Permusuhan Syiah terhadap Ahlus Sunnah wal Jama’ah (ASWAJA) bukan hal baru. Ia memiliki akar sejarah, teologis, dan doktrin internal yang membuat mereka selalu berseberangan dengan Sunni. Berikut penjelasan paling jelas dan sistematis.
1. Doktrin Kebencian terhadap Sahabat
Pondasi utama Syiah Imamiyah adalah keyakinan bahwa mayoritas sahabat telah murtad setelah wafatnya Nabi — kecuali beberapa orang saja (diantaranya menurut mereka: Salman, Miqdad, Abu Dzar).
Karena ASWAJA memuliakan semua sahabat, Syiah otomatis memusuhi Sunni.
Dalil ASWAJA:
Allah memuji sahabat:
“Radiyallahu ‘anhum wa radhū ‘anhu.” (QS. At-Taubah: 100)
Jika Sunni memuliakan sahabat, Syiah menghinanya — ini membuat hubungan keduanya mustahil harmonis.
2. Klaim bahwa Khilafah Abu Bakar, Umar, dan Utsman adalah Kudeta
Syiah percaya bahwa Ali ditunjuk secara ilahi sebagai khalifah, dan semua yang mengambil kekuasaan sebelum Ali adalah “perampok kekhalifahan”.
Ini bertentangan keras dengan akidah Sunni yang menyatakan bahwa para khalifah dipilih secara sah.
Akibatnya, Syiah menempatkan Sunni sebagai pembela “kudeta” sehingga harus ditentang.
3. Syiah Menganggap Sunni sebagai Nashibi
Dalam literatur Syiah, Nashibi = orang yang memusuhi Ahlul Bait.
Ironisnya, Syiah sering mengkategorikan Sunni sebagai Nashibi hanya karena Sunni mencintai sahabat Nabi.
Di sebagian kitab mereka, hukuman bagi Nashibi lebih keras daripada kafir biasa.
Inilah sebab mengapa permusuhan terhadap Sunni dianggap “ibadah”.
4. Akidah Imamah yang Menyimpang
Imamah menurut Syiah adalah rukun agama yang lebih besar dari kenabian.
Imam mereka dianggap:
-
ma’shum (tanpa dosa)
-
lebih mengetahui dari para nabi
-
memiliki kekuasaan spiritual ilahiah
-
menentukan keselamatan seseorang
Karena ASWAJA menolak konsep ini, Sunni dianggap sebagai:
“penghalang agama yang benar”
Sehingga permusuhan mereka bersifat ideologis, bukan sekadar politik.
5. Faktor Politik dan Geopolitik
Dari sejarah hingga kini:
-
Revolusi Iran
-
propaganda anti-Sunni di Irak, Suriah, Lebanon, dan Yaman
-
operasi intelijen Iran di negara-negara Sunni
Semua menunjukkan bahwa Syiah menganggap ekspansi pengaruh mereka sebagai “misi keagamaan”.
Sunni yang menolak dianggap musuh.
6. Ritual Syiah yang Tidak Diterima ASWAJA
Contoh:
-
mut’ah
-
kultus kuburan
-
tabarrā’ (melaknat sahabat)
-
ritual pukul-pukulan Asyura
-
doa-doa bid’ah seperti Doa Kumail, Doa Tawassul versi Syiah
ASWAJA mengkritik ritual ini, sehingga Syiah memandang Sunni sebagai hambatan doktrinal yang harus diperangi.
7. Narasi Korban (Victim Narrative)
Syiah menanamkan doktrin bahwa:
-
mereka selalu “ditindas”
-
Sunni adalah penindas sejak masa khalifah
-
dendam Karbala harus diturunkan dari generasi ke generasi
Ini menciptakan permusuhan yang terus dipelihara atas nama sejarah.
Kesimpulan
Syiah memusuhi Ahlus Sunnah wal Jama’ah karena:
-
Mereka mengkafirkan atau menyesatkan mayoritas sahabat.
-
Mereka menganggap khalifah pertama sampai ketiga sebagai perampas kekuasaan.
-
Mereka menganggap Sunni sebagai Nashibi.
-
Mereka memiliki akidah imamah yang bertentangan dengan tauhid dan kenabian.
-
Mereka menempatkan ekspansi politik sebagai “misi agama”.
-
Mereka marah karena ASWAJA menolak ritual dan ajaran mereka.
-
Mereka membangun identitas kelompok berdasarkan dendam sejarah.
Permusuhan itu bukan kecelakaan sejarah, tetapi konsekuensi logis dari doktrin Syiah itu sendiri.
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: