Breaking News
Loading...

Benarkah Syiah Menggunakan Kitab-Kitab Sunni untuk Memperkuat Argumen Mereka?

 


Syiahindonesia.com -
Salah satu strategi utama yang sering digunakan oleh penganut Syiah dalam berdakwah dan menyebarkan ajaran mereka adalah dengan mengutip kitab-kitab rujukan Ahlus Sunnah seperti Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Musnad Ahmad, dan kitab tafsir Sunni. Tujuannya bukan untuk mengikuti manhaj Ahlus Sunnah, tetapi untuk memberi kesan bahwa ajaran Syiah memiliki legitimasi dari sumber Sunni. Inilah bentuk manipulasi ilmiah yang sangat berbahaya bagi umat Islam, khususnya bagi masyarakat awam di Indonesia.


1. Strategi Propaganda Syiah: Mengutip Kitab Sunni Secara Parsial

Syiah sadar bahwa mayoritas umat Islam di Indonesia adalah Sunni. Karena itu mereka jarang berdakwah dengan kitab-kitab murni Syiah seperti Al-Kafi, Bihar al-Anwar, atau Tafsir al-Qummi di tahap awal. Yang mereka lakukan adalah:

  • Mengutip hadits dari Bukhari dan Muslim secara sepotong-sepotong.

  • Mengambil satu kalimat lalu dipisahkan dari konteksnya.

  • Menafsirkan hadits Sunni dengan kacamata doktrin imamah Syiah.

Ini adalah bentuk tadlis (penipuan ilmiah).


2. Contoh Paling Sering Digunakan: Hadits Ghadir Khum

Syiah hampir selalu mengutip hadits:

مَنْ كُنْتُ مَوْلَاهُ فَعَلِيٌّ مَوْلَاهُ
“Barang siapa menjadikan aku sebagai maulanya, maka Ali adalah maulanya.”
(HR. Ahmad, Tirmidzi, dll)

Hadits ini memang ada di kitab Sunni, tetapi Syiah memelintir maknanya seolah-olah Nabi ﷺ telah menunjuk Ali sebagai khalifah dengan teks eksplisit.

Padahal ulama Ahlus Sunnah sepakat:

  • Maula di sini bermakna cinta, loyalitas, dan pertolongan,

  • bukan penunjukan politik atau konsep imamah ilahi seperti yang diklaim Syiah.


3. Syiah Mengutip Keutamaan Ali, lalu Menghapus Keutamaan Sahabat Lain

Syiah sering mengutip hadits-hadits keutamaan Ali dari kitab Sunni, tetapi menghilangkan ratusan hadits keutamaan Abu Bakar, Umar, dan Utsman.

Padahal Nabi ﷺ bersabda:

اقْتَدُوا بِاللَّذَيْنِ مِنْ بَعْدِي أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ
“Ikutlah dua orang setelahku: Abu Bakar dan Umar.”
(HR. Tirmidzi, hasan shahih)

Hadits ini mereka tolak atau takwilkan, karena bertabrakan dengan doktrin imamah.


4. Mengutip Tafsir Sunni untuk Mendukung Imamah

Syiah sering memanfaatkan ayat-ayat Al-Qur’an berikut, lalu mencocokkannya dengan imamah:

  • QS. Al-Ma’idah: 55

  • QS. Al-Baqarah: 124

  • QS. Al-Ahzab: 33

Lalu mereka mengutip tafsir Sunni secara selektif, sambil mengabaikan keseluruhan penjelasan para mufassir Ahlus Sunnah.

Contoh QS. Al-Ma’idah: 55:

إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا
“Sesungguhnya wali kalian hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman.”

Syiah memaksakan bahwa ayat ini khusus tentang Ali sebagai imam, padahal tafsir ulama Sunni menjelaskan ayat ini umum bagi seluruh kaum beriman, bukan penetapan imamah.


5. Mengapa Syiah Tidak Berdakwah Langsung dengan Kitab Mereka Sendiri?

Karena jika mereka langsung menampilkan kitab-kitab utama Syiah kepada masyarakat awam, pasti akan tampak jelas penyimpangannya, seperti:

  • pengkafiran mayoritas sahabat,

  • tuduhan tahrif Al-Qur’an dalam riwayat klasik Syiah,

  • klaim wahyu kepada Fatimah,

  • kemaksuman imam,

  • dan pengultusan ekstrem Ahlul Bait.

Maka langkah awal mereka selalu:

  1. Masuk lewat kitab Sunni,

  2. Bangun simpati dengan “hadits bersama”,

  3. Baru perlahan diarahkan ke doktrin imamah Syiah.


6. Ini Bertentangan dengan Prinsip Keilmuan yang Jujur

Dalam Islam, kejujuran ilmiah adalah kewajiban.

Allah berfirman:

وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Janganlah kalian mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan dan jangan menyembunyikan kebenaran padahal kalian mengetahuinya.”
(QS. Al-Baqarah: 42)

Mengambil kitab Sunni hanya saat menguntungkan, lalu menolaknya ketika bertentangan dengan doktrin Syiah, adalah bentuk nyata dari mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan.


7. Sikap Ahlus Sunnah terhadap Kitab Hadits

Ahlus Sunnah bersikap konsisten:

  • Menerima hadits sahih dari siapapun selama sanadnya valid.

  • Menolak hadits dhaif dan palsu walaupun sesuai selera.

  • Menilai dalil dengan ilmu, bukan dengan fanatisme.

Sedangkan Syiah:

  • Menolak 95% hadits Sunni secara total,

  • Tetapi meminjam sebagian kecil untuk kepentingan propaganda.

Ini adalah standar ganda yang tidak dapat dibenarkan.


8. Dampak Negatif Strategi Ini di Indonesia

Penggunaan kitab-kitab Sunni oleh Syiah untuk membela ajaran mereka berdampak besar:

  • Membingungkan umat awam,

  • Menimbulkan kesan seolah Syiah “sama dengan Sunni”,

  • Membuka pintu infiltrasi ideologi Iran,

  • Merusak kemurnian akidah Ahlus Sunnah di tengah masyarakat.

Banyak orang yang awalnya hanya mengikuti kajian “keutamaan Ahlul Bait”, akhirnya pelan-pelan diarahkan ke akidah imamah dan Syiah Imamiyah.


Kesimpulan

✔ Benar, Syiah memang secara sistematis menggunakan kitab-kitab Sunni untuk memperkuat argumen mereka.
✔ Kutipan tersebut dilakukan secara selektif, terpotong, dan ditafsirkan secara paksa demi membela doktrin imamah.
✔ Tujuannya adalah menipu umat awam agar mengira Syiah bersumber dari ajaran Sunni.
✔ Cara ini bertentangan dengan kejujuran ilmiah dan prinsip Islam.

Umat Islam Indonesia wajib waspada terhadap metode ini agar tidak terperangkap dalam permainan dalil yang dipelintir demi kepentingan ideologi Syiah.

(albert/syiahindonesia.com)



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: