Syiahindonesia.com – Dalam sejarah panjang dunia Islam, Syiah sering menampilkan diri sebagai korban dan minoritas tertindas. Namun di balik narasi tersebut, terdapat fakta lain yang menunjukkan bahwa ideologi Syiah telah memberi pengaruh besar terhadap lahirnya gerakan-gerakan radikal dan ekstrem di dunia Islam, baik dari sisi politik, sosial, maupun keagamaan. Ajaran-ajaran Syiah yang menyimpang dari akidah Ahlus Sunnah telah menjadi benih sektarianisme dan fanatisme, yang melahirkan konflik dan pertumpahan darah antar sesama Muslim.
1. Ideologi Kebencian sebagai Dasar Gerakan
Akar radikalisme Syiah terletak pada ajaran kebencian terhadap para sahabat Nabi ﷺ, terutama Abu Bakar, Umar, dan Aisyah. Sejak awal, Syiah menanamkan doktrin bahwa para sahabat telah “merampas” kekuasaan dari Ali bin Abi Thalib.
Dari sini muncul ajaran dendam dan permusuhan, yang kemudian melahirkan semangat “revolusi melawan tirani” versi mereka.
Bahkan sebagian ulama Syiah ekstrem menyatakan bahwa membenci sahabat adalah bagian dari iman, sebagaimana disebut dalam kitab Bihar al-Anwar karya al-Majlisi:
“Sesungguhnya iman itu tidak akan sempurna kecuali dengan berlepas diri dari musuh-musuh Ahlul Bait.”
Inilah yang menjadi dasar ideologis bagi banyak gerakan radikal Syiah yang menghalalkan kekerasan terhadap sesama Muslim yang tidak sejalan dengan mazhab mereka.
2. Revolusi Iran: Awal Gerakan Radikal Syiah Modern
Revolusi Iran tahun 1979 di bawah pimpinan Ayatullah Khomeini menjadi titik awal kebangkitan politik Syiah secara global.
Khomeini menjadikan ide “Wilayat al-Faqih” (ولاية الفقيه) — konsep kepemimpinan ulama — sebagai sistem pemerintahan.
Dalam praktiknya, konsep ini tidak hanya membentuk negara Syiah di Iran, tetapi juga menyebarkan paham revolusioner ke seluruh dunia Islam.
Iran kemudian:
-
Mendukung kelompok milisi bersenjata Syiah, seperti Hizbullah di Lebanon, Houthi di Yaman, dan milisi Syiah di Irak dan Suriah.
-
Menyebarkan ajaran kebencian terhadap Sunni, dengan dalih membela Ahlul Bait.
-
Melatih dan mempersenjatai kelompok-kelompok bersenjata untuk menjalankan agenda politiknya di Timur Tengah.
Akibatnya, konflik sektarian pun membara di banyak negara, dengan jutaan korban jiwa sesama Muslim.
3. Pengaruh terhadap Gerakan Radikal di Dunia Islam
Banyak gerakan radikal di Timur Tengah terinspirasi dari ide revolusi Syiah Iran, seperti konsep perlawanan terhadap pemerintah, jihad bersenjata, dan peran ulama sebagai penguasa spiritual-politik.
Meski berbeda mazhab, pola kekerasan ideologis dan takfir (mengkafirkan pihak lain) menjadi pola umum yang lahir dari tradisi Syiah.
Ironisnya, beberapa kelompok ekstrem Sunni yang muncul kemudian justru terprovokasi oleh radikalisme Syiah, sehingga muncul perang sektarian balasan.
Dengan demikian, radikalisme Syiah telah memicu lingkaran kekerasan tanpa akhir dalam dunia Islam.
4. Syiah dan Politik Kekuasaan
Bagi Syiah, politik adalah bagian dari akidah. Mereka tidak memisahkan antara agama dan kekuasaan, bahkan menganggap pemerintahan sah hanyalah di bawah imam maksum.
Inilah yang membuat mereka merasa sah menumbangkan pemerintahan Sunni di mana pun.
Iran, sebagai pusat Syiah dunia, membiayai dan melatih kelompok milisi bersenjata untuk memperluas pengaruh politiknya.
Contoh nyata:
-
Hizbullah (Lebanon): didirikan dan dibiayai Iran.
-
Houthi (Yaman): pemberontakan terhadap pemerintah sah.
-
Milisi Syiah Irak: melakukan kekerasan terhadap Sunni dengan dukungan Iran.
Gerakan-gerakan ini dibungkus dengan retorika “melawan penindasan” padahal tujuannya adalah menyebarkan dominasi ideologi Syiah di dunia Islam.
5. Syiah dan Radikalisme Intelektual
Selain bersenjata, Syiah juga melakukan radikalisasi melalui jalur pemikiran.
Mereka menanamkan:
-
Ide bahwa semua pemerintahan Islam non-Syiah adalah batil.
-
Bahwa jihad hanya sah di bawah imam maksum.
-
Bahwa membenci sahabat adalah bentuk kecintaan kepada Nabi ﷺ.
Ajaran-ajaran ini membentuk mentalitas eksklusif, fanatik, dan intoleran — yang menjadi ciri khas gerakan radikal.
6. Dampaknya bagi Dunia Islam
Pengaruh Syiah terhadap gerakan radikal telah menimbulkan:
-
Perpecahan umat Islam antara Sunni dan Syiah.
-
Konflik bersenjata di Irak, Suriah, dan Yaman.
-
Propaganda kebencian terhadap sahabat dan ulama Sunni.
-
Krisis kepercayaan antarnegara Muslim.
Allah ﷻ berfirman:
وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ
“Dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu.”
(QS. Al-Anfal: 46)
Ayat ini menjadi peringatan agar umat Islam tidak terjebak dalam fitnah perpecahan yang justru dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam.
7. Kewaspadaan Umat Islam
Umat Islam di Indonesia perlu waspada terhadap upaya infiltrasi pemikiran dan politik Syiah, terutama melalui:
-
Media sosial,
-
Organisasi kemanusiaan,
-
Lembaga pendidikan, dan
-
Forum kajian “Ahlul Bait”.
Perlu ditanamkan kembali pemahaman aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah, cinta kepada seluruh sahabat Nabi ﷺ, serta kewaspadaan terhadap doktrin yang menanamkan kebencian dan permusuhan.
Kesimpulan
Gerakan Syiah tidak hanya menyimpang secara teologis, tetapi juga berbahaya secara politik. Mereka telah menjadi sumber inspirasi dan penggerak banyak gerakan radikal di dunia Islam, baik dalam bentuk kekerasan fisik maupun ideologis.
Untuk menjaga keutuhan umat, setiap Muslim harus memahami bahaya Syiah, memperkuat aqidah, dan menolak segala bentuk fitnah yang dapat menghancurkan persatuan Islam.
(albert/syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: