Breaking News
Loading...

Malapetaka Corona di Negara Syiah Iran
Syiahindonesia.com - Iran menjadi salah satu negara dengan kasus virus corona terbanyak di dunia. Virus mematikan itu dengan cepat menyebar hingga menginfeksi 2.336 orang, dan menewaskan 92 jiwa di negara itu.

Tak hanya warga, virus itu juga menyerang sejumlah pejabat. Wakil Presiden Iran Urusan Perempuan dan Keluarga Massoumeh Ebtekar dinyatakan positif mengidap virus corona, begitu juga Wakil Menteri Kesehatan Iraj Harirchi.

Bahkan penasihat Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, Mohammad Mirmohammadi, meninggal akibat virus itu. Sebanyak 23 anggota parlemen Iran ikut terserang virus serupa SARS tersebut.

Penyebaran virus corona di Iran ini di luar dugaan. Pemerintah Iran sempat memprediksi Covid-19 tak akan mempengaruhi negara mereka.

Sejumlah pejabat tinggi Iran dengan percaya diri memperkirakan Iran tidak akan tertular wabah yang telah menjatuhkan perekonomian China itu. Iran bahkan masih bisa mengekspor masker kesehatan untuk membantu China, salah satu mitra dagang besar mereka.

"Saya tidak mengatakan ini tidak penting. Tapi mari jangan berlebihan. Virus corona tidak akan mempengaruhi negara untuk jangka panjang dan itu akan pergi," ucap Ayatollah Ali Khamenei beberapa waktu lalu.

Meski korban terus berjatuhan, Iran belum mengisolasi wilayah yang menjadi pusat penyebaran corona. Pemerintah masih membebaskan orang keluar masuk Kota Qom, wilayah dengan kasus corona terbanyak di Iran.

Berbeda dengan Arab Saudi yang langsung menutup kota suci Mekkah dan Madinah meski saat itu belum ada kasus positif corona.

Dilansir dari The New York Times, Iran juga tak segera memberlakukan kebijakan karantina di rumah sakit bagi setiap pasien positif corona seperti yang dilakukan negara lain.

Para pejabat Iran sempat mengklaim fasilitas kesehatan mereka siap menangani kasus corona. Teheran bahkan menganggap kebijakan karantina "kuno" dan menggambarkan Iran sebagai negara yang patut menjadi contoh.

Namun Iran telah membatalkan salat Jumat dan ibadah berjemaah lain untuk menekan penyebaran virus corona.

Juru bicara Kementerian Kesehatan Kianoush Jahanpour mengatakan semua kegiatan yang melibatkan orang banyak harus dibatalkan sampai pemberitahuan lebih lanjut.

Tetapi laju virus corona tak tertahankan. Kuwait, Bahrain, Irak, hingga Afghanistan bahkan mengaku kasus Covid-19 yang terjadi di negara mereka ditularkan dari Iran.

Sejak itu, ketidakpercayaan publik terhadap penanganan corona di Iran makin terasa. Dilansir dari Channel News Asia, seorang anggota parlemen Iran dari Kota Qom, Ahmad Amirabadi Farahani, menuding pemerintahan Presiden Hassan Rouhani menutupi data kematian pasien corona di kota itu.

Farahani mengklaim virus corona di kota yang berjarak 120 kilometer dari Ibu Kota Teheran itu telah memakan lebih banyak korban jiwa daripada yang dilaporkan pemerintah.

Belasan petugas medis Iran yang sempat diwawancarai The New York Times mengaku pemerintah mengendalikan informasi terkait corona.

Beberapa dari mereka menuturkan pemerintah menempatkan aparat keamanan di setiap rumah sakit dan melarang pegawai RS untuk mengungkap informasi apa pun soal pasien corona hingga fasilitas kesehatan.
Foto: CNN Indonesia/Fajrian

Pengungkapan informasi terkait pasien corona dianggap sebagai "ancaman keamanan nasional".

"Pelanggaran semacam itu akan segera ditangani oleh komite disipliner," kata seorang perawat kepada keluarganya yang kemudian diberikan kepada New York Times.

Seorang ahli patologi terkemuka di Teheran bercerita seluruh staf laboratorium yang tengah menguji vaksin virus corona diancam dengan interogasi dan penangkapan jika mereka mengungkap informasi sekecil apa pun ke media.

"Memalukan. Dengan mengubah ini menjadi masalah keamanan nasional, (pemerintah) memberikan lebih banyak tekanan pada dokter dan tim medis dengan menciptakan lingkungan yang kacau dan menakutkan," kata ahli yang tak ingin diungkap identitasnya itu.

Salah satu pejabat kesehatan di Provinsi Golestan, utara Iran, Abdulreza Fazel, juga merasa frustasi lantaran bantuan dari pemerintah pusat tak kunjung datang meski telah terjadi ratusan kasus corona di wilayah itu.

"Kami sudah berteriak kepada Kementerian Kesehatan Iran bahwa kami memiliki 594 pasien corona tetapi kementerian mengatakan kepada kami karena kami tidak memiliki bukti hasil tes positif, mereka tak akan memberikan peralatan kesehatan yang dibutuhkan," kata Fazel.

"Mereka (pemerintah) pusat terus berkata tunggu, tunggu, dan tunggu. Kemudian mereka tiba-tiba mengatakan bahwa kami ada di pusat penyebaran corona. Kami sudah tahu sejak hari pertama bahwa wilayah kami sumber corona," ucapnya menambahkan.

Kini Iran berencana mengerahkan 300 ribu personel untuk mensterilkan rumah-rumah warga.

Demi mengantisipasi kepanikan warga, pejabat hukum Iran juga memperingatkan seluruh pihak terkait ancaman hukuman mati jika kedapatan menimbun masker dan peralatan kesehatan lainnya.

Pemerintah Iran akan melakukan karantina bagi setiap warga yang ingin meninggalkan Kota Qom, namun memiliki gejala demam dengan suhu tubuh tinggi.

Fasilitas Medis Tak Memadai

Fasilitas medis yang kurang memadai disinyalir turut memperburuk penyebaran corona di Iran.

Dilansir dari Majalah Foreign Policy, sanksi Amerika Serikat turut mempersulit keadaan Iran dalam menghadapi serangan corona lantaran embargo ekonomi itu membuat rantai pasokan industri obat-obatan dan alat kesehatan ikut terganggu.

Iran merupakan salah satu negara yang memiliki ambisi untuk memiliki senjata nuklir sekaligus musuh bebuyutan AS. Selama ini, Washington menuding Iran masih mengembangkan program pengembangan nuklir meski hal itu ditepis oleh Teheran.

Meski Iran memproduksi sendiri, negara di Timur Tengah itu sangat mengandalkan bahan-bahan impor yang hampir seluruhnya dipasok dari China dan India untuk membuat sejumlah obat dan antivirus.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memasok alat diagnosa dan pelindung lainnya ke Iran setelah sejumlah laporan menyebut petugas medis di negara itu kekurangan pakaian pelindung dan masker sehingga mempersulit pengendalian virus corona.
Foto: CNNIndonesia/Basith Subastian

Iran juga membuka 15 laboratorium medis untuk mendiagnosis infeksi virus corona.

Meski was-was dengan sanksi Iran, Jerman, Prancis, dan Inggris telah mengungkapkan keinginan mereka menggelontorkan lima juta euro untuk menolong Iran menangani virus corona.

China juga menyatakan telah mengirim sejumlah personel medis ke Teheran untuk membantu memaksimalkan pencegahan penyebaran epidemi tersebut.

AS bahkan mengungkapkan niat ingin turut membantu Iran dalam menangani penyebaran corona meski tengah menerapkan sanksi terhadap negara tersebut. Presiden Trump menuturkan negaranya siap membantu jika Iran meminta pertolongan. cnnindonesia.com

************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: