Breaking News
Loading...

Dinasti Minoritas Ekstremis Syiah Nushairiyah di Suriah, Warga Sunnni Dibantai Brutal
Mayoritas penduduk Sunni Suriah diperintah selama 50 tahun lebih oleh dinasti minoritas ekstremis Syiah Nusairiyyah. Orang-orang Sunni dibantai dengan brutal oleh rezim Syiah tersebut secara keji. Kemarahan publikpun memuncak, rakyat mulai menggelar demonstrasi damai, tetapi mereka ditembaki dengan peluru dan bom. Ketika kebrutalan rezim meningkat, beberapa tentara Sunni diam-diam memulai aksi gerilya secara bertahap untuk membela keluarga dan warga sekitar mereka yang dikenal sebagai FSA. Aksi ini berubah menjadi revolusi bersenjata dengan cepat yang sangat sektarian.

Opini : Geopolitik Negeri Suriah Pasca Arab Spring

Syiahindonesia.com, Makassar – Transformasi geopolitik yang sedang melanda timur tengah menjadikan negara adidaya, khususnya Amerika Serikat berperan penting dalam mengendalikan kedaulatan negara-negara Arab dengan tujuan ingin menguasai sumber daya alam yang kita ketahui bersama bahwasanya di negeri-negeri muslim pada umumnya kaya akan minyak bumi.

Tahun 2011 menjadi tahun bersejarah di timur tengah, revolusi besar-besaran yang menggeser geopolitik global Arab spring terjadi. Momentum kebangkitan people power untuk menggulingkan rezim otoriter yang telah lama berkuasa, menjadikan politik islam sebagai mainstream gerakan kolektif massa ketika aksi demonstrasi yang terjadi di Tunisia, Mesir, Al Jazair, Irak, Libya dan sejumlah wilayah lainnya.

Jika dikaji secara mendalam fenomena people power yang ingin menggulingkan rezim otoriter adalah rakyat diwilayah timur tengah dilanda krisis ekonomi dan peperangan bersenjata di beberapa negeri-negeri muslim. Ternyata, kepentingan Amerika Serikat muncul dengan berbagai intrik diplomasi dan propaganda proyek politiknya memicu gerakan-gerakan politik islam maupun gerakan jihad global yang menentang keras pendudukan tentara Amerika dan sekutunya di berbagai wilayah terutama Suriah, menimbulkan konflik peperangan dari masa ke masa baik sebelum maupun pasca Arab spring. Gerakan Jihadis Islam seperti Al Qaeda maupun Front Syrian Army atau tentara pembebasan Suriah begitu militan mengusir pendudukan tentara Amerika. Pertempuran sengit diberbagai wilayah di Suriah tak terelakkan.

Al Qaeda merupakan organisasi jihad global yang mengusung Khilafah, banyak dari negeri-negeri muslim maupun Eropa dan Asia turut andil bergabung dengan Al Qaeda. Terlepas dari propaganda media maupun negara-negara Arab yang telah melabeli gerakan ini sebagai gerakan teroris, tak menyurutkan semangat jihadis untuk bergabung guna menyelamatkan negeri Suriah dari belenggu Invasi Amerika, terlebih lagi Al Qaeda dan Front Syrian Army, ruhnya telah menginspirasi banyak ummat islam, melintasi sekat-sekat negeri dan samudera. Lihatlah, bagaimana mereka menyambut kematian Usamah bin Laden dengan yel-yel “Obama… Obama… kulluna Osama.” Wahai Obama, kami semua adalah Usamah! dengan melawan penguasa thagut, menggetok kepala Amerika dan memenggal kepala Assad sampai membuatnya mabuk tak karuan, hingga kini Al Qaidah sadar bahwa ia harus memenangkan hati dan pikiran ummat.

Terlepas dari perang gerilya yang notabene dipakai sebagai taktik peperangan dengan menyerang tentara-tentara rezim Assad hingga banyak mengalami kekalahan dan ketakutan akan bangkitnya perlawanan membara dari jihadis islam, membuat Assad banyak meminta bantuan senjata dari AS dan Israel sebagai pendukungnya. Al Qaidah dan FSA kini bermetamorfosa menjadi sebuah tren serta ideologi ketimbang sebagai sebuah kelompok perlawanan.

Mayoritas penduduk Sunni Suriah diperintah selama 50 tahun lebih oleh dinasti minoritas ekstremis Syiah Nusairiyyah. Orang-orang Sunni dibantai dengan brutal oleh rezim Syiah tersebut secara keji. Kemarahan publikpun memuncak, rakyat mulai menggelar demonstrasi damai, tetapi mereka ditembaki dengan peluru dan bom. Ketika kebrutalan rezim meningkat, beberapa tentara Sunni diam-diam memulai aksi gerilya secara bertahap untuk membela keluarga dan warga sekitar mereka yang dikenal sebagai FSA. Aksi ini berubah menjadi revolusi bersenjata dengan cepat yang sangat sektarian.

Dampak dari peperangan antara rezim Bashar Assad dengan Jihadis Islam adalah terjadi krisis kemanusiaan yang melanda rakyat Suriah. Turkipun menjadi tempat mengungsi rakyat Suriah dari kekejaman tentara kafir Bashar Assad yang menggunakan bom kimia. Masyarakat Suriah mengalami perlawanan sengit dari pemerintah. Setelah ditelaah, ternyata konflik pemerintah versus (vs) rakyat Suriah disisipi oleh kepentingan negara-negara asing, seperti Amerika dan Rusia mendukung rezim Bashar al-Assad sebagai pemimpin Suriah. Pada permulaan revolusi,
rakyat Syria hanya ingin menggusur rezim, mereka menyeru pada masyarakat internasional agar memberikan dukungan kemanusiaan, akan tetapi tidak ada tanggapan apapun yang mereka dapatkan, bahkan negeri-negeri muslim tidak ada yang membantu mengirimkan tentaranya.

Gelombang peperangan akan terjadi secara continue sampai rezim Bashar Assad tumbang ditangan jihadis islam.
Disisi lain, pergerakan politik yang mengusung ideologi islam dan gerakan-gerakan islam lainnya, turut andil dalam memobilisasi massa untuk melawan rezim Assad. Berbagai maklumat di proklamirkan bagi siapa saja yang ingin meruntuhkan dominasi Amerika, Rusia dan Rezim Assad itu sendiri untuk segera bergabung melawan otoritarianisme rezim tersebut.

Presiden Bashar al-Assad berusaha mempertahankan kekuasaannya dengan menggandeng sejumlah kelompok pemberontak bersenjata atau milisi untuk melawan fraksi jihad islam.
Rezim Assad menjadi buronan bagi jihadis Suriah yang ingin membebaskan negeri Suriah dari pemerintahan otoriter Assad yang telah lama memerangi kaum muslimin.
Penganut Syiah Assad memang secara turun temurun sejak dari kakek buyutnya penganut syiah laknatullah memerangi dan membunuh kaum muslim sunni di Suriah. Kekejaman ini berlangsung sampai sekarang. Berbagai bom-bom kimia yang mematikan ribuan nyawa dan rudal-rudal milisi Assad membombardir tanpa henti guna membunuh lebih banyak kaum muslimin.

Sejak dugaan serangan kimia terhadap masyarakat sipil di Suriah begitu menguat, tekanan di Suriah telah meningkat secara dramatis. Terdapat banyak pemain dalam konflik Suriah, termasuk kekuatan dari luar Amerika Serikat Cs yang meluncurkan serangan rudal pada target daratan Suriah.
Kekuatan Bashar memang nyaris lumpuh, tetapi bantuan Rusia dan Amerika, Bashar Assad masih bisa melancarkan gempuran ke kota-kota di Suriah melalui jet tempur milik Amerika dan Rusia.

Sebagaimana yang diketahui hingga tahun 2019, saat ini sekitar 2.000 pasukan AS berada di Suriah.

AS menjadikan Assad sebagai alat yang berguna untuk melindungi kepentingan mereka.

Assad sendiri juga sangat membutuhkan Amerika untuk menerima akses terhadap persenjataan produk Amerika. Relasi hubungan kedua negara tersebut adalah sebuah keniscayaan yang didikte hukum besi geopolitik dan kepentingan nasional masing-masing negara. Inilah kontribusi nyata AS untuk mempertahankan konfrontasi militernya di Suriah serta mendukung penuh pembantaian Assad terhadap kaum muslimin.

Dampaknya ialah rakyat Suriah kehilangan tempat tinggal dan terlunta-lunta kelaparan akibat blokade bantuan dari negeri-negeri muslim yang peduli terhadap kondisi rakyat Suriah, korban pembantaian rezim Assad sang Syiah kafir yang telah halal darahnya untuk dibunuh.

Suriah telah terkepung dengan perang antara pihak oposisi melawan pemerintahan Assad pasca Arab Spring. Ratusan ribu warga sipil tewas dalam konflik, terutama oleh serangan udara rezim yang menargetkan daerah-daerah yang dikuasai oposisi, sementara jutaan lainnya mengungsi. Selama operasi rezim Nusairiyyah pimpinan Bashar Al Asaad berlangsung, mereka menggunakan senjata dan bom kimia terhadap target wilayah yang dikuasai oleh pasukan jihadis Islam seperti FSA dan fraksi jihad lainnya.

Tumbangnya rezim Nusairiyyah ini menjadi prioritas utama kelompok jihadis islam untuk menyelamatkan rakyat Suriah dari kekejaman rezim laknat tersebut. Begitupun Zionis Israel ikut andil bekerja sama dengan rezim Nushariyyah dalam konflik peperangan panjang tersebut ingin menguasai politik global negara-negara besar dan bernafsu menjadi penguasa tunggal peradaban.

Rezim Nusairiyyah secara politik saat ini menguasai sebagian besar Tanah Syam, bumi yang banyak disebut sebagai tempat penuh berkah. Mereka telah mendominasi kekuasaan di negeri Suriah yang mayoritas Sunni. Sabagaimana dilansir dari berita Aksi Cepat Tanggap, sampai hari ini pasukan rezim Assad sudah menjatuhkan bom barrel di banyak lokasi sekaligus di Aleppo, Idlib meliputi kawasan Hritan, Kafr Dael, Bab al-Haded dan Kastelo. Assad dan sekutunya juga menghujani bom pedesaan idlib pada malam hari. Media lokal di Suriah yang pro terhadap rezim mengatakan, serangan di Aleppo selama 10 hari terakhir dilakukan untuk memotong jalur distribusi pemberontak sipil yang berada di dekat perbatasan Turki.

Walau Assad berdalih demikian, namun terbukti serangan mematikan rezim pemerintah malah menargetkan banyak fasilitas sipil. Publik dunia pun menduga ada upaya Assad untuk melakukan genosida atau pembunuhan massal bagi ribuan penduduk sipil.

Konflik Timur Tengah, merupakan poros memasuki fase dan ring pentas malhamah al-kubro, sebagai pintu akhir peradaban manusia. Dengan sengitnya pertempuran antara yang haq dengan yang bathil akan terus berlanjut, yang haq akan mengadapi banyak perlawanan dari sebuah dunia yang kini berada dalam keadaan perang permanen dibawah kepemimpinan Israel dan anak buahnya. Terutama di timur tengah dimana kaki tangan Israel masih berkeliaran untuk merusak kesuksesan ummat islam dalam menegakkan panji-panji tauhid dan laskar panji hitamNya.

Dalam HR Ibnu Majah yang mengatakan bahwa :

“Al Mahdi akan muncul setelah keluarnya panji-panji hitam dari dunia belahan timur, yang mana pasukan ini tidak pernah kalah dengan pasukan manapun.

Dalam hadis lainnya, “Apabila kamu melihat panji-panji hitam telah diterima disebelah wilayah Khurasan, maka datangilah dia sekalipun terpaksa merangkak di atas salju, karena padanya itu ada khalifah Allah yang mendapat petunjuk. (HR Ibnu Majah)

Konflik Suriah akan terus bergejolak. Revolusi dan peperangan tak akan pernah berhenti sampai kebathilan yang melanda negeri-negeri Islam lenyap dimuka bumi. Maka penulis menyeru dan mendedikasikan untuk ruh para Syuhada di sepanjang jaman yang menjual darah-darahnya di jalan Allah, agar saling bahu membahu dalam menghadapi musuh-musuh Allah. Allah SWT akan menolong hamba-hambaNya yang berjihad dijalanNya, sebagaimana firmanNya:

“Kembalilah kepada mereka! Sungguh, pasti kami akan datangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak mampu melawannya, dan akan kami usir mereka dari negeri itu secara terhina dan mereka menjadi (tawanan) yang hina dina. (An Naml :37)

Allah pasti akan menolong orang yang menolong (agama) Nya. Sungguh Allah maha kuat, maha perkasa. (Al Hajj : 40)

Sampai Khilafah Islamiyah tegak kemudian, negeri-negeri islam akan dibebaskan oleh pasukan panji hitam atau tentara Allah dalam satu komando, satu bendera, satu negara dan satu khalifah dibawah naungan sistem Khilafah Islamiyah yang mengikuti manhaj kenabian. makassar.terkini.id

************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: