Breaking News
Loading...

 PERKEMBANGAN SYIAH DI SUMATRA UTARA (3)

MAYORITAS MASYARAKAT MEDAN MENOLAK SYIAH
 

Di Sumatera Utara, ajaran mazhab Ahlul Bayt nampaknya lebih dikembangkan dengan kemasan “pemikiran rasional”, dan ini pula yang menjadi sebab terjadinya berbagai tingkat penerimaan terhadap ajaran mazhab ini. Diakui bahwa hingga saat ini masih sebagian kecil saja dari masyarakat Sumatera Utara yang dapat menerima ajaran mazhab ini, sebab mayoritas masih menolaknya. Bahkan, sebagian masyarakat masih berkeyakinan bahwa mazhab tersebut berada dalam kesesatan. Dengan karakter intelekualnya inilah, karenanya, hampir 90 persen penganut mazhab Ahlul Bayt di Sumatera berasal dari mahasiswa, pelajar, serta beberapa orang yang masih tergolong muda dan memiliki daya jelajah intelektual yang tinggi. Hingga tahun 2000 pengikut mazhab ini belum menyebar secara merata pada daerah-daerah di Sumatera Utara, mayoritas mereka masih terkonsentrasi di kota Medan dan sekitarnya. Situasi ini tampak sangat beralasan mengingat suasana kota Medan yang sangat dinamis dan terbuka untuk menerima setiap bentuk akulturasi serta memiliki kemampuan adaptasi yang cepat terhadap berbagai corak baru baik dalam pemikiran maupun dalam tradisi. 

 


Kota Medan dengan penduduknya yang heterogen ternyata memiliki daya interaksi yang tinggi sehingga penyebaran mazhab di kota ini jauh lebih cepat dibandingkan kota lain di Sumatera Utara. Terhitung hingga awal tahun 2006 telah tercatat sekitar 500 orang lebih penganut mazhab Ahlul Bayt yang berkonsentrasi di Kota Medan dan sebagiannya merupakan penduduk imigran dari pulau Jawa.(Wawancara 5 Juli 2006 dengan pengurus Yayasan Islam Abu Thalib Medan, Sumatera Utara) Dari jumlah 500 jama`ah, hanya sekitar 45 persen saja dari mereka yang sudah mampu menerima ajaran tersebut dan kemudian mengamalkannya dalam kehidupan seharihari. Sementara 55 persen lainnya hanya menerima ajaran mazhab, namun belum berkenan mengaplikasikannya.
 

DI LUAR MEDAN ALIRAN SYIAH TIDAK BERKEMBANG 


Perkembangan mazhab Ahlul Bayt di luar kota Medan menurut kelompok ini memang mengalami sedikit hambatan. Disebutkan bahwa baru sekitar 50 orang jumlah anggota yang menyebar di beberapa daerah seperti Binjai, Tanjung Morawa, Deli Serdang, Asahan dan Padang Sidempuan. Kendatipun, mereka tetap berupaya mensosialisasikan ajaran mazhab secara individu pada daerahnya masing-masing. Alasan kurang berkembangnya mazhab ini di daerah, menurut mereka adalah selain menyangkut masalah sistem, adalah adanya kecenderungan daerah untuk bersikukuh mempertahankan satu paham yang sudah “established”, dalam hal ini Sunni, dan menentang paham selainnya. Penentangan tersebut tidak hanya didasarkan pada tingkat pemahaman dan fanatisme terhadap suatu mazhab tetapi juga dibingkai oleh sebuah tradisi untuk menolak hal-hal baru dalam beragama.
Bersambung….



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: