Syiahindonesia.com - Salah satu pilar utama dalam ajaran Syiah Imamiyah Itsna ‘Asyariyah adalah doktrin Imamah, yaitu keyakinan bahwa kepemimpinan umat Islam setelah wafatnya Rasulullah ﷺ bukan berdasarkan musyawarah, tetapi merupakan penunjukan ilahi yang diturunkan secara turun-temurun kepada dua belas imam yang dianggap maksum (terjaga dari dosa). Dalam pandangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, konsep ini bukan hanya tidak memiliki dasar yang sahih dari Al-Qur’an dan Sunnah, tetapi justru bertentangan langsung dengan prinsip aqidah, syariat, dan sejarah Islam.
Artikel ini akan mengupas secara rinci bagaimana konsep imamah Syiah dibangun, di mana letak penyimpangannya, serta bahaya besar yang ditimbulkannya bagi persatuan dan kemurnian Islam.
1. Pengertian Imamah Menurut Syiah
Dalam ajaran Syiah, imamah bukan sekadar kepemimpinan politik, melainkan:
-
Jabatan suci setingkat kenabian (bahkan dianggap lebih tinggi dari nabi selain Nabi Muhammad ﷺ).
-
Imam diangkat langsung oleh Allah.
-
Imam bersifat maksum, tidak pernah salah, lupa, atau berdosa.
-
Imam adalah sumber agama, bukan sekadar penjaga syariat.
Syiah meyakini adanya 12 imam, dimulai dari:
-
Ali bin Abi Thalib
-
Hasan bin Ali
-
Husain bin Ali
-
Ali Zainal Abidin
-
Muhammad al-Baqir
-
Ja’far ash-Shadiq
-
Musa al-Kazhim
-
Ali ar-Ridha
-
Muhammad al-Jawad
-
Ali al-Hadi
-
Hasan al-Askari
-
Muhammad bin Hasan al-Askari (imam ghaib)
Bagi Syiah, mengimani imamah adalah rukun iman, dan siapa yang menolaknya dianggap kafir atau sesat.
2. Tidak Ada Dalil Al-Qur’an tentang Imamah Versi Syiah
Syiah sering mengklaim bahwa imamah adalah perintah Allah, namun tidak satu pun ayat Al-Qur’an yang secara tegas menyebut adanya 12 imam maksum sebagai pemimpin umat setelah Nabi.
Sebaliknya, Al-Qur’an menegaskan bahwa Al-Qur’an dan Sunnah adalah satu-satunya rujukan umat:
﴿ وَمَآ ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمۡ عَنۡهُ فَٱنتَهُواْ ﴾
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka ambillah, dan apa yang dilarangnya maka tinggalkanlah.”
(QS. Al-Hasyr: 7)
Ayat ini menunjukkan bahwa sumber agama adalah Rasulullah ﷺ, bukan imam-imam setelah beliau.
Allah juga menegaskan kesempurnaan agama:
﴿ ٱلۡيَوۡمَ أَكۡمَلۡتُ لَكُمۡ دِينَكُمۡ وَأَتۡمَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ نِعۡمَتِي ﴾
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian.”
(QS. Al-Ma’idah: 3)
Jika agama sudah sempurna, maka tidak diperlukan imam maksum baru sebagai sumber syariat.
3. Imamah dalam Syiah Lebih Tinggi dari Kenabian
Dalam kitab-kitab Syiah disebutkan bahwa:
-
Imam mengetahui seluruh perkara ghaib.
-
Ilmu imam lebih luas dari nabi.
-
Ketaatan kepada imam lebih utama dari ketaatan kepada nabi.
Ini adalah penyimpangan sangat besar, karena Allah sendiri menegaskan kedudukan Rasulullah ﷺ sebagai pemimpin tertinggi umat:
﴿ ٱلنَّبِيُّ أَوۡلَىٰ بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ مِنۡ أَنفُسِهِمۡ ﴾
“Nabi itu lebih utama bagi orang-orang beriman daripada diri mereka sendiri.”
(QS. Al-Ahzab: 6)
Menempatkan imam di atas nabi berarti merusak sendi tauhid dan risalah.
4. Klaim Kemaksuman Imam: Kebohongan Akidah
Syiah meyakini bahwa imam maksum, tidak mungkin salah atau berdosa. Padahal dalam Islam, kemaksuman hanya milik para nabi dan rasul, bukan pemimpin setelah mereka.
Allah berfirman tentang para nabi:
﴿ وَمَا يَنطِقُ عَنِ ٱلۡهَوَىٰٓ * إِنۡ هُوَ إِلَّا وَحۡيٞ يُوحَىٰ ﴾
“Dan tidaklah dia (Muhammad) berbicara menurut hawa nafsunya. Ucapannya tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan.”
(QS. An-Najm: 3–4)
Tidak ada satu pun ayat yang menyebut bahwa Ali atau imam-imam setelahnya bersifat maksum. Bahkan Ali sendiri tidak pernah mengklaim dirinya maksum.
5. Imamah Dibangun di Atas Penolakan terhadap Para Sahabat
Agar doktrin imamah dapat berdiri, Syiah harus meruntuhkan legitimasi para sahabat utama seperti:
-
Abu Bakar
-
Umar
-
Utsman
Mereka dituduh:
-
merebut kekhalifahan
-
mengkhianati wasiat Nabi
-
menyembunyikan ayat tentang imamah Ali
Padahal Allah memuliakan seluruh sahabat:
﴿ وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلۡأَوَّلُونَ مِنَ ٱلۡمُهَٰجِرِينَ وَٱلۡأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحۡسَٰنٖ رَّضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ ﴾
“Orang-orang yang terdahulu dari kaum Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka.”
(QS. At-Taubah: 100)
Menuduh para sahabat berkhianat berarti mendustakan Al-Qur’an.
6. Tidak Ada Wasiat Nabi tentang Penunjukan Imam Secara Definitif
Syiah mengklaim bahwa Nabi ﷺ telah menunjuk Ali sebagai imam secara eksplisit. Namun klaim ini tidak pernah terbukti dalam hadis-hadis sahih.
Peristiwa yang sering dijadikan dalil adalah Hadis Ghadir Khum, padahal maknanya adalah penegasan kecintaan dan penghormatan kepada Ali, bukan penunjukan sebagai khalifah.
Buktinya:
Setelah wafatnya Nabi ﷺ, tidak satu pun sahabat memahami Ghadir Khum sebagai penunjukan khalifah, termasuk Ali sendiri.
Jika memang ada wasiat ilahi, tentu Ali akan menuntutnya secara terbuka. Namun sejarah menunjukkan bahwa beliau justru:
-
berbaiat kepada Abu Bakar
-
menjadi penasehat Umar
-
ikut dalam pemerintahan Utsman
Ini adalah bantahan nyata terhadap klaim imamah Syiah.
7. Imamah Melahirkan Doktrin-Doktrin Sesat Turunan
Dari konsep imamah, muncullah berbagai penyimpangan lanjutan, antara lain:
-
Al-Ghaibah (imam ghaib yang tidak terlihat lebih dari 1000 tahun)
-
Wilayat al-Faqih (ulama sebagai wakil imam menangani negara)
-
Taqiyah ekstrem (kebohongan sistematis dalam dakwah)
-
Penghalalan mut’ah berdasarkan “hak imam”
-
Penolakan hadis sahabat
Semua ini tidak akan muncul jika konsep imamah Syiah tidak dibangun sejak awal.
8. Imamah Bertentangan dengan Prinsip Syura dalam Islam
Islam menetapkan bahwa kepemimpinan umat ditentukan melalui musyawarah (syura), bukan penunjukan ilahi melalui garis keturunan.
Allah berfirman:
﴿ وَأَمۡرُهُمۡ شُورَىٰ بَيۡنَهُمۡ ﴾
“Urusan mereka diputuskan dengan musyawarah di antara mereka.”
(QS. Asy-Syura: 38)
Kepemimpinan Abu Bakar, Umar, dan Utsman seluruhnya melalui mekanisme syura. Ini adalah model kepemimpinan Islam yang sahih, bukan imamah turun-temurun sebagaimana dalam ajaran Syiah.
9. Bahaya Konsep Imamah bagi Umat Islam
Penyebaran doktrin imamah Syiah mengakibatkan:
-
pengkultusan manusia
-
penghapusan peran Al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber utama
-
fanatisme buta kepada tokoh
-
perpecahan umat
-
lahirnya kebencian sistematis terhadap Ahlus Sunnah
-
legitimasi untuk pemberontakan dan kekacauan politik
Imamah tidak hanya menyimpang secara akidah, tetapi juga merusak stabilitas umat.
Kesimpulan
Konsep **Imamah dalam Syiah adalah doktrin yang:
-
tidak memiliki dasar sahih dari Al-Qur’an
-
bertentangan dengan Sunnah Rasulullah ﷺ
-
menolak prinsip syura
-
mengkultuskan manusia setingkat nabi
-
merusak kemuliaan para sahabat
-
dan melahirkan berbagai penyimpangan teologi lanjutan**
Umat Islam Indonesia wajib memahami bahwa imamah versi Syiah bukan bagian dari ajaran Islam yang lurus, melainkan konsep ideologis yang dibangun untuk mempertahankan kekuasaan dan dominasi mazhab mereka.
(albert/syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: