Breaking News
Loading...

 Syiah dan Kesalahan Fatal dalam Menafsirkan Ayat Al-Qur’an


Syiahindonesia.com
– Salah satu penyimpangan paling mendasar dalam ajaran Syiah adalah cara mereka menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan pendekatan yang menyimpang dari metode Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Mereka kerap menafsirkan ayat suci tidak berdasarkan kaidah tafsir yang benar sebagaimana diajarkan para sahabat, tabi’in, dan ulama salaf, melainkan disesuaikan dengan doktrin imamah dan fanatisme terhadap para imam mereka.


Penafsiran Al-Qur’an Berdasarkan Doktrin Imamah

Bagi kalangan Syiah, seluruh ayat Al-Qur’an dianggap memiliki hubungan dengan konsep imamah, yakni keyakinan bahwa kepemimpinan umat Islam harus diwariskan kepada keturunan Ali bin Abi Thalib. Mereka menafsirkan ayat seperti:

إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ
“Sesungguhnya wali kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, sedang mereka ruku’.”
(QS. Al-Maidah: 55)

Menurut tafsir jumhur ulama, ayat ini menjelaskan tentang wilayah (persaudaraan dan kepemimpinan dalam agama) antara kaum mukminin. Namun Syiah menafsirkannya secara ekstrem dengan mengatakan bahwa ayat ini khusus untuk Ali bin Abi Thalib ketika memberikan cincin saat ruku’. Padahal, riwayat tersebut dhaif dan tidak memiliki dasar yang kuat dalam sanad maupun konteks.


Tafsir Batiniyah: Mengganti Makna Zahir

Salah satu kesalahan paling berbahaya dalam tafsir Syiah adalah konsep ta’wil batini, yaitu mengganti makna zahir ayat menjadi makna tersembunyi yang hanya diketahui oleh imam mereka. Contohnya, ketika Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, taatilah Rasul, dan ulil amri di antara kamu.”
(QS. An-Nisa: 59)

Ulama Ahlus Sunnah menafsirkan ulil amri sebagai para pemimpin muslim atau ulama yang menjalankan hukum Allah. Namun Syiah menyimpangkannya dengan menegaskan bahwa ulil amri di sini adalah para imam dua belas mereka yang dianggap ma’shum.

Padahal, tidak ada satu pun dalil shahih yang menyebutkan demikian. Inilah bentuk penyimpangan serius yang mengubah makna Al-Qur’an demi kepentingan politik dan teologi mereka.


Mengklaim Adanya Ayat yang Dihilangkan

Beberapa kitab Syiah ekstrem seperti Fashl al-Khithab fi Tahrif Kitab Rabb al-Arbab karya Al-Nuri al-Tabrasi bahkan berani menyatakan bahwa Al-Qur’an telah berubah dan dikurangi oleh para sahabat setelah wafatnya Rasulullah ﷺ. Tuduhan ini sangat keji, sebab Allah sendiri menjamin keaslian Al-Qur’an:

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar menjaganya.”
(QS. Al-Hijr: 9)

Ahlus Sunnah sepakat bahwa Al-Qur’an tidak berubah sedikit pun sejak diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ. Namun sebagian ulama Syiah menolak jaminan ini dengan alasan bahwa “mushaf Ali” berisi ayat-ayat yang dihapus. Pandangan ini adalah kufur, sebab menuduh para sahabat berkhianat terhadap wahyu Allah.


Dampak Tafsir Menyimpang terhadap Aqidah

Kesalahan penafsiran Syiah bukan sekadar masalah metodologi, melainkan telah menimbulkan kerusakan besar dalam akidah umat. Dari tafsir yang salah ini lahirlah doktrin imamah absolut, keyakinan imam ma’shum, serta kebencian terhadap para sahabat. Mereka menjadikan Al-Qur’an bukan sebagai petunjuk, tetapi sebagai alat pembenaran terhadap bid’ah dan kesesatan.


Pandangan Ulama tentang Tafsir Syiah

Imam Ibn Taimiyyah rahimahullah berkata dalam Minhaj as-Sunnah:

“Orang-orang Rafidhah (Syiah) menafsirkan Al-Qur’an bukan dengan ilmu, melainkan dengan hawa nafsu. Mereka mengubah makna ayat sesuai dengan keyakinan mereka yang menyimpang.”

Demikian pula Imam al-Syafi’i menegaskan bahwa tafsir tanpa ilmu dan riwayat sahih adalah bentuk kebodohan yang dapat menyesatkan manusia dari jalan Allah.


Kesimpulan

Syiah telah melakukan penyimpangan fatal dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur’an. Mereka mengubah makna ayat sesuai doktrin imamah, menolak tafsir sahabat, bahkan menuduh Al-Qur’an telah diubah. Semua ini menunjukkan bahwa pemikiran Syiah bertentangan dengan prinsip Islam yang murni.

Umat Islam di Indonesia wajib waspada dan menolak segala bentuk penyebaran tafsir-tafsir Syiah yang bertujuan merusak kemurnian aqidah umat.

(albert/syiahindonesia.com)



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: