Breaking News
Loading...

Syiah dan Penyimpangan Mereka dalam Tafsir Al-Qur’an

Syiahindonesia.com - Salah satu bentuk penyimpangan paling serius dalam ajaran Syiah adalah cara mereka menafsirkan Al-Qur’an yang tidak lagi mengikuti metode Rasulullah ﷺ, para sahabat, dan generasi salaf. Tafsir Al-Qur’an dalam Syiah tidak berdiri di atas kaidah ilmiah tafsir yang lurus, tetapi ditundukkan kepada doktrin imamah, kemaksuman imam, dan kepentingan mazhab. Akibatnya, banyak ayat Al-Qur’an yang dipelintir maknanya demi membenarkan akidah yang sejak awal tidak memiliki dasar yang sahih.

Artikel ini mengulas secara detail bagaimana penyimpangan tafsir Al-Qur’an dalam Syiah terjadi, dampaknya bagi umat, serta bantahannya berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah.


1. Prinsip Tafsir dalam Islam yang Benar

Ahlus Sunnah wal Jama’ah menetapkan bahwa tafsir Al-Qur’an harus mengikuti urutan berikut:

  1. Ditafsirkan dengan Al-Qur’an

  2. Ditafsirkan dengan Sunnah Rasulullah ﷺ

  3. Ditafsirkan dengan perkataan para sahabat

  4. Ditafsirkan dengan perkataan tabi’in

  5. Menggunakan kaidah bahasa Arab yang sahih

Allah menegaskan:

﴿ وَمَآ ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمۡ عَنۡهُ فَٱنتَهُوا۟ ﴾
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka ambillah, dan apa yang dilarangnya maka tinggalkanlah.”
(QS. Al-Hasyr: 7)

Inilah manhaj tafsir yang ditempuh oleh para ulama besar Ahlus Sunnah.


2. Tafsir Al-Qur’an dalam Syiah Dikendalikan oleh Doktrin Imamah

Berbeda dengan Ahlus Sunnah, Syiah menjadikan imam sebagai satu-satunya otoritas mutlak dalam memahami Al-Qur’an. Menurut mereka:

  • Al-Qur’an tidak bisa dipahami kecuali melalui imam

  • Makna batin Al-Qur’an hanya diketahui imam

  • Tafsir sahabat mayoritas dianggap tidak sah

  • Imam bisa menakwil ayat sesuai kepentingan mazhab

Akibatnya, Al-Qur’an tidak lagi menjadi sumber utama, tetapi hanya menjadi “bahan pembenar” bagi ajaran imam.


3. Pemelintiran Ayat untuk Membenarkan Imamah Ali

Salah satu bentuk penyimpangan tafsir Syiah adalah memaksakan ayat-ayat Al-Qur’an agar seolah-olah menunjuk Ali sebagai khalifah secara nash (teks langsung), padahal ayat tersebut turun dalam konteks lain.

Contoh ayat yang sering mereka salahgunakan:

﴿ إِنَّمَا وَلِیُّكُمُ ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥ وَٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ ٱلَّذِینَ یُقِیمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَیُؤۡتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَهُمۡ رَ ٰكِعُونَ ﴾
“Sesungguhnya pelindung kalian hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat.”
(QS. Al-Ma’idah: 55)

Syiah memaksakan tafsir bahwa ayat ini hanya tentang Ali saat bersedekah dalam keadaan rukuk. Padahal seluruh mufassir Ahlus Sunnah menjelaskan bahwa ayat ini bersifat umum tentang kaum mukminin, bukan penunjukan politik kepada Ali sebagai khalifah.

Ini adalah tafsir ideologis, bukan tafsir ilmiah.


4. Klaim Makna Batin yang Menyesatkan

Dalam tafsir Syiah dikenal konsep bahwa:

  • Ayat Al-Qur’an punya makna zhahir

  • Punya makna batin rahasia

  • Makna batin hanya diketahui imam

Konsep ini membuka ruang bagi tafsir liar tanpa batas, karena:

  • Tidak bisa diuji secara ilmiah

  • Tidak bisa diverifikasi sanadnya

  • Hanya bergantung pada klaim sepihak

Padahal Allah menurunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk yang jelas:

﴿ هَٰذَا بَیَانࣱ لِّلنَّاسِ وَهُدࣰى وَمَوۡعِظَةࣱ لِّلۡمُتَّقِینَ ﴾
“Al-Qur’an ini adalah penjelasan bagi manusia, petunjuk dan pelajaran.”
(QS. Ali Imran: 138)

Jika makna Al-Qur’an hanya diketahui imam tertentu, maka fungsi petunjuk bagi seluruh manusia menjadi batal.


5. Penolakan Tafsir Para Sahabat

Syiah menolak tafsir:

  • Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu

  • Umar radhiyallahu ‘anhu

  • Utsman radhiyallahu ‘anhu

  • Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, dan mayoritas sahabat

Padahal generasi sahabat adalah orang yang langsung belajar Al-Qur’an kepada Rasulullah ﷺ.

Allah memuji mereka:

﴿ وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلۡأَوَّلُونَ مِنَ ٱلۡمُهَٰجِرِینَ وَٱلۡأَنصَارِ وَٱلَّذِینَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحۡسَٰنࣲ رَّضِیَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ ﴾
(QS. At-Taubah: 100)

Menolak tafsir sahabat berarti merobohkan fondasi pemahaman Al-Qur’an itu sendiri.


6. Dugaan Pengurangan dan Perubahan Al-Qur’an dalam Literatur Syiah

Dalam sebagian kitab klasik Syiah ditemukan riwayat yang mengklaim bahwa:

  • Al-Qur’an mengalami pengurangan

  • Beberapa ayat tentang Ali dihapus

  • Mushaf Utsmani dianggap tidak sempurna

Ini bertentangan langsung dengan janji Allah:

﴿ إِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا ٱلذِّكۡرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ ﴾
“Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-Qur’an dan Kami pula yang menjaganya.”
(QS. Al-Hijr: 9)

Ulama Ahlus Sunnah sepakat bahwa meyakini Al-Qur’an berubah adalah kekufuran.


7. Tafsir Syiah Sarat Muatan Politik dan Dendam Sejarah

Banyak tafsir Syiah:

  • Dipenuhi cacian terhadap sahabat

  • Dibangun di atas konflik politik pasca wafatnya Nabi ﷺ

  • Dijadikan alat untuk menyerang Ahlus Sunnah

  • Digunakan untuk membenarkan kebencian terhadap khalifah yang sah

Ini menjadikan tafsir bukan lagi ibadah ilmiah, tetapi alat propaganda ideologi.


8. Dampak Penyimpangan Tafsir Syiah terhadap Umat

Penyimpangan tafsir ini melahirkan banyak kesesatan lanjutan:

  • Kultus imam

  • Pengkafiran sahabat

  • Syirik dalam doa dan tawasul

  • Ritual-ritual bid’ah

  • Kebencian sektarian

  • Perpecahan umat Islam

Semua ini berawal dari kerusakan dalam memahami Kitab Allah.


9. Sikap Ahlus Sunnah terhadap Tafsir yang Menyimpang

Ahlus Sunnah memiliki prinsip tegas:

"فَسِّرِ الْقُرْآنَ بِالْقُرْآنِ وَالسُّنَّةِ وَأَقْوَالِ الصَّحَابَةِ"
“Tafsirlah Al-Qur’an dengan Al-Qur’an, Sunnah, dan perkataan para sahabat.”

Segala bentuk tafsir yang:

  • Bertentangan dengan Sunnah

  • Menyelisihi ijma’ sahabat

  • Mencederai kemurnian tauhid

Maka wajib ditolak.


10. Kesimpulan

Penyimpangan Syiah dalam tafsir Al-Qur’an tampak jelas melalui:

  1. Menjadikan imam sebagai otoritas mutlak tafsir

  2. Memelintir ayat demi doktrin imamah

  3. Mengklaim makna batin yang tak bisa diverifikasi

  4. Menolak tafsir sahabat Nabi

  5. Meragukan kemurnian Al-Qur’an dalam sebagian literatur

  6. Menjadikan tafsir sebagai alat propaganda ideologi

Semua ini merupakan penyimpangan serius yang membahayakan akidah umat Islam. Oleh karena itu, umat Islam wajib kembali kepada tafsir Al-Qur’an yang lurus berdasarkan Sunnah Rasulullah ﷺ dan pemahaman para sahabat agar selamat dari kesesatan yang disusupkan melalui tafsir ideologis.

(albert/syiahindonesia.com)



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: