Breaking News
Loading...

Syiah dan Pemalsuan Sejarah
Syiahindonesia.com - “Agama itu untuk ahli Hadits, ilmu kalam untuk ahli Ra’yi, dan dusta khusus untuk rafidhah-syiah-“. (Al-Imam Abdullah bin Al-Mubarak RA)

Para ulama Al-Jarh wa at-ta’dil sepakat, bahwa dusta identic dengan rafidhah. Sifat tersebut begitu nyata melekat pada mereka ketimbang kelompok-kelompok menyimpang lainnya. Siapapun yang menelaah buku-buku Al-Jarh wa at-ta’dil yang mengupas nama dan ihwal para perawi, seperti karya Al-Imam Al-Bukhari, Ibnu Ma’in, Ad-Daruquthni, dan selainnya dari kalangan imam dan pakar sanad akan menemukan sebuah consensus. Bahwa borok dusta dalam kelompok rafidhah jauh lenih parah dan dominan ketimbang kelompok lainnya. Karena itu menjadi sebuah ungkapan masyhur bagi seorang yang suka berdusta, “Akdzabu min ar-rafidhi”, yakni dia lebih pendusta dibanding rafidhah. 

Al-Imam Ibnu Mubarak RA berkata : “Agama itu untuk ahli hadits, ilmu kalam untuk ahli ra’yi dan dusta khusus untuk rafidhah-syiah-“.

Perlu diungkap sebuah persoalan penting terkait indikasi banyaknya kedustaan dalam kelompok syiah, yang tidak disinggung oleh kebanyakan peneliti. Hakikat penting ini diutarakan oleh Dr. Saiful Islam Badruddin Al-Hakim, beliau berkata : “Kebanyakan riwayat dalam buku-buku referensi syi’ah dinisbatkan pada Muhammad Al-Baqir dan anaknya, Ja’far bin Muhammad Ash-Shadiq. Keduanya hidup sepanjang hayatnya di kota Madinah Al-Munawwarah. Demikian pula Husain, Zainal Abidin dan Kazhim juga tinggal di Madinah. Sedangkan Hasan pernah tinggal di Kuffah dalam waktu yang sangat singkat. Tapi anehnya, seluruh perawi katanya mereka orang-orang dekat (Sahabat) Al-Baqir, Ash-Shadiq, Zainal Abidin dan Al-Kazhim, tinggal dan hidup di Kufah. Dan setiap dari perawi tersebut menukil dari mereka beribu-ribu riwayat. Pertanyaannya bagaimana riwayat-riwayat sebanyak itu dinukil dari para imam yang hidup dikota Madinah sementara perawinya hidup di Kufah ?! perlu ditegaskan, jarak antara kedua negeri ini sangat jauh. Terbentang diantaranya gurun tandus penuh rintangan dan menakutkan. Buktinya, ketika Husain RA mengutus Muslim bin Aqil ke Kufah, beliau menunjuk dua orang penunjuk jalan, yang kemudian meninggal dunia karena kehausan. Muslim bin Aqil mengirim surat kepada Husain mengabarkan kesulitan medan serta memohon agar dia kembali saja dan mengutus selain dirinya. Husain pun mencelanya seraya berkata : “Sungguh ini adalah perbuatan seorang pengecut!” sehingga Muslim pun terpaksa melanjutkan perjalanannya. Apalagi berdasarkan penelusuran riwayat hidup para perawi di Kufah tersebut didapati mereka tidak keluar dari Kufah melainkan sangat sedikit dan jarang.

Berikut keterangan ulama Al-Jarh wa at-Ta’dil terkait keindentikan syi’ah dengan dusta :

Abu Muawiyah RA berkata : “Aku mendengan Al-A’masy berkata : “Aku mendapatkan manusia yang tidak dikenal melainkan sebagai pendusta, yakni kelompok syi’ah”.

Al-Khatib RA meriwayatkan dengan sanadnya sampai pada Ibnu Al-Mubarak RA, ia berkata : “Abu Ashamah pernah bertanya kepada Imam Abu Hanifah : “siapa yang engkau rekomendasikan agar aku mendengar-mengambil hadist- darinya ?” Abu Hanifah menjawab : Ambillah dari setiap orang yang adil, dan menyelisihi hawa nafsunya, kecuali orang syi’ah. Sebab, pokok keyakinan mereka adalah menyesatkan Sahabat Muhammad Saw.

       Berkata Yunus bin Abi Al-A’la, Asyhab berkata : “Imam Malik bin Anas pernah ditanya tentang rafidhah, beliau menjawab : “Jangan kalian berbicara pada mereka dan jangan pula meriwayatkan hadits darinya, sebab mereka adalah para pendusta”.

Harmalah berkata : “Aku mendengar Imam Asy-Syafi’I RA berkata : “Aku tidak pernah menyaksikan seorang yang paling mudah bersaksi palsu melebihi rafidhah”.

Hammad bin Salamah mengataka : “Pernah salah seorang syekh mereka -rafidhah- berkata kepadaku : “Adalah kami, jika berkumpul dan menganggap baik sesuatu, kamipun menjadikannya sebagai hadits”.

Syuraik berkata : “Aku mengambil ilmu dari setiap yang aku temui, kecuali rafidhah. Mereka senang memalsukan hadits dan menjadikannya sebagai agama”. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengomentari pernyataan Syuraik tersebut : “Syuraik ini Namanya adalah Ibnu Abdullah Al-Qadhi, hakin negeri Kufah hidup sezaman dengan Ats-Tsauri dan Abu Hanifah. Dia termasuk pengikut syi’ah, dimana dia berkata dengan lisannya sendiri : “Saya dari kelompok syi’ah”, dan ini merupakan persaksian dari mereka sendiri.

Ketahuilah, sekte syi’ah memiliki andil besar dalam pemalsuan hadits dan kabar sejarah menurut selera dan hawa nafsunya. Mereka banyak memalsukan hadits terkait keutamaan Alhu Bait dan celaan terhadap para Sahabat Nabi Saw, utamanya Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khaththab, Ummul Mu’minin Aisyah dan Mu’awiyah bin Abi Sopyan.

(Diringkas oleh Muslim Djamil dari buku Fikih Tarikh Sahabat, penulis : Rapung Samuddin, Lc.,MA)

Annasindonesia.com

************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: