Syiahindonesia.com – Salah satu fenomena paling mencolok dalam sejarah Syiah adalah banyaknya sekte yang muncul dari tubuh mereka sendiri. Setiap sekte memiliki doktrin, imam, keyakinan politik, bahkan kitab hadis yang berbeda-beda. Inilah sebab mengapa Syiah sulit bersatu secara internal, bahkan sering saling membid’ahkan dan mengkafirkan sesama mereka.
Artikel ini menjelaskan penyebab utama mengapa Syiah memiliki puluhan sekte yang saling bertentangan dan mengapa situasi ini menjadi bukti bahwa akidah mereka tidak memiliki dasar yang kokoh seperti Islam Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
1. Ajaran Syiah Berdiri di Atas Politik, Bukan Wahyu
Mayoritas sekte Syiah muncul karena kekecewaan politik terhadap kepemimpinan umat setelah wafatnya Rasulullah ﷺ. Karena basis ajaran mereka bukan wahyu yang tetap, tetapi emosi politik, maka muncul perpecahan demi perpecahan.
Setiap kali terjadi konflik politik, lahirlah “imam baru” dan kelompok baru yang mengklaim dirinya paling benar.
Berbeda dengan Ahlus Sunnah yang bertumpu pada wahyu:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu.”
(QS. Al-Maidah: 3)
Syiah justru terus menambah doktrin sesuai kepentingan politik kelompoknya.
2. Konsep Imam yang Tidak Konsisten
Masalah terbesar Syiah adalah konsep imam, karena:
-
Imam dianggap maksum (tanpa dosa)
-
Imam bisa menentukan hukum
-
Imam bisa menerima “ilham khusus”
-
Imam bisa mengganti ayat Al-Qur’an menurut mereka
Namun ketika imam wafat, kelompok Syiah tidak pernah sepakat siapa penggantinya. Akibatnya, setiap kelompok menunjuk imam versi mereka sendiri.
Contoh sekte besar Syiah yang saling bertentangan:
-
Zaidiyah
-
Ismailiyah
-
Itsna ‘Asyariyah (Imamiyah 12 Imam)
-
Ghulat (yang menganggap Ali sebagai Tuhan)
-
Syiah Saba’iyah
-
Akhbariyah vs Ushuliyah — dua kubu besar Syiah modern yang saling mengkafirkan
Setiap sekte punya imam dan keyakinan yang berbeda.
3. Imam Wafat → Sekte Baru Lahir
Setiap kali seorang imam mati, pengikutnya tidak sepakat apakah:
-
imam benar-benar mati
-
imam ghaib
-
imam pindah ilham ke orang lain
-
imam punya anak tersembunyi
-
imam akan kembali sebagai Mahdi
Contoh paling terkenal:
Ketika Imam Ja’far ash-Shadiq meninggal, pengikutnya pecah menjadi lebih dari 6 kelompok. Dari sinilah lahir:
-
Syiah Ismailiyah
-
Syiah Imamiyah
-
Syiah Waqifah
-
Syiah Fathimiyah
-
Syiah Nawusiyah
-
Syiah Mubarakiyah
Semuanya saling menuduh sesat.
4. Tidak Ada Standar Hadis yang Jelas
Berbeda dengan Ahlus Sunnah yang memiliki disiplin ilmu hadis ketat, Syiah justru:
-
Mengambil hadis dari perawi majhul (tidak dikenal)
-
Mengandalkan perawi yang sering berdusta
-
Menolak sebagian besar sahabat
Akibatnya, kitab hadis Syiah berisi riwayat kontradiktif, sehingga tiap sekte memilih hadis yang mendukung doktrin mereka sendiri.
Bahkan ulama Syiah sendiri mengakui kontradiksi ini. Dalam al-Istibsar, Al-Thusi menulis:
“Riwayat-riwayat dari para imam sering kali saling bertentangan.”
Jika sumber ajaran mereka kontradiktif, wajar bila sekte-sekte baru terus lahir.
5. Doktrin Taqiyyah Memperburuk Perpecahan
Syiah mengajarkan taqiyyah—bolehnya berbohong demi agama. Karena semua orang boleh menyembunyikan keyakinannya, maka sangat sulit membedakan mana ajaran asli, mana yang bohong.
Akibatnya, perdebatan internal mereka tidak pernah selesai, karena setiap kelompok bisa beralasan:
“Hadis ini diucapkan dalam taqiyyah.”
Ini membuat ajaran Syiah semakin kabur dan menimbulkan sekte-sekte baru.
6. Setiap Sekte Mengklaim Dirinya Paling Terpilih
Setiap sekte Syiah mengklaim bahwa:
-
hanya imam mereka yang benar
-
imam sekte lain sesat
-
kitab hadis mereka paling shahih
-
kelompok lain kafir
Misalnya:
-
Syiah Zaidiyah menganggap Imamiyah sesat.
-
Syiah Imamiyah menganggap Zaidiyah bukan Syiah.
-
Syiah Ismailiyah mengkafirkan Imamiyah.
-
Sekte Ghulat mengkafirkan semua Syiah moderat.
Fragmentasi ini tidak pernah berhenti selama 1.300 tahun.
7. Bukti Sederhana: Sunni Tetap Satu, Syiah Terpecah
Syiah mengklaim cinta keluarga Nabi, namun mereka justru memiliki:
-
puluhan sekte
-
ratusan perbedaan akidah
-
kitab hadis yang bertentangan
-
konsep imam yang berubah-ubah
Sementara Ahlus Sunnah tetap satu akidah dari masa ke masa, mengikuti Al-Qur’an dan hadits shahih tanpa tambahan.
Kesimpulan
Banyaknya sekte Syiah bukanlah kebetulan, tetapi akibat langsung dari ajaran mereka yang tidak memiliki dasar wahyu yang kokoh. Perpecahan itu terjadi karena:
-
akidah mereka berasal dari konflik politik,
-
konsep imam tidak konsisten,
-
setiap wafatnya imam melahirkan sekte baru,
-
tidak ada standar hadis yang jelas,
-
taqiyyah membuat kebenaran kabur,
-
tiap kelompok merasa paling benar.
Semua ini menunjukkan bahwa Syiah jauh dari ajaran Islam yang murni dan berbahaya bagi persatuan umat.
(albert/syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: