Syiahindonesia.com - Salah satu penyimpangan terbesar dalam ajaran Syiah adalah pengkultusan ekstrem terhadap para imam mereka. Dalam doktrin Syiah Itsna ‘Asyariyah, para imam bukan hanya dianggap sebagai pemimpin spiritual, tetapi juga sebagai makhluk suci yang memiliki sifat-sifat ilahi. Pengagungan yang berlebihan ini membuat kedudukan imam seolah-olah menyerupai Tuhan—bahkan pada beberapa aspek, dianggap lebih tinggi daripada para nabi. Inilah sebab utama mengapa konsep Syiah tidak pernah bisa disamakan dengan Islam yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ.
Artikel ini mengungkap akar masalah mengapa Syiah memposisikan imam pada level yang hanya layak untuk Allah dan bagaimana hal ini bertentangan dengan prinsip tauhid Islam.
1. Akar Keyakinan Syiah: Imam Adalah Makhluk Maksum dan Tidak Bisa Salah
Syiah mengklaim bahwa:
-
imam tidak pernah salah,
-
imam tidak mungkin berbuat dosa,
-
imam selalu berada dalam petunjuk,
-
imam tahu kebenaran secara absolut.
Padahal kemaksuman itu hanya milik para nabi. Allah menegaskan bahwa para nabi pun manusia yang diuji:
"وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ"
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul.” (QS. Ali ‘Imran: 144)
Jika Nabi ﷺ saja manusia, bagaimana mungkin imam-imam Syiah—yang bukan nabi—dinaikkan derajatnya menjadi makhluk suci tanpa kesalahan?
Ini jelas bentuk ghuluw (melampaui batas) yang dilarang dalam Islam.
2. Syiah Mengklaim Imam Mengetahui Hal Gaib
Banyak kitab Syiah seperti Biharul Anwar, Al-Kafi, dan Tafsīr al-Qummi menyebutkan:
-
imam mengetahui takdir,
-
imam mengetahui isi hati manusia,
-
imam mengetahui masa depan,
-
imam mengetahui apa yang terjadi di langit dan bumi.
Padahal Allah berfirman:
"قُل لَّا يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ"
“Tidak ada yang mengetahui hal gaib di langit dan bumi kecuali Allah.” (QS. An-Naml: 65)
Menisbatkan ilmu gaib kepada imam berarti memberikan sifat ketuhanan kepada manusia.
Ini adalah syirik besar dalam aqidah.
3. Syiah Menganggap Imam sebagai Perantara Mutlak antara Manusia dan Allah
Dalam Islam, berdoa langsung kepada Allah adalah inti tauhid.
Namun dalam ajaran Syiah:
-
doa dianggap tidak sampai kecuali melalui imam,
-
shalat dianggap kurang nilai tanpa menyebut imam,
-
keberkahan dianggap hanya melalui imam,
-
ridha Allah diklaim mengikuti ridha imam.
Padahal Allah menegaskan:
"وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ"
“Aku dekat (dengan hamba-Ku).” (QS. Al-Baqarah: 186)
Islam tidak memerlukan perantara.
Syiah menciptakan perantara berupa imam, sehingga menggeser tauhid menjadi “tauhid versi Syiah” yang penuh syirik.
4. Syiah Mengklaim Imam Memiliki Kekuasaan Mengatur Alam
Menurut kepercayaan Syiah ekstrem, imam:
-
mengatur hujan,
-
mengatur rezeki manusia,
-
mengatur dunia setelah wafat,
-
menjadi mediator amalan dan dosa seluruh manusia.
Ini konsep al-wilayah al-takwiniyyah, yaitu kekuasaan kosmik imam.
Ini adalah bentuk penyembahan selain Allah.
Padahal Allah berfirman:
"لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ"
“Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi.” (QS. Al-Fath: 14)
Menjadikan imam seolah-olah memiliki “hak mengatur alam” adalah bentuk syirik terang-terangan yang tidak ada dasarnya dalam Al-Qur’an.
5. Syiah Menganggap Imam Lebih Tinggi daripada Para Nabi Kecuali Rasulullah
Dalam banyak kitab rujukan Syiah, disebutkan bahwa:
-
derajat imam lebih tinggi dari nabi,
-
imam mengetahui hal-hal yang tidak diketahui para nabi,
-
imam menjadi cahaya penciptaan sebelum nabi-nabi ada.
Ini mirip konsep Kristen yang menuhankan Yesus: menempatkan manusia pada posisi di atas nabi.
Padahal Rasulullah ﷺ sendiri bersabda:
"لَا تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى عِيسَى"
“Janganlah kalian berlebih-lebihan memujiku sebagaimana orang Nasrani memuji Isa.”
(HR. Bukhari)
Syiah justru melakukan ghuluw yang lebih ekstrem daripada Kristen.
6. Syiah Mengajarkan Bahwa Imam Dapat Mengampuni Dosa
Menurut ajaran Syiah:
-
imam bisa memberi syafaat tanpa izin Allah,
-
imam bisa menghapus dosa para pengikut,
-
imam bisa menanggung dosa para pecintanya,
-
imam dapat menyelamatkan seseorang dari neraka hanya dengan kecintaan.
Ini jelas bertentangan dengan firman Allah:
"وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ"
“Tidak ada seorang pun yang dapat memikul dosa orang lain.” (QS. Al-An'am: 164)
Syiah menggeser konsep ampunan Allah ke tangan imam, sehingga imam menjadi “penyelamat”.
Inilah akar penyembahan selain Allah dalam Syiah.
7. Pengaruh Doktrin Imamah: Dari Hormat Menjadi Penyembahan
Di permukaan, mereka mengatakan:
“Kami hanya menghormati imam.”
Tetapi dalam praktik:
-
mereka memohon kepada imam,
-
mereka meminta keselamatan kepada imam,
-
mereka melakukan nazar dan sujud di makam imam,
-
mereka menyebut imam sebagai “hujjatullah di bumi”,
-
mereka menggambarkan imam sebagai cahaya yang menghidupkan alam.
Ini bukan hormat.
Ini ritual penyembahan.
Islam telah memperingatkan:
"اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا"
“Mereka menjadikan ulama dan rahib mereka sebagai tuhan selain Allah.” (QS. At-Taubah: 31)
Syiah mengulangi kesalahan kaum terdahulu dengan memuliakan manusia sampai batas ketuhanan.
8. Mengapa Syiah Melakukan Semua Ini?
Ada tiga penyebab utama:
1. Struktur Doktrin Syiah Dibangun di Atas Ghuluw
Tanpa menuhankan imam, ajaran Syiah tidak punya pondasi karena:
-
imamah adalah tiang utama agama Syiah,
-
dan imamah hanya bisa berdiri jika imam dianggap makhluk sempurna dan ilahi.
2. Untuk Menjaga Ketaatan Mutlak
Jika imam dianggap seperti manusia biasa, Syiah akan kehilangan kendali atas jamaahnya.
Maka imam harus:
-
maksum,
-
mengetahui gaib,
-
bisa mengatur alam.
Dengan begitu pengikut tunduk tanpa kritik.
3. Tradisi Iran Kuno (Zoroaster) Masuk ke dalam Struktur Syiah
Konsep:
-
makhluk suci,
-
cahaya ketuhanan,
-
imam pengatur alam,
-
imam penyelamat,
adalah konsep Persia kuno yang diadopsi ke dalam teologi Syiah setelah Islam masuk ke Iran.
Kesimpulan Utama
Syiah memperlakukan para imam seperti Tuhan karena:
-
Mereka meyakini imam maksum.
-
Mereka menisbatkan ilmu gaib kepada imam.
-
Mereka menjadikan imam perantara mutlak antara manusia dan Allah.
-
Mereka memberikan kekuasaan kosmik kepada imam.
-
Mereka meyakini imam lebih tinggi daripada para nabi.
-
Mereka memberikan otoritas pengampunan dosa kepada imam.
-
Mereka mengajarkan ritual yang secara praktik adalah penyembahan terhadap imam.
Ini semua adalah penyimpangan besar dan bertentangan dengan tauhid Islam yang murni.
(albert/syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: