OLeh Zulkarnain El-Madury
Tiba Tiba muncul
Lembaga “Amman Message” Di Yordania dengan keanggotaan yang fantastis dari
kalangan ulama berbagai aliran dan kelompok. Mereka menjadi legalitas Syiah
dalam missinya mensyiahkan dunia. Kalau dalam konsep trinitas ada usaha
kristenisasi lewas para Misionaris dari berbagai aliran geraja yang juga
bertujuan mengkristenkan umat Islam. Syiah mengambil kapling terdepan melakukan
pemurtadan terhadap umat Islam dengan konsep Imamiyahnya , atas legalitas “Amman
Message” [Risalah Amman]. Meskipun banyak dari kalangan ahli fatwa di Amman
Message menyatakan kekecewaannya dengan Sikap Syiah yang makin brutal dan
ganas, mentakfir, membunuh, memperkosa dan biadab. Misalnya Tokoh yang berwawasan
kontemporer seperti Dr. Yusuf Qardhawi,
memutar haluan pahamnya seratus delapan puluh derajat. Padahal fatwa Taqrib
yang di keluarkan di Amman tidak lepas dari peran Yusuf Qardhawy, yang kelak di
gunakan Syiah untuk membunuh Muslim, terutama Al Buthi yang ditumbalkan oleh
Bashar Asad untuk mengacaubalaukan kaum sunni.
Padahal sepanjang
sejarah Tabiin, tabiut tabiin sampai jamannya Imam Imam Mazhab, hingga Ibnu
Taimiyah, tidak ada seorangpun ulama Sunni yang beranggapan Rafidhah itu Muslim
meskipun bersyahadat. [ Kalau Syahadat bukan alasan yang benar bagi orang
munafiq untuk menyatakan dirinya Islam, terlebih kalau dikembalikan pada
refrensi refrensi yang ditulis oleh Rahbar Syiah, semua mengacu pada kebencian
terhadap Sunni dan ketentuannya]. Mereka semua sepakat kalau Rafidhah [ tukang
caci maki Istri Nabi, anti Sahabat] adalah Kafir. Atas dasar pernyataan dan
bayan dari kalangan ulama ulama sunni yang mu’tabarah, masyhur dan jumhur bisa
dipastikan mereka telah menjatuhkan vonis terhadap Syiah Rafidhah.
“Risalah Amman
sangat berbau politik karena lahir setelah revolusi Iran dan dalam rangka
meredam kebencian Syiah kepada Islam, bukan atas dasar paparan Ilmiah dari
ulama ulama sebelumnya yang lebih paham dan lebih tahu Syiah, dan lebih dekat
dengan jaman munculnya Syiah” . Memang munculnya kata “Sunni” itu akibat bias
kelompok kelompok yang muncul dalam Islam, bukan hanya syiah saja, misalnya
seperti Qadariyah, Jabariyah, Jahmiyah dan Mu’tazilah, ditambah dengan Asy’ariyah
dan Maturidiyah yang membelah aqidah umat Islam dalam ventalasi pemikiran yang
saling bertolak belakang. Itulah sebabnya ulama ulama Islam yang menguasai
berbagai disiplin ilmu Islam, dari kalangan ulama ulama Mazhab, ahlul
ushuluddin dan ushul fiqih semua terlibat perbincangan Syiah Rafidha. Misalnya
Imam yang empat, tidak satupun dari mereka yang beranggapan Syiah itu tidak
Sesat, selain mereka mentakfir para pendukung Syiah, juga mengeluarkan warning
tentang bahayanya Rafidhah.
Berikut ini
pendapat Imam Mazhab tentang Kekafiran Syiah :
قال الإمام مالك: (الذي يشتم أصحاب النبي صلى
الله عليه وسلم، ليس لهم إسم أو قال نصيب في الإسلام).
كما سُئل الإمام مالك عن الرافضة الشيعة فقال: (لا تكلمهم ولا ترد عنهم فإنهم يكذبون).
كما سُئل الإمام مالك عن الرافضة الشيعة فقال: (لا تكلمهم ولا ترد عنهم فإنهم يكذبون).
Fatwa Imam Malik : “Mereka yang memaki Sahabat Nabi Muhammad
Shallallahu’alaihi Wasallam, mereka tidak punya bagian dalam Islam”.
Sebagaimana ketika ditanya kepada Imam Malik terkait Syiah Rafidhah. Lalu kata
beliau : “Jangan Engkau ajak bicara Mereka, dan tidak perlu menjawab salam,
karena mereka itu pendusta”.
Perkataan Imam Malik ini jelas tidak membenarkan adanya Mazhaz sesat
Rafidhah yang menggunakan embel embel Ja’fariyah buat menarik perhatian
pembaca. Imam Malik yang hidup sebagai guru Imam Syafii, telah beranggapan
kalau Rafidhah itu tidak punya bagian dalam Islam, lalu atas dasar apa ada
mazhab kelima, sedangkan Imam Malik paling dekat dengan zaman kemunafikan
Syiah, zaman pengkhianatan Syiah, dan zaman kecurangan Syiah.
Hal ini juga dipertegas dengan Fatwa Imam Syafii :
البويطي
يقول: سألت الشافعي: أصلي خلف الرافضي؟ قال: لا تصل خلف الرافضي، ولا القدري، ولا
المرجئ. قلت: صفهم لنا. قال: من قال: الإيمان قول، فهو مرجئ، ومن قال: إن أبا بكر
وعمر ليسا بإمامين، فهو رافضي، ومن جعل المشيئة إلى نفسه، فهو قدري
Albuwaithi: “Aku pernah bertanya kepada Imam Asy Syafi’i, apakah
boleh aku shalat di belakang orang berpaham (syi’ah) rafidhah?”
Imam Asy Syafi’i menjawab: “Janganlah shalat di
belakang orang yang berpaham Syi’ah Rafidhah, atau orang
berpaham Qadariyah, atau orang berpaham Murji’ah!”.
Al Buwaithi mengatakan: “Sebutkanlah sifat mereka kepada kami!”
Imam Syafi’i menjawab: “Barangsiapa mengatakan bahwa iman itu
perkataan saja, maka ia seorang Murji’ah. Barangsiapa mengatakan bahwa Abu
Bakar dan Umar bukan imam, maka ia seorang Syiah Rafidhah. Barangsiapa
menjadikan kehendak untuk dirinya, maka ia seorang Qadariyah”. (Siyaru
A’lamin Nubala, karya Imam Dzahabi 10/31).
قول: الشافعي:قال حرملة: سمعت الشافعي يقول: (لم أر أحداً أشهد بالزور من
الرافضة)
Imam Syafi’i
berkata : “Aku tidak melihat seorangpun yang lebih bersaksi palsu dari pada
Rafidhah”.
Rafidhah bukan saja bersaksi palsu, sudah pasti
juga sayahadat palsu tidak bisa dipakai untuk menyatakan dirinya Islam.
Begitu juga Imam
Ahmad bin Hambal dalam kitabnya menyatakan.
روى الخلال عن أبي بكر المروذي قال: (سألت أبا
عبد الله، يعني أحمد بن حنبل، عمن يشتم ابا بكر وعمر وعائشة ؟.
قال: ما أراه على الإسلام(
قال: ما أراه على الإسلام(
AlKhallal
meriwayatkan dari Abu Bakar al Marudzi : Aku beratanya kepada Abu Abdillah,
yaitu Imam Ahmad bin Hambal tentang orang orang yang memaki dan menfitnah Abu
Bakar dan Aisyah. Apa jawab beliau : “ Mereka tidak diatas Islam” .
Bahkan menurut Imam Ahmad
mereka yang menghina para sahabat Nabi mereka itu telah keluar dari agama.
Tidak bisa disebut Islam lagi selama belum bersyahadat kembali. قد مرق من الدين = mereka melesat keluar dari Islam [ Maknanya kafir
]. Bandingkan dengan hasil Amman Message, mereka nyata membelakangi ulama
Mazhab, satu sisi mereka menggadang gadang ulama ulama Mazhab sebagai pegangan
resmi Islam, namun di sisi yang lain mereka memback up Rafidhah sebagai bagian
dalam Mazhab Islam. Innalillah wainnaa ilaihi Rajiun
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: