Breaking News
Loading...

 Mengapa Syiah Menolak Hadis Shahih Bukhari & Muslim?


Syiahindonesia.com
– Dalam tradisi keilmuan Islam, Shahih Bukhari dan Shahih Muslim menempati posisi tertinggi dalam derajat kesahihan hadits. Keduanya diakui oleh ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah (Sunni) sebagai kitab hadits paling otoritatif setelah Al-Qur’an. Namun, berbeda dengan Sunni, kalangan Syiah justru menolak bahkan meragukan keabsahan hadits-hadits dalam dua kitab monumental tersebut. Mengapa ini terjadi? Artikel ini akan menjelaskan secara mendalam akar persoalan dan dampaknya terhadap akidah umat Islam.


1. Karena Shahih Bukhari & Muslim Dipenuhi Hadits dari Para Sahabat yang Mereka Cela

Salah satu alasan utama Syiah menolak hadits dalam Shahih Bukhari dan Muslim adalah karena banyak perawi hadits di dalamnya berasal dari para sahabat Nabi Muhammad ﷺ yang mereka anggap sebagai pengkhianat. Di antara sahabat yang paling sering menjadi target celaan Syiah adalah:

  • Abu Bakar Ash-Shiddiq

  • Umar bin Khattab

  • Utsman bin Affan

  • Aisyah radhiyallahu ‘anha

Padahal, keempat tokoh di atas justru sangat dihormati oleh umat Islam Ahlus Sunnah, dan merekalah yang meriwayatkan ribuan hadits shahih. Karena kebencian Syiah terhadap mereka, otomatis hadits-hadits yang mereka riwayatkan dianggap tidak sah.

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ
"Orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama (masuk Islam) dari kalangan Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah."
(QS. At-Taubah: 100)


2. Syiah Hanya Mengakui Hadits dari Jalur Ahlul Bait

Syiah hanya menerima hadits yang diriwayatkan melalui jalur imam-imam Ahlul Bait mereka, yaitu dari keturunan Ali bin Abi Thalib dan Fatimah az-Zahra. Dengan kata lain, mereka menolak semua hadits yang berasal dari sahabat lain selain Ali dan keturunannya, termasuk dari Abu Hurairah, Aisyah, dan Ibnu Umar.

Inilah sebab mengapa Syiah memiliki kitab hadits tersendiri, seperti:

  • Al-Kāfī karya Al-Kulaini

  • Man La Yahdhuruhul Faqih

  • Tahdzib al-Ahkam

  • Al-Istibshar

Kitab-kitab tersebut menjadi rujukan utama dalam mazhab Syiah, bukan Bukhari dan Muslim.


3. Syiah Mengklaim Banyak Hadits dalam Shahih Bukhari & Muslim Dipalsukan

Syiah beranggapan bahwa setelah wafatnya Rasulullah ﷺ, terjadi konspirasi besar oleh para sahabat untuk menyembunyikan kebenaran dan menghapus hak kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Karena itu, mereka mendakwa bahwa hadits-hadits dalam Bukhari-Muslim telah dipalsukan untuk menguatkan kedudukan khalifah selain Ali.

Tentu saja ini adalah tuduhan sangat serius yang tidak memiliki dasar ilmiah dan ditolak keras oleh para ulama Sunni. Metode verifikasi hadits dalam Bukhari-Muslim sangat ketat dan telah diakui sepanjang sejarah oleh para ulama hadits lintas zaman.


4. Syiah Tidak Menggunakan Kaidah Ilmu Hadits Sunni

Ulama Ahlus Sunnah menggunakan metode jarh wa ta’dil, yaitu menilai kejujuran, akhlak, dan hafalan para perawi hadits. Sementara itu, Syiah lebih menilai validitas hadits berdasarkan apakah ia sesuai dengan akidah mereka atau tidak. Artinya, jika sebuah hadits bertentangan dengan ajaran Syiah, meskipun sanadnya shahih, maka akan ditolak.

Contohnya, hadits:

أَفْضَلُ النَّاسِ بَعْدَ النَّبِيِّينَ: أَبُو بَكْرٍ، ثُمَّ عُمَرُ
"Sebaik-baik manusia setelah para nabi adalah Abu Bakar, kemudian Umar."
(HR. Tirmidzi, dinilai hasan shahih)

Hadits ini jelas bertentangan dengan keyakinan Syiah bahwa Ali adalah satu-satunya yang berhak menggantikan Nabi ﷺ, sehingga mereka menolak hadits ini meskipun sanadnya shahih.


5. Syiah Tidak Menjadikan Sunnah Nabi sebagai Sumber Hukum Kedua Secara Utuh

Dalam mazhab Sunni, sumber hukum Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah ﷺ. Sementara dalam Syiah, selain Al-Qur’an, mereka menjadikan ucapan para imam sebagai sumber hukum yang lebih tinggi dari hadits-hadits yang diriwayatkan sahabat.

Mereka bahkan berkeyakinan bahwa para imam adalah ma’shum dan ucapannya setara bahkan bisa menggugurkan hadits Nabi. Ini menyimpang dari prinsip Islam yang menempatkan Nabi Muhammad ﷺ sebagai satu-satunya teladan dan sumber sunnah.


6. Dampaknya: Umat Islam Terkecoh dengan Hadits-Hadits Palsu dari Kitab Syiah

Banyak hadits-hadits yang digunakan Syiah ternyata sangat lemah atau bahkan palsu. Misalnya hadits yang menyatakan bahwa Ali adalah satu-satunya khalifah yang sah, atau bahwa para imam memiliki sifat-sifat ilahiyah (seperti mengetahui hal ghaib). Hadits semacam ini tidak ditemukan dalam kitab shahih Sunni dan bertentangan dengan akidah Islam yang benar.


Kesimpulan

Penolakan Syiah terhadap Shahih Bukhari dan Muslim bukan karena kelemahan isi kitab tersebut, melainkan karena bertentangan dengan ajaran mereka sendiri yang dibangun di atas kecintaan fanatik kepada Ahlul Bait dan kebencian terhadap sahabat Rasulullah ﷺ. Ini menjadi bukti nyata bahwa Syiah telah membangun “agama” yang berbeda dengan Islam yang murni.

Umat Islam di Indonesia harus mewaspadai penyebaran ajaran Syiah yang diam-diam merusak fondasi keimanan dengan cara menolak hadits-hadits paling shahih yang telah menjadi rujukan ulama sepanjang sejarah. Mempertahankan Bukhari dan Muslim adalah menjaga warisan Nabi ﷺ dan menyelamatkan umat dari penyimpangan.

(albert/syiahindonesia.com)



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

Next
This is the most recent post.
Previous
Older Post

0 komentar: