Breaking News
Loading...

Syiah dan Kesalahan Mereka dalam Menafsirkan Al-Qur’an


Pendahuluan

Salah satu akar penyimpangan terbesar dalam ajaran Syiah adalah metode mereka dalam menafsirkan Al-Qur’an. Bukan hanya keliru, tetapi sering kali memaksakan makna, membuang ayat, atau mentakwilkan ayat secara ekstrim demi mendukung doktrin mereka tentang imamah, kemaksuman imam, kebencian kepada sahabat, serta kepercayaan terhadap imam ghaib.

Para ulama Ahlus Sunnah menyebut metode tafsir Syiah sebagai tafsir bil-hawa—penafsiran berdasarkan hawa nafsu, bukan berdasarkan kaidah ilmu.

Artikel ini membongkar penyimpangan utama dalam cara Syiah menafsirkan Al-Qur’an.


1. Mengklaim Al-Qur’an Sudah Diubah—Keyakinan Paling Berbahaya

Sebagian besar ulama Syiah terdahulu secara eksplisit menyatakan bahwa Al-Qur’an telah dirubah oleh para sahabat dan ayat-ayat tentang Ali “dihilangkan”.

Contoh dari kitab-kitab Syiah:

  • Al-Kulaini dalam Ushul al-Kafi meriwayatkan puluhan riwayat bahwa Al-Qur’an telah dirubah.

  • Ath-Thabarsi dalam Fashl al-Khitab fi Itsbat Tahrif Kitab Rabb al-Arbab menegaskan keyakinan adanya tahrif.

Padahal Allah telah menjamin Al-Qur’an:

﴿ إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ ﴾
(QS. Al-Hijr: 9)

Siapa pun yang meyakini tahrif Al-Qur’an berarti menuduh Allah tidak mampu menjaga kitab-Nya—ini adalah bentuk kekufuran menurut ijma’ ulama.


2. Menafsirkan Ayat Sesuai Doktrin Imamah

Syiah memaksakan agar banyak ayat berbicara tentang Ali radhiyallahu ‘anhu, padahal konteks ayat jelas tidak menunjukkan itu.

Contoh Penyimpangan:

a. QS. Al-Maidah: 55 “wali kalian adalah Allah, Rasul, dan…”

Syiah mengatakan “orang yang ruku sambil memberi sedekah” adalah Ali dan ini menjadi dalil imamah.

Padahal:

  • Ayat ini berbicara tentang sifat orang beriman, bukan individu tertentu.

  • Para ahli tafsir dari sahabat dan tabi’in tidak pernah menafsirkannya sebagai imamah Ali.

  • Hadis tentang Ali bersedekah ketika ruku adalah hadis maudhu’ (palsu) menurut Ibn Hajar dan Adz-Dzahabi.


b. QS. Al-Baqarah: 124 tentang imamah Ibrahim

Syiah mengklaim imamah adalah jabatan suci ilahi yang diwariskan kepada Ali dan keturunannya.

Padahal:

  • Ulama tafsir menyebut imamah di sini adalah kepemimpinan para nabi, bukan manusia biasa.

  • Ayat ini tidak bisa dijadikan dalil kepemimpinan politik Ali.


c. QS. Al-Ahzab: 33 “Ahlul Bait”

Syiah mengklaim ayat ini hanya untuk Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain.

Padahal:

  • Konteks ayat dari awal berbicara tentang istri-istri Nabi ﷺ.

  • Menurut Ibnu Katsir, Thabari, dan jumhur ulama, ayat ini mencakup istri-istri Nabi dan juga keluarga Ali sebagai bagian dari Ahlul Bait.

Penyempitan makna oleh Syiah adalah bentuk manipulasi.


3. Menolak Tafsir Para Sahabat Padahal Mereka yang Hidup Bersama Nabi

Salah satu kesesatan metodologis Syiah:

Mereka menolak tafsir Abu Bakar, Umar, Utsman, Ibnu Abbas, Ibnu Mas‘ud, Aisyah, dan seluruh sahabat yang bukan dari kelompok yang mereka sukai.

Padahal Nabi ﷺ bersabda:

"Sebaik-baik manusia adalah generasiku (sahabat)."
(HR. Bukhari)

Jika sahabat dianggap pendusta atau pengkhianat, maka:

  • siapa yang meriwayatkan Al-Qur’an?

  • siapa yang menuliskannya?

  • siapa yang mengajarkan tafsir?

Menolak sahabat berarti meruntuhkan seluruh pondasi Islam.


4. Menafsirkan Al-Qur’an Melalui Riwayat Imam Syiah yang Tidak Sah

Syiah menggunakan riwayat dari imam-imam mereka sebagai sumber utama tafsir. Padahal:

a. Imam-imam itu tidak pernah menulis kitab tafsir

Riwayat tentang tafsir mereka muncul berabad-abad setelah wafatnya imam tersebut.

b. Sanad riwayat Syiah penuh rawi dusta

Para ulama jarh wa ta‘dil menyatakan:

  • Al-Kulaini,

  • Al-Mufid,

  • Ath-Thusi,
    mengisi kitab mereka dengan riwayat tanpa validasi sanad.

c. Banyak riwayat yang menghina Al-Qur’an

Seperti klaim:

  • ayat tentang imamah dihapus,

  • mushaf asli ada pada Imam Mahdi,

  • Al-Qur’an Sunni tidak lengkap.

Ini semua adalah kebohongan besar.


5. Menafsirkan Ayat dengan Ketaksuban kepada Imam

Syiah berlebihan dalam memposisikan imam lebih tinggi dari manusia biasa, sehingga ayat apa pun ditarik untuk menyanjung imam.

Contoh:

  • Ayat nur (QS. An-Nur: 35) mereka takwil sebagai “cahaya para imam”.

  • Ayat ulil amri (QS. An-Nisa: 59) ditafsirkan bahwa ulil amri adalah imam Syiah, padahal ulama tafsir sepakat bahwa ulil amri adalah pemimpin muslim dan ulama, bukan satu individu tertentu.


6. Menolak Tafsir Sunnah karena Mereka Menolak Hadis Sahih

Karena mayoritas hadis sahih diriwayatkan oleh sahabat yang mereka benci, Syiah otomatis menolak sumber utama tafsir Al-Qur’an.

Padahal Allah berfirman:

﴿ وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ ﴾
(QS. An-Nahl: 44)

Nabi lah yang menjelaskan Al-Qur’an.
Menolak hadis sahih sama dengan menolak penjelasan Nabi.


7. Menggunakan Takwil Ekstrem yang Tidak Dibenarkan

Syiah sering menafsirkan ayat secara batiniyah—makna tersembunyi yang hanya diketahui imam mereka.

Contoh ekstrem:

  • kata “sirath” ditakwil sebagai “Ali”.

  • kata “naba’” ditakwil sebagai “Ali”.

  • kata “imam mubin” dalam QS. Yasin diklaim sebagai Hasan dan Husain.

Padahal ulama tafsir sepakat maknanya adalah:

  • Sirath = jalan yang lurus.

  • Naba’ = kabar besar.

  • Imam Mubin = kitab catatan amal.

Takwil Syiah tidak memiliki dasar bahasa atau syariat.


8. Menjadikan Kebencian kepada Sahabat sebagai Dasar Tafsir

Karena Syiah menganggap sahabat murtad setelah wafat Nabi, mereka menafsirkan ayat-ayat tertentu sebagai celaan kepada sahabat.

Contoh:

  • Ayat yang membahas munafik diinterpretasikan sebagai: “Ini tentang Abu Bakar dan Umar”.

  • Ayat tentang orang zalim—diinterpretasikan sebagai: “Ini tentang para sahabat kecuali Ali.”

Padahal tidak ada satu pun riwayat sahih yang menunjukkan ayat-ayat itu turun kepada sahabat yang mulia.


Kesimpulan: Kesalahan Fatal Syiah dalam Menafsirkan Al-Qur’an

1. Menuduh Al-Qur’an tahrif—bertentangan dengan ijma’ Muslim.

2. Memaksakan ayat untuk mendukung imamah.

3. Menolak tafsir sahabat—padahal mereka pembawa Al-Qur’an.

4. Menggunakan riwayat lemah, palsu, bahkan dusta.

5. Melakukan takwil batiniyah tanpa dasar.

6. Menjadikan kebencian kepada sahabat sebagai standar tafsir.

7. Menolak Sunnah sehingga menolak penjelasan Nabi.



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: