Breaking News
Loading...

Mengapa Syiah Menganggap Imam Mereka Makhluk yang Maksum?


Pendahuluan

Salah satu doktrin paling fundamental dalam mazhab Syiah Imamiyah adalah keyakinan bahwa para imam mereka bersifat maksum—yakni terbebas dari dosa, kesalahan, kelupaan, dan kekeliruan, sama seperti Nabi Muhammad ﷺ. Keyakinan ini bukan sekadar keutamaan, tetapi menjadi pilar agama dalam Syiah, sehingga siapa pun yang tidak mengakui kemaksuman imam dianggap kafir dan keluar dari agama.

Dalam Islam (Ahlus Sunnah), konsep ini tidak hanya tidak ada, tetapi justru bertentangan dengan Al-Qur’an, Sunnah, dan ijma’ ulama.

Artikel ini akan menjelaskan asal-usul keyakinan ini, bagaimana Syiah membangunnya, dan mengapa ia bertentangan dengan ajaran Islam.


1. Konsep Maksum dalam Islam: Hanya untuk Para Nabi

Ahlus Sunnah wal Jama’ah sepakat bahwa kemaksuman (al-‘ishmah) hanya milik para nabi dalam penyampaian wahyu. Nabi tidak mungkin salah dalam tabligh, tetapi tetap bisa melakukan kesalahan kecil yang langsung ditegur Allah.

Contoh:

1.1 Allah menegur Nabi Muhammad ﷺ

"‘Abasa wa tawallā..."
(QS. ‘Abasa: 1)

1.2 Nabi Yunus a.s. ditegur

“Maka ia pergi dalam keadaan marah…”
(QS. Al-Anbiya: 87)

Ini menunjukkan bahwa nabi saja masih ditegur. Maka bagaimana mungkin imam yang bukan nabi dianggap maksum secara total?


2. Syiah Mengklaim Imam Maksum Seperti Nabi — Bahkan Lebih Tinggi

Dalam kitab utama Syiah Al-Kafi disebutkan:

“Para imam adalah makhluk yang tidak lupa, tidak salah, dan tidak berbuat dosa.”
(Al-Kafi, 1/198)

“Imam mengetahui apa yang terjadi dan apa yang akan terjadi.”
(Al-Kafi, 1/260)

“Imam lebih tinggi kedudukannya daripada para malaikat.”
(Bihar al-Anwar, 26/297)

Ini bukan sekadar penghormatan, tetapi pengkultusan.


3. Mengapa Syiah Menciptakan Doktrin Imam Maksum?

3.1 Karena doktrin Imamah harus dianggap lebih tinggi dari kenabian

Syiah Imamiyah menganggap imamah adalah rukun agama yang paling penting. Bahkan lebih penting dari:

  • tauhid

  • shalat

  • puasa

  • haji

Imam al-Mufid (tokoh Syiah) menyatakan:

“Imamah adalah pokok agama yang paling utama.”
(Awā'il al-Maqālāt, hal. 35)

Karena itu, agar imam diposisikan di atas Nabi, ia harus dianggap maksum juga. Tanpa kemaksuman, imamah akan runtuh.


3.2 Agar ucapan imam setara dengan wahyu

Syiah percaya bahwa imam mengajarkan agama melalui “ilmu ilahi”—bukan ijtihad. Maka mereka harus dianggap maksum, supaya ucapan mereka tidak bisa dibantah.

Padahal Allah menegaskan:

“Cukuplah Allah dan Rasul-Nya bagi orang-orang beriman.”
(QS. Al-Ahzab: 36)

Syiah menambahkan “Imam” dalam ketaatan mutlak, yang tidak ada dalilnya.


3.3 Untuk melegitimasi klaim imam sebagai pemilik “ilmu gaib”

Syiah mengklaim imam mengetahui:

  • segala yang terjadi,

  • segala yang akan terjadi,

  • isi hati manusia,

  • ilmu ghaib,

  • nasib setiap orang.

Ini jelas kufur menurut Islam, karena Allah berfirman:

“Tidak ada yang mengetahui yang gaib selain Allah.”
(QS. An-Naml: 65)

Agar klaim ini tidak ditolak, Syiah harus memasukkan konsep “imam maksum”.


3.4 Untuk menutup kritik terhadap imam dan ulama Syiah

Jika imam dianggap maksum:

  • tidak boleh dikritik

  • tidak boleh disalahkan

  • seluruh fatwa dianggap mutlak benar

  • penyimpangan sekecil apa pun dibenarkan

Imam maksum = kediktatoran teologis.

Inilah alasan Iran dapat mengagungkan ulama mereka bak Tuhan kecil.


4. Penyimpangan Aqidah: Imam Syiah Lebih Tinggi dari Para Nabi

Dalam literatur Syiah:

  • Imam lebih tinggi dari para nabi kecuali Nabi Muhammad

  • Imam tidak mungkin lupa

  • Imam tidak mungkin salah

  • Imam tidak mungkin berbuat dosa

  • Imam tidak mungkin meninggalkan kesunnahan

  • Imam tahu seluruh bahasa dunia

  • Imam mengatur alam raya (doktrin wilayah takwiniyyah)

Ini menyalahi firman Allah:

“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi.”
(QS. Al-Fath: 14)


5. Tidak Ada Dalil Qur’an tentang Imam Maksum

Syiah sering memakai ayat QS. Al-Ahzab: 33 “Ayat Tathir”, tetapi:

  1. Turunnya mengenai istri-istri Nabi

  2. Tidak ada kata “imam”

  3. Tidak membuktikan kemaksuman absolut

  4. Ulama Sunni sepakat ayat itu bukan dalil Syiah

Bahkan Ali r.a. sendiri berkata:

“Aku bukanlah makhluk yang maksum. Jika aku benar maka ikutilah aku, jika aku salah maka luruskan aku.”
(Riwayat dari Nahjul Balaghah — versi Sunnah tidak menganggap kitab ini sahih)

Jika Ali saja mengakui bisa salah, bagaimana mungkin Syiah menganggapnya maksum?


6. Kontradiksi Besar dalam Doktrin Kemaksuman Syiah

6.1 Jika imam maksum, mengapa ada “taqiyyah”?

Bagaimana makhluk maksum berbohong?

6.2 Jika imam maksum, mengapa imam ke-12 “ghaib” dan hilang?

Mengapa makhluk maksum bersembunyi 1200 tahun?

6.3 Jika imam maksum, mengapa banyak imam Syiah mati diracun menurut riwayat mereka?

Apakah makhluk maksum tidak mampu melindungi diri?

6.4 Jika imam maksum, mengapa para imam memiliki perbedaan pendapat?

Riwayat Syiah sendiri penuh kontradiksi.


7. Kesimpulan

Syiah menganggap imam mereka makhluk maksum karena:

  • mereka ingin menaikkan kedudukan imam seperti nabi bahkan lebih tinggi,

  • ingin menjadikan imam sebagai sumber hukum mutlak,

  • ingin mengokohkan doktrin imamah yang tidak berdasar,

  • ingin menambah figur “tak tersentuh” selain Nabi Muhammad,

  • ingin memaksakan ketaatan absolut kepada imam dan ulama mereka.

Doktrin ini tidak memiliki dasar dalam Al-Qur’an,
bertentangan dengan hadits shahih,
menyalahi ijma’ ulama,
dan menjadikan imam Syiah sebagai makhluk setengah Tuhan.

Islam hanya mengenal kemaksuman pada para nabi, bukan ulama, bukan imam, bukan manusia apa pun.



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: