (Ibrahim) berkata kepada ayahnya, Wahai ayahku! Mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolongmu sedikit pun?"

(QS. Maryam 19: Ayat 42)
Bandingkan dengan lafadz ayat Panggilan Yusuf pada Ayahnya

Allah SWT berfirman:

إِذْ قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ يٰٓأَبَتِ إِنِّى رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَأَيْتُهُمْ لِى سٰجِدِينَ

"(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, Wahai Ayahku! Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku."

(QS. Yusuf 12: Ayat 4)

Jadi kalau disebut “abaakum” dengan ayah ayah kamu , itu tergantung pada penggunaannya yang jamak dan kepada siapa ditujukan. Tak perlu bahasa arab, bahasa Indonesia saja bisa menggunakan kata Bapak atau Ayah sama sama bisa digunakan secara umum. Artinya penggunaan kata “ Ab” tergantung digunakan untuk siapa, dan tentu saja sangat sesuai dengan kaidah.
Karena Syiah berlandaskan pada Pemahaman Alkitab : Mari kita lihat Alkitab kalau Tarakh itu juga penyembah berhala, bertolak belakang dengan agama Ibrahim :

Yosua 24:2 >> Berkatalah Yosua kepada seluruh bangsa itu: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Dahulu kala di seberang sungai Efrat, di situlah diam nenek moyangmu, yakni Terah, ayah Abraham dan ayah Nahor, dan mereka beribadah kepada allah lain.

Selesai







************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: