Syiahindonesia.com - Tragedi Karbala merupakan salah satu peristiwa besar dalam sejarah Islam. Kematian cucu Rasulullah ﷺ, yaitu Imam Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhu, adalah musibah yang menyedihkan bagi seluruh umat Islam. Namun Syiah memanfaatkan tragedi tersebut sebagai alat propaganda, media cuci otak, hingga ritual-ritual sesat yang tidak pernah diajarkan oleh Nabi ﷺ ataupun para sahabat.
Artikel ini mengulas bagaimana Syiah menjadikan tragedi Karbala sebagai instrumen penyesatan, serta mengapa umat Islam harus mewaspadai manipulasi Syiah terhadap sejarah Imam Husain.
1. Syiah Mengklaim Cinta Husain, Tapi Justru Mereka yang Menyebabkan Kematian Husain
Hal terbesar yang tidak pernah diakui Syiah adalah fakta sejarah bahwa yang memanggil Imam Husain ke Kufah untuk memberontak adalah orang-orang Syiah sendiri, tetapi ketika Imam Husain datang, mereka mengkhianatinya.
Sejarawan Sunni dan Syiah mencatat:
-
Mereka mengirim surat dukungan kepada Husain.
-
Mereka berjanji akan membaiatnya.
-
Tetapi saat pasukan Yazid datang, semua Syiah Kufah lari ketakutan.
Akhirnya Imam Husain terbunuh dalam kondisi dikhianati oleh orang-orang yang mengaku pengikutnya.
Syiah menyembunyikan fakta ini dan malah menyalahkan seluruh Sunni.
2. Syiah Memutarbalikkan Tragedi Karbala Menjadi Ritual Berdarah
Setiap bulan Muharram, Syiah melakukan ritual yang tidak pernah ada dalam Islam:
-
memukul kepala dengan pedang,
-
menampar wajah sampai berdarah,
-
melukai badan,
-
menangis berlebihan,
-
meratap sambil menyebut-nyebut nama Husain.
Rasulullah ﷺ jelas melarang meratap dan melukai tubuh:
قَالَ النَّبِيُّ ﷺ:
"لَيْسَ مِنَّا مَنْ ضَرَبَ الْخُدُودَ وَشَقَّ الْجُيُوبَ"
“Bukan dari golongan kami orang yang menampar pipi dan merobek pakaian (ketika musibah).” (HR. Bukhari)
Syiah justru menjadikan dosa besar ini sebagai ibadah tahunan.
3. Syiah Menjadikan Kematian Husain sebagai Cara Menyebarkan Kebencian terhadap Sunni
Narasi yang Syiah bangun dalam setiap majelis Asyura adalah:
-
Sunni adalah pembunuh Husain.
-
Sunni adalah musuh Ahlul Bait.
-
Sunni adalah Yazid modern.
Padahal para pembunuh Husain adalah:
-
pasukan yang dibentuk gubernur Kufah,
-
dan mayoritas penduduk Kufah adalah Syiah.
Dengan propaganda ini, Syiah memupuk dendam abadi terhadap Sunni, sehingga solidaritas umat Islam hancur.
4. Syiah Mengangkat Husain Melebihi Kedudukannya
Ahlus Sunnah memuliakan Imam Husain sebagai:
-
cucu Nabi ﷺ,
-
pemimpin pemuda surga,
-
salah satu ahli bait yang mulia.
Namun Syiah mengangkat Husain ke posisi yang hampir setara dengan Tuhan:
-
mereka berdoa melalui Husain,
-
meyakini Husain dapat mengampuni dosa,
-
berkeyakinan Husain mengetahui yang gaib,
-
memohon keselamatan kepada Husain,
-
menganggap tanah Karbala lebih suci dari Ka'bah.
Padahal Allah berfirman:
قَوْلُهُ تَعَالَى:
"وَلَا تَدْعُ مَعَ اللَّهِ أَحَدًا"
“Janganlah kamu berdoa kepada selain Allah.” (QS. Al-Jinn: 18)
Tragedi Karbala dipelintir menjadi ajaran syirik.
5. Syiah Menggunakan Emosi untuk Mengendalikan Massa
Syarahan Syiah selama Muharram selalu menekankan:
-
tangisan,
-
ratapan,
-
histeria massa,
-
video dramatis,
-
syair yang memprovokasi,
-
kisah-kisah palsu tentang penderitaan Husain.
Semakin emosional massa, semakin mudah mereka ditanamkan doktrin:
-
taat kepada imam,
-
benci kepada sahabat,
-
benci kepada Sunni,
-
taat kepada ulama Syiah.
Emosi dijadikan alat kontrol ideologi.
6. Kisah-Kisah Palsu Diciptakan untuk Membesar-besarkan Duka
Syiah menciptakan ratusan kisah palsu tentang tragedi Karbala seperti:
-
langit menjadi merah,
-
bumi menangis,
-
para malaikat berdarah,
-
Rasulullah hadir di Karbala,
-
tanah Karbala mengeluarkan cahaya,
-
ribuan iblis menyerang Husain.
Tidak ada satupun kisah ini sahih.
Hadits palsu adalah dosa besar.
Rasulullah ﷺ bersabda:
قَالَ النَّبِيُّ ﷺ:
"مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ"
“Siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka bersiaplah menempati tempat di neraka.” (HR. Bukhari-Muslim)
7. Syiah Menjadikan Asyura Sebagai Identitas Politik, Bukan Keagamaan
Hari Asyura dijadikan Syiah sebagai:
-
simbol perlawanan politik,
-
alat propaganda internasional,
-
simbol “penindasan Syiah”,
-
cara menciptakan solidaritas Syiah global.
Bahkan negara Syiah seperti Iran menjadikan Asyura sebagai momen politik besar untuk memperkuat kekuasaan.
Padahal Asyura adalah hari ibadah sunnah.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى"
“Ini adalah hari ketika Allah menyelamatkan Musa.” (HR. Muslim)
Tidak ada ajaran meratap, apalagi melukai tubuh.
8. Syiah Mengalihkan Perhatian dari Penyimpangan Pemikiran Mereka
Syiah menggunakan tragedi Husain untuk menutupi:
-
penolakan mereka terhadap Al-Qur’an yang ada,
-
keyakinan imam maksum,
-
ajaran raj’ah (kembalinya orang mati),
-
penghinaan kepada sahabat,
-
doktrin imamah yang tidak ada dalam Islam,
-
perbuatan syirik di makam-makam imam.
Dengan fokus pada Karbala, rakyat Syiah diarahkan untuk tidak mempertanyakan penyimpangan aqidah mereka.
9. Umat Islam Harus Memuliakan Husain Tanpa Jatuh pada Penyimpangan
Ahlus Sunnah memuliakan Imam Husain, tetapi tidak mengubah tragedi menjadi ritual sesat. Kita mendoakan beliau, mengambil hikmah sabar, dan tidak menjadikan tragedi sebagai alat mencela sahabat.
Islam mengajarkan seimbang:
mencintai Ahlul Bait tanpa berlebih-lebihan.
Kesimpulan
Syiah menjadikan kematian Imam Husain sebagai alat propaganda untuk menyebarkan kebencian, syirik, ritual berdarah, dan dendam politik. Padahal peristiwa tersebut seharusnya menjadi pelajaran sabar dan ketabahan, bukan sarana penyesatan.
Umat Islam perlu memahami sejarah yang benar agar tidak mudah terpengaruh oleh manipulasi emosional yang dilakukan Syiah melalui tragedi Karbala.
(albert/syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: