Pendahuluan
Dalam perkembangan sejarah Islam, Israiliyat adalah kisah-kisah yang bersumber dari tradisi Yahudi dan Nasrani, terutama melalui orang-orang yang masuk Islam namun masih membawa pengaruh cerita terdahulu. Ulama Ahlus Sunnah sangat berhati-hati terhadap Israiliyat, karena sebagian besar tidak sahih dan tidak boleh dijadikan dasar akidah. Namun dalam literatur Syiah, banyak kisah Israiliyat diserap, dipelintir, lalu dijadikan landasan untuk membangun doktrin yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah ﷺ.
1. Asal-Usul Israiliyat dalam Literatur Syiah
Syiah memiliki banyak kitab hadis dan tafsir yang diwarnai riwayat-riwayat lemah atau palsu yang bersifat fantastis. Banyak dari kisah ini memiliki kemiripan dengan tradisi Yahudi, terutama:
-
kisah tokoh suci yang dianggap memiliki kekuatan supranatural berlebihan,
-
kisah imam yang tidak bisa salah (maksum),
-
konsep raja akhir zaman yang mirip “Mesiah” (al-Masih) dalam tradisi Yahudi.
Para ulama menyebut bahwa Syiah banyak mengambil kisah dari tokoh-tokoh seperti Abdullah bin Saba’, yang berasal dari latar Yahudi dan memiliki peran besar dalam menanamkan benih ekstremisme terhadap Ali.
2. Israiliyat untuk Membesar-besarkan Kedudukan Imam
Dalam banyak kitab Syiah, terdapat kisah-kisah yang sama sekali tidak memiliki sanad sahih, misalnya:
-
Imam bisa mengatur alam semesta
-
Imam tahu perkara gaib
-
Imam lebih utama dari para nabi
Ini identik dengan kisah-kisah Yahudi tentang para nabi mereka yang digambarkan sebagai makhluk setengah ketuhanan. Syiah menggunakan cerita-cerita seperti ini untuk menegakkan paham bahwa Imam adalah makhluk suci yang harus ditaati setingkat—bahkan melebihi—para nabi.
Padahal Allah berfirman:
﴿ عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَىٰ غَيْبِهِ أَحَدًا ﴾
“(Allah) mengetahui yang gaib dan tidak menampakkan ke-gaiban-Nya kepada siapa pun.” (QS. Al-Jinn: 26)
3. Israiliyat untuk Menyebar Kebencian kepada Sahabat
Sebagian kisah Israiliyat dipakai untuk:
-
menuduh sahabat mengkhianati Nabi ﷺ,
-
mendukung mitos bahwa Abu Bakar dan Umar merampas kekuasaan,
-
membangun narasi bahwa Ali dizalimi.
Banyak cerita itu berasal dari dongeng-dongeng yang tidak ada dalam riwayat sahih. Syiah memelintirnya agar tampak historis, lalu menyebarkannya dalam bentuk:
-
syair-syair duka,
-
kisah dramatis
-
dan majelis-majelis ratapan.
Padahal Allah memuji para sahabat:
﴿ وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ ... رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ ﴾
(QS. At-Taubah: 100)
4. Israiliyat dalam Mitos Mahdi dan Raj’ah
Syiah juga mengadopsi kisah-kisah mistik yang mirip konsep Yahudi tentang “kembalinya raja suci” sebelum akhir zaman.
Dalam Syiah:
-
Mahdi digambarkan bersembunyi 1200 tahun lebih,
-
akan kembali untuk membalas dendam,
-
akan menghidupkan orang mati (raj’ah),
-
akan memimpin dunia dengan kekuatan supranatural.
Narasi ini sangat mirip dengan cerita Yahudi tentang kedatangan Mashiach.
Islam tidak mengenal konsep orang mati kembali sebelum kiamat. Ini murni Israiliyat.
5. Israiliyat dalam Kisah-Kisah Abdullah bin Saba’
Abdullah bin Saba’, seorang Yahudi yang pura-pura masuk Islam, memiliki ajaran-ajaran yang sangat mirip dengan ekstremisme Syiah:
-
Ali sebagai sosok mirip “tuhan kecil”
-
Ali tidak boleh mati
-
Ali pasti kembali seperti Mesiah
-
para sahabat dianggap munafik
Jejak pemikirannya muncul dalam banyak riwayat Syiah awal. Ulama menyatakan bahwa banyak doktrin Syiah berasal dari akar pemikiran ini, bukan dari Al-Qur’an atau Sunnah.
6. Mengambil Israiliyat untuk Menafsirkan Al-Qur’an
Dalam tafsir Syiah, banyak ayat Al-Qur’an ditafsirkan bukan berdasarkan:
-
bahasa Arab,
-
riwayat sahih,
-
atau penjelasan Nabi ﷺ,
tetapi berdasarkan kisah-kisah dongeng yang tidak dapat diverifikasi.
Contoh:
-
Ayat tentang “wali” ditafsirkan sebagai Ali meski tidak ada dalil sahih.
-
Ayat tentang “imam” dipelintir menjadi 12 imam mereka.
-
Ayat tentang “Ahlul Bait” dibatasi hanya Fatimah, Ali, Hasan, dan Husain, sedangkan istri-istri Nabi ﷺ dihapuskan dari makna ayat.
Semua ini didukung oleh kisah-kisah lemah, termasuk Israiliyat.
7. Sikap Ulama Sunni terhadap Israiliyat
Ulama Ahlus Sunnah:
-
menerima kisah Israiliyat hanya sebagai cerita,
-
tidak menjadikannya akidah,
-
menolak jika bertentangan dengan Qur’an dan Sunnah.
Sedangkan dalam Syiah, Israiliyat justru dijadikan pilar untuk:
-
membangun doktrin imam 12,
-
memusuhi sahabat,
-
mengkultuskan tokoh tertentu,
-
dan menciptakan narasi agama baru.
Kesimpulan
Syiah menggunakan Israiliyat sebagai bahan baku untuk menyusun banyak doktrin akidah mereka:
-
kultus imam,
-
kebencian kepada sahabat,
-
mitos Mahdi,
-
konsep raj’ah,
-
dan tafsir-tafsir menyimpang.
Padahal akidah Islam harus bersih dari dongeng, mitos, dan kisah palsu.
Islam berdiri di atas wahyu, bukan Israiliyat.
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: