Breaking News
Loading...

Mengapa Syiah Mengklaim Bahwa Para Imam Mereka Makhluk Maksum?

 


Syiahindonesia.com -
Salah satu ajaran paling mendasar sekaligus paling bermasalah dalam ideologi Syiah adalah klaim bahwa para imam mereka adalah makhluk ma‘shum (terjaga dari dosa, salah, lupa, dan kekeliruan). Klaim ini tidak hanya bertentangan dengan Al-Qur’an, tapi juga membuka pintu kultus ekstrem terhadap manusia biasa yang kemudian diberi kedudukan hampir seperti Tuhan.

Ahlus Sunnah tidak pernah meyakini bahwa ada manusia yang ma‘shum selain para nabi dan rasul. Sementara Syiah menambah daftar “makhluk ma‘shum” hingga 12 imam, bahkan menjadikan kemaksuman mereka sebagai rukun iman yang tidak bisa ditolak.

Artikel ini mengulas secara detail mengapa klaim ini dianggap sebagai kesesatan serius.


1. Makna Ma‘shum Versi Syiah: Lebih dari Sekedar Bebas dari Dosa

Dalam syariat Islam, ma‘shum adalah sifat khusus para nabi agar wahyu terjaga. Namun dalam Syiah, konsep ini memiliki makna yang jauh lebih ekstrem:

  1. Imam tidak bisa melakukan dosa, baik kecil maupun besar.

  2. Imam tidak bisa lupa, salah, atau keliru.

  3. Imam mengetahui perkara gaib.

  4. Imam memiliki cahaya ilahiah sejak lahir.

  5. Imam tidak bisa berbuat maksiat karena Allah menjaganya secara mutlak.

  6. Imam tidak dapat dipengaruhi hawa nafsu.

  7. Imam memiliki akhlak sempurna setingkat nabi.

Pandangan ini memberi status supra-manusia kepada para imam mereka, padahal tidak ada dalil sahih yang mendukungnya.


2. Klaim Kemaksuman Imam Tidak Ada dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an tidak pernah menyebut bahwa imam Syiah itu ma‘shum.

Bahkan para nabi yang ma‘shum saja masih mendapatkan teguran dari Allah, seperti:

Nabi Adam عليه السلام

﴿ وَعَصَىٰ آدَمُ رَبَّهُ فَغَوَىٰ ﴾
“Dan Adam pun bermaksiat kepada Tuhannya dan tersesat.”
(QS. Thaha: 121)

Nabi Musa عليه السلام

﴿ فَوَكَزَهُۥ مُوسَىٰ فَقَضَىٰ عَلَیۡهِ ﴾
“Maka Musa meninjunya dan matilah orang itu.”
(QS. Al-Qashash: 15)

Kalau para nabi saja Allah tegur, bagaimana mungkin imam Syiah, yang bukan nabi, dianggap ma‘shum sampai tidak pernah salah sama sekali?


3. Klaim Kemaksuman Justru Menyeret Syiah ke Ajaran Ghuluw

Ghuluw artinya melampaui batas terhadap tokoh agama. Ini sudah pernah diperingatkan oleh Nabi ﷺ:

“لَا تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ”
“Janganlah kalian berlebih-lebihan memujiku seperti orang Nasrani memuji Isa bin Maryam.”
(HR. Bukhari)

Syiah melakukan hal yang lebih parah, yaitu:

  • Menciptakan doktrin kemaksuman imam.

  • Memberi kedudukan setara nabi.

  • Bahkan meyakini imam lebih tinggi dari nabi (sebagian ulama Syiah ekstrem).

Inilah pintu masuk menuju kultus dan kesyirikan.


4. Imam Syiah Dianggap Ma‘shum Agar Fatwa dan Doktrin Mereka Tidak Bisa Dibantah

Klaim ini bukan tanpa tujuan. Dengan menyatakan imam tidak mungkin salah, otomatis:

  • Semua ajaran Syiah yang menyimpang menjadi “sakral”.

  • Tidak ada ruang kritik terhadap fatwa atau tradisi buatan ulama Syiah.

  • Setiap perintah imam dianggap sama wajibnya dengan wahyu.

Imam bagi Syiah bukan sekadar pemimpin agama, melainkan otoritas absolut.


5. Para Sahabat yang Lebih Mulia Tidak Pernah Mengaku Ma‘shum

Ali bin Abi Thalib sendiri justru menyatakan:

“Aku hanyalah manusia biasa. Aku melakukan kesalahan dan kebenaran.”

Kalimat ini bertentangan total dengan klaim Syiah.

Jika Ali sendiri mengakui bisa salah, bagaimana mungkin Syiah memaksakan bahwa Ali ma‘shum dari segala kekeliruan?


6. Hadits-Hadits Kemaksuman Imam dalam Syiah Lemah dan Palsu

Kitab seperti Al-Kafi, Bihar al-Anwar, dan Al-Irsyad penuh dengan riwayat:

  • Tidak jelas sanadnya

  • Banyak perawi majhul

  • Banyak perawi dusta

  • Tidak ada dalam sumber Sunni maupun literatur hadits sahih

Jadi, konsep kemaksuman imam dibangun di atas riwayat palsu.


7. Bahaya Akidah Kemaksuman Imam

a. Menyeret umat ke dalam kesyirikan

Karena menganggap imam punya kemampuan gaib dan status suci seperti Tuhan kecil.

b. Menjadikan manusia sebagai objek ibadah

Pengikut Syiah berdoa kepada imam, meminta pertolongan, memohon ampunan, dan menggantungkan takdir kepada mereka.

c. Membuka pintu hegemoni ulama Syiah

Ajaran ini dirancang agar ulama Syiah memiliki kekuasaan spiritual mutlak.

d. Memutus umat dari Sunnah Nabi

Karena mereka lebih mengutamakan perkataan imam daripada Rasulullah ﷺ.


8. Kesimpulan

Konsep kemaksuman imam dalam Syiah:

  • Tidak ada dalil Qur’an

  • Tidak ada hadits sahih

  • Tidak diajarkan Nabi Muhammad ﷺ

  • Tidak diyakini sahabat

  • Bertentangan dengan logika dan realitas manusia

Ajaran ini hanyalah produk rekayasa ulama Syiah untuk menuhankan para imam dan mengekang jamaah dalam ikatan kultus yang ekstrem.

Islam mengajarkan bahwa kemaksuman hanyalah milik Allah dan para nabi. Sedangkan manusia biasa, sebaik apa pun mereka, tetap memiliki kekurangan.

Oleh karena itu, umat Islam harus berhati-hati agar tidak terjerumus ke dalam ajaran ghuluw yang mengangkat manusia ke derajat Tuhan.

(albert/syiahindonesia.com)



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: