Syiahindonesia.com - Salah satu tokoh sahabat Nabi ﷺ yang sering diklaim secara salah oleh kaum Syiah adalah Salman Al-Farisi radhiyallahu ‘anhu, seorang sahabat mulia yang dikenal karena keilmuannya, kezuhudannya, dan perannya dalam Islam sejak zaman Rasulullah ﷺ. Kaum Syiah menjadikan Salman sebagai “simbol pembenaran” bagi ajaran mereka, bahkan dalam sebagian riwayat mereka, Salman disebut sebagai imam rahasia setelah Ali bin Abi Thalib. Klaim ini tentu bertentangan dengan sejarah dan ajaran Islam yang murni.
1. Siapa Salman Al-Farisi dalam Pandangan Ahlus Sunnah
Dalam Islam yang lurus, Salman Al-Farisi adalah sahabat Nabi ﷺ yang mendapatkan kemuliaan karena keimanan dan perjuangannya dalam mencari kebenaran. Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
«سَلْمَانُ مِنَّا أَهْلَ الْبَيْتِ»
“Salman adalah bagian dari keluargaku (Ahlul Bait).”
(HR. Ibnu Majah no. 4105, dinilai hasan oleh Al-Albani)
Makna hadits ini bukan berarti Salman benar-benar menjadi anggota Ahlul Bait secara nasab, tetapi menunjukkan kedekatan iman dan amal antara beliau dengan keluarga Nabi ﷺ. Dalam tafsir Ahlus Sunnah, ini adalah bentuk penghormatan atas ketakwaan Salman, bukan pengangkatan sebagai imam atau pemimpin spiritual.
2. Klaim Syiah terhadap Salman Al-Farisi
Kaum Syiah memutarbalikkan makna hadits tersebut. Dalam kitab mereka seperti Al-Kafi karya Al-Kulaini dan Bihar al-Anwar karya Al-Majlisi, disebutkan bahwa Salman termasuk salah satu “Aimmatul Khassah” (imam khusus) yang mengetahui rahasia wahyu dan memiliki kedudukan spiritual tinggi seperti para imam mereka.
Sebagian riwayat palsu mereka bahkan menyebut bahwa Salman menerima “ilmu batin” dari Ali bin Abi Thalib, dan karena itu dianggap sebagai wakil imam pertama yang ditugaskan untuk menyebarkan ajaran Syiah. Klaim ini digunakan untuk memperkuat keyakinan bahwa wilayah (kepemimpinan spiritual) tidak berhenti pada keturunan Arab, tetapi juga dapat dimiliki oleh non-Arab seperti Salman.
3. Motif Ideologis di Balik Pengkultusan Salman
Kultus terhadap Salman memiliki tujuan politik dan ideologis. Syiah ingin menampilkan diri sebagai agama yang inklusif dan tidak bersifat Arab-sentris, dengan mengangkat tokoh Persia sebagai figur suci. Hal ini juga bertujuan menarik simpati masyarakat Persia (Iran modern), agar mereka merasa memiliki tempat khusus dalam sejarah Islam versi Syiah.
Dengan menjadikan Salman sebagai “imam batin”, Syiah berusaha mengaitkan asal-usul spiritual mereka dengan sahabat Nabi ﷺ untuk memperoleh legitimasi di mata umat Islam. Padahal, riwayat-riwayat semacam itu tidak pernah dikenal dalam sumber-sumber Ahlus Sunnah yang sahih.
4. Sikap Ulama Sunni terhadap Klaim Ini
Para ulama Ahlus Sunnah menolak keras pengangkatan Salman sebagai imam. Imam Adz-Dzahabi dalam Siyar A‘lam an-Nubala’ menegaskan bahwa Salman adalah sahabat Nabi ﷺ yang lurus aqidahnya, tidak memiliki pandangan menyimpang, apalagi ajaran batin seperti yang diyakini Syiah.
Ibnu Katsir juga menjelaskan bahwa penghormatan Rasulullah ﷺ kepada Salman semata-mata karena keimanan dan ketakwaannya, bukan karena kedudukan khusus dalam kepemimpinan agama.
﴿إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ﴾
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa.” (QS. Al-Hujurat: 13)
Ayat ini menolak seluruh bentuk pengultusan manusia berdasarkan ras, keturunan, atau klaim spiritual batin sebagaimana dilakukan Syiah terhadap Salman.
5. Bahaya Pemutarbalikan Sejarah oleh Syiah
Mengangkat Salman Al-Farisi sebagai imam hanyalah satu contoh dari banyaknya rekayasa sejarah yang dilakukan Syiah untuk menjustifikasi ajarannya. Mereka sering menciptakan narasi bahwa para sahabat tertentu diam-diam mendukung imamah Ali bin Abi Thalib, padahal faktanya para sahabat sepakat bahwa kepemimpinan setelah Rasulullah ﷺ dipegang oleh Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu.
Strategi semacam ini berbahaya karena menimbulkan keraguan terhadap para sahabat, melemahkan kepercayaan umat kepada sejarah Islam yang sahih, serta membuka jalan bagi penyebaran paham imamah yang sesat.
Kesimpulan
Klaim Syiah bahwa Salman Al-Farisi adalah seorang imam tidak memiliki dasar dalam Al-Qur’an, hadits sahih, maupun sejarah Islam yang terpercaya. Itu hanyalah rekayasa untuk memperkuat legitimasi ideologi mereka dan menarik simpati etnis tertentu.
Salman adalah sahabat yang beriman, zuhud, dan setia kepada Rasulullah ﷺ hingga akhir hayatnya — bukan imam rahasia sebagaimana klaim Syiah. Umat Islam hendaknya waspada terhadap upaya manipulasi sejarah yang digunakan untuk mengaburkan ajaran Islam yang murni.
(albert/syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: