Syiahindonesia.com – Dalam beberapa dekade terakhir, penyebaran ajaran Syiah di Indonesia semakin gencar dilakukan, baik secara terang-terangan maupun terselubung. Salah satu taktik utama yang sering digunakan oleh kelompok Syiah adalah menyerang Ahlus Sunnah wal Jamaah dengan berbagai tuduhan, seperti mengkultuskan sahabat Nabi, mengabaikan ahlul bait, bahkan dituduh sebagai pelaku fitnah pasca wafat Rasulullah ﷺ. Namun, ulama-ulama Sunni tidak tinggal diam. Dengan ilmu dan dalil yang kuat, mereka memberikan jawaban sistematis untuk meluruskan tuduhan-tuduhan tersebut.
1. Tuduhan Syiah: Ahlus Sunnah Mengabaikan Ahlul Bait
Salah satu tuduhan paling sering dilontarkan oleh Syiah adalah bahwa Sunni tidak mencintai ahlul bait Nabi ﷺ. Mereka mengklaim bahwa hanya Syiahlah yang benar-benar mencintai dan mengikuti ahlul bait.
Jawaban Ulama Sunni:
Ulama Sunni dengan tegas membantah tuduhan ini. Ahlus Sunnah mencintai ahlul bait dengan cinta yang sesuai syariat, bukan cinta yang berlebihan atau mengandung unsur pemujaan sebagaimana yang dilakukan Syiah. Dalilnya sangat jelas dalam banyak riwayat.
Rasulullah ﷺ bersabda:
«أُذَكِّرُكُمُ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي، أُذَكِّرُكُمُ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي»
“Aku ingatkan kalian kepada Allah tentang ahlul bait-ku, aku ingatkan kalian kepada Allah tentang ahlul bait-ku.”
(HR. Muslim no. 2408)
Imam Syafi’i rahimahullah juga pernah berkata:
"إن كان رفضاً حب آل محمد، فليشهد الثقلان أني رافضي"
“Jika mencintai keluarga Muhammad dianggap sebagai rafidhah, maka biarlah jin dan manusia bersaksi bahwa aku adalah rafidhah (dalam arti cinta, bukan dalam keyakinan).”
Namun, cinta kepada ahlul bait tidak berarti mengkafirkan sahabat, merusak Al-Qur’an, atau mengangkat imam-imam maksum seperti dalam ajaran Syiah.
2. Tuduhan Syiah: Sahabat Nabi Khianat Setelah Wafat Rasulullah ﷺ
Syiah secara terbuka menuduh bahwa mayoritas sahabat Nabi ﷺ telah murtad atau berkhianat karena tidak mengangkat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah pertama.
Jawaban Ulama Sunni:
Tuduhan ini adalah bentuk penghinaan kepada para sahabat yang telah membela Islam dengan darah dan harta mereka. Al-Qur’an sendiri sudah memberikan pujian kepada para sahabat:
وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ المُهَاجِرِينَ وَالأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ
"Orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama masuk Islam dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah."
(QS. At-Taubah: 100)
Ulama Sunni menjelaskan bahwa pemilihan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu sebagai khalifah adalah hasil musyawarah sahabat besar, termasuk Ali sendiri yang kemudian membaiat beliau. Maka, tuduhan bahwa Ali tidak diakui adalah dusta dan rekayasa sejarah versi Syiah.
3. Tuduhan Syiah: Al-Qur’an yang Sekarang Tidak Lengkap
Dalam kitab-kitab rujukan Syiah seperti Al-Kafi, terdapat riwayat-riwayat yang menunjukkan keyakinan bahwa Al-Qur’an telah mengalami perubahan (tahrif) dan sebagian ayat yang mendukung imamah Ali telah dihapus.
Jawaban Ulama Sunni:
Ulama Sunni menjelaskan bahwa Al-Qur’an telah dijaga langsung oleh Allah, dan tidak ada satu huruf pun yang hilang dari wahyu-Nya.
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar menjaganya.”
(QS. Al-Hijr: 9)
Para ulama seperti Imam Al-Qurthubi dan Ibnu Katsir menyatakan bahwa ayat ini adalah bukti penolakan total terhadap keyakinan adanya perubahan dalam Al-Qur’an. Sementara itu, kepercayaan Syiah tentang adanya ayat tersembunyi atau mushaf Fatimah adalah khurafat yang tidak ada dalil sahihnya.
4. Tuduhan Syiah: Sunni Bertaklid Buta kepada Ulama dan Madzhab
Syiah menuduh bahwa kaum Sunni hanya mengikuti ulama-ulama madzhab tanpa dalil dan mengabaikan ijtihad sendiri.
Jawaban Ulama Sunni:
Dalam Ahlus Sunnah, taklid kepada ulama madzhab bukanlah buta, melainkan bentuk ikhtiar untuk mengikuti orang yang lebih paham dan terpercaya dalam memahami Al-Qur’an dan sunnah. Ijtihad tetap dilakukan oleh para mujtahid pada masanya, dan tidak semua orang bisa berijtihad tanpa ilmu.
Allah berfirman:
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Tanyakanlah kepada ahlul dzikr (orang berilmu), jika kalian tidak mengetahui.”
(QS. An-Nahl: 43)
Ini membuktikan bahwa mengikuti ulama adalah bagian dari perintah Allah, bukan sekadar doktrin kosong seperti yang dituduhkan oleh Syiah.
5. Tuduhan Syiah: Imamah Lebih Penting dari Kenabian
Syiah meyakini bahwa imam-imam mereka lebih tinggi kedudukannya daripada para nabi, dan imam adalah maksum serta wajib diikuti.
Jawaban Ulama Sunni:
Ini adalah bentuk ghuluw (melampaui batas) yang sangat berbahaya. Rasulullah ﷺ sendiri tidak pernah mengangkat imam sepeninggal beliau. Yang beliau wariskan adalah Al-Qur’an dan sunnah.
«تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ، لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُم بِهِمَا: كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ»
“Aku tinggalkan dua perkara kepada kalian, kalian tidak akan tersesat selama berpegang kepada keduanya: Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya.”
(HR. Malik no. 1395)
Tidak ada satupun hadits sahih yang menyatakan bahwa Ali atau keturunannya adalah imam maksum dan wajib diikuti secara absolut.
Kesimpulan: Ulama Sunni Menjawab dengan Ilmu, Bukan Caci Maki
Dalam menghadapi tuduhan Syiah, ulama-ulama Ahlus Sunnah menjawab dengan dalil dari Al-Qur’an, hadits sahih, dan riwayat yang dapat dipercaya. Mereka tidak membalas dengan hujatan, tapi dengan ilmu dan hujjah yang kokoh, karena Islam adalah agama ilmu dan hikmah.
Penting bagi umat Islam di Indonesia untuk mempelajari Islam dari sumber-sumber yang sahih, bukan dari kelompok yang telah dikenal menyebarkan kebohongan atas nama agama. Dengan demikian, umat akan terhindar dari fitnah Syiah yang berbahaya dan tetap berada di atas jalan lurus Ahlus Sunnah wal Jamaah.
(albert/syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: