Kalau melihat
latar belakang para ulama Hadits Syiah,
ternyata tidak lepas dari dendam masa lalu. Ujungnya bukan masalah
pergantian Khilafah dari Rasulullah pada Abu Bakar dan seterusnya, tetapi
justru bermuara pada kisah hancurnya Persia. Persia adalah sebuah bangsa dengan
latar belakang sejarah yang cukup tua. Pernah menjadi salah satu negara adidaya
(superpower) disamping Imperium Romawi. Lintasan sejarah tersebut pula
yang mungkin telah menempa bangsa Persia menjadi bangsa yang cukup lihai dalam
urusan politik dan filsafat. Agama resmi kerajaan Persia zaman itu adalah
majusi/ zoroaster. Suatu pendapat mengatakan bahwa majusi bukannya menyembah
api. Tetapi api adalah cara mencapai fokus. Konon, ada sebuah tempat pemujaan
dari api yang tidak pernah padam hingga seribu tahun. Baru padam pada saat hari
kelahiran Rasulullah SAW.
Sejarah
panjang Persia tentu saja telah mewariskan karakter dan kebudayaan bangsa yang
melekat. Ada pendapat yang menilai bahwa bangsa Persia termasuk bangsa penganut
paham chauvinisme. Meyakini bahwa mereka adalah ras unggul. Ras/ bangsa
yang punya martabat lebih tinggi dari bangsa/ ras lain.
Hal ini pula
yang ikut melatarbelakangi penolakan Kisra (sebutan raja Persia) terhadap
dakwah Rasulullah SAW. Bangsa Persia merasa lebih bermartabat dibanding bangsa
Arab. Bahkan Kisra dengan angkuhnya merobek-robek surat Rasulullah SAW sambil
mengatakan bahwa bangsa Arab tidak perlu mengajarinya tata cara beribadah.
Rasulullah SAW mengatakan bahwa kerajaan itu akan dirobek-robek sebagaimana
Kisra melakukannya pada surat Beliau SAW.
Benar
perkataan Nabi SAW. Sekian tahun kemudian, kedigdayaan kerajaan Persia runtuh.
Jatuh ke tangan kaum muslimin yang saat itu dipimpin oleh khalifah Umar bin
Khattab.
Tentu momen
sejarah tersebut sangat menusuk harga diri sebuah bangsa yang pernah berjaya.
Menjadi sebuah trauma hebat bagi bangsa yang telah berabad-abad mengenyam
kejayaan. Apalagi mengingat yang menaklukkan mereka adalah bangsa Arab yang
menurut mereka lebih rendah martabatnya.
Karena
penaklukan Persia oleh Arab terjadi pada masa kekhalifahan Umar Ibn Khattab,
maka nama tersebut sangat diingat sekaligus dibenci oleh Persia. Kebencian
terhadap figur Umar Ibn Khattab terekam oleh sejarah dimana si Khalifah dibunuh
oleh Abu Lukluk Almajusi (seorang majusi).
Tetapi
trauma Persia terhadap Umar Ibn Khattab tidak sembuh hanya dengan nyawa si
Khalifah. Semacam penghargaan diberikan kepada pembunuh Umar Ibn Khattab. Yaitu
dengan menghias dan menziarahi makam Abu Lukluk Almajusi.
Untuk
mengabadikan kebencian terhadap Umar Ibn Khattab, dibuatlah sebuah ideologi bernama
Syia. Ideologi ini dipersiapkan sebagai pisau bermata dua. Satu sisi ideologi
ini memakai nama Islam. Bahkan mengusung spirit sebagai pendukung keluarga Nabi
Shallallahu’alaihi wasallam (Ahlulbayt). Ini juga bertautan dengan sejarah
Persia. Perlu diketahui bahwa dalam penaklukan Persia oleh Arab, seorang putri
bangsawan Persia ditawan dan akhirnya dinikah oleh Imam Husen r.a.
Dari fakta
ini juga sangat mudah ditapaktilasi kenapa dalam ideologi Shia (bahkan yang
meyakini ada 12 Imam) semua imamnya adalah dari keturunan Imam Husen r.a. Tidak
ada satu pun keturunan Imam Hasan r.a. yang didaulat sebagai Imam. Padahal Imam
Hasan dan Imam Husen keduanya sama-sama cucu Nabi Shallallahu'alahi wasallam
Mata pisau
kedua diperuntukkan sebagai saluran pelampiasan rasa benci dan traumatik bangsa
Persia terhadap Umar Ibn Khattab khususnya, dan bangsa Arab secara umum.
Trauma
bangsa Persia juga bisa dilihat dari cara penyampaian (dakwah) ideologi Shia.
Sikap tidak percaya diri namun agresif sangat terasa. Sikap ini tersembunyi
dibalik agresifitas Shia dalam mengkritik kitab Ahlussunnah. Sementara Shia
menutup kitab marji’ mereka.
Prinsip dan
strategi dasar dakwah Shia kontra Ahlussunnah adalah : “Shoot the Bukhary, hide
the Kaafy” ( Serang kitab Albukhary (kitab hadis rujukan utama
Ahlussunnah), tetapi sembunyikan Alkaafy (kitab hadis rujukan utama Syia
)
Tidak jarang
orang Shia berupaya menyembunyikan kitab tersebut dengan menyataan bahwa
Alkaafy bukanlah kitab rujukan. Bahkan rancu dan ragu dalam menyatakan kitab
hadis apa yang menjadi acuan utama Shia.
Pernyataan
tersebut justru menjegal kema’shuman para imam Shia sendiri. Jika para imam
(yang mereka yakini ma’shum/ suci dari kesalahan dan kekhilafan) tidak
merekomendasikan kitab hadis bagi pengikutnya, maka berarti ada tugas utama
yang terlalaikan oleh para imam.
Bagi mereka
yang masih menghargai logika dan nikmat akal, maka mempertanyakan ketertutupan
kitab rujukan utama Shia adalah sebuah keharusan.
Referensi
utama ideologi Shia seharusnya terbuka untuk umum. Ukuran keterbukaan dimaksud
adalah ketersediaan (availability) di pasaran. Sehingga masyarakat umum
bisa mengakses (baca : membeli) di toko-toko.
Tetapi
seperti terlihat di lapangan, tidak ada kitab hadis utama Shia.
Mengapa?
Tentu Anda berhak menggunakan nalar Anda…..
Rujukan
Syiah yang seharusnya menjadi kebanggaan Persia, dengan sengaja berusaha
dihilangkan dari peredaran oleh para pecalang syiah yang menjadi misionaris
Syiah. Mereka adalah orang orang yang terlatih untuk berbohong dan berdusta,
sebagai kendaran keberuntungan bagi Persia, terus mengambangkan kedustaan,
mendustakan kitab kitabnya sendiri demi sebuah misi yang menjadi tujuan utama
mereka.
Para Ulama
Syiah: Muhammad Baqir al-Majlisi, Muhammad Ibnu Ya’kub al-Kulayni, syaikh
Mufid, Ayatullah Syubbar, Muhammad Salih Mazandarani, Mirza habibullah al-Khui,
Ni’matullah al-Jazairi, Syaikh Wahid bahbahani, Fayz Kashoni, Ali Ibnu Ibrahim
al-Qummi, Allama Abul Hasan al-Amili, Abbas al Qummi. Syarafuddin Abdul Husain
al-Musawy. Syarif al-Murtada, Ayatullah Tabatabai, Baqir Syarif al-qurasyi,
adnan Bahrani, al barqy, Ayasyi, an-Nu’mani, furat ibn Ibrahim, ahmad Ibn Abu
Thalib at-Tabrasy, al Hur al-Amili, ‘allami al Fattuni, Ayatullah Mirza Jawat
at Tibrizi dan Hasyim al bahrani. Mereka semua adalah sumber malapetaka
terhadap Sunni yang menginispirasi para Syionis [Baca Zionis] atau Syiah untuk
mengumbar permusuhan dan kebencian. Mereka semua adalah pencetus kitab kitab
anti Suni, mulai dari menanam kebencian kepada sahabat Nabi, juga mendistorsi
al-Quran dengan berbagai cara. Melalui testimony dan doktrin kepada kaum Syiah.
Mereka semua corong PERSIA RAYA, untuk melanggengkan dan mengembalikan kekuasan
Persia dari islamisasi Umar ke agama nenek Moyang Persia.
Aqidah Syiah
: Tentang Sahabat Nabi Muhammad Shallallahu’alahi wasallam
Ibnu Babawaih Al-Qummiy[1] yang dikenal dengan nama
Ash-Shaduq berkata:
ويجب أن يتبرأ إلى الله عز وجل من الأوثان الأربعة والإناث الأربعة ، ومن جميع أشياعهم وأتباعهم ، ويعتقد فيهم أنهم أعداء الله وأعداء رسوله، وأنهم شر خلق الله، ولا يتم الإقرار بجميع ما ذكرناه إلا بالتبري منهم
“Wajib berlepas diri kepada Allah Ta’ala dari empat berhala laki-laki, empat berhala perempuan, dan seluruh pengikut mereka. Dan (wajib) berkeyakinan bahwa mereka adalah musuh-musuh Allah dan musuh-musuh Rasul-Nya. Dan sesungguhnya mereka adalah ciptaan Allah yang paling buruk. Tidaklah sempurna iqraar (pengakuan) dengan semua (keyakinan-keyakinan/I’tiqadat) yang telah kami sebutkan kecuali dengan berlepas diri dari mereka.”
ونعتقد فيمن خالف ما وصفناه أو شيئا منه أنه على غير الهدى، وأنه ضال عن الطريقة المستقيمة، ونتبرأ منه
“Dan kami berkeyakinan bahwa orang yang menyelisihi
apa-apa yang telah kami sifatkan (sebutkan) atau menyelisihi sesuatu darinya
sesungguhnya orang tersebut bukan berdiri di atas petunjuk. Sesungguhnya dia
telah sesat dari jalan yang lurus, dan kami berlepas diri darinya.”[3]
Dalam Biharul-Anwar oleh Al-Majlisi disebutkan salah satu
riwayat dari Abu Hamzah Ats-Tsumaliy berikut :
قلت: ومن أعداء الله أصلحك الله؟ قال: الأوثان الأربعة، قال: قلت: من هم؟ قال: أبو الفصيل ورمع ونعثل ومعاوية ومن دان دينهم، فمن عادى هؤلاء فقد عادى أعداء الله
“Aku (Abu Hamzah) berkata; “Dan siapakah musuh-musuh
Allah? Semoga Allah memperbaiki anda.” Imam (Abu Ja’far) menjawab; “empat
berhala laki-laki”. (Abu Hamzah) berkata, “Aku berkata, “Siapakah mereka?” Imam
menjawab; “Abu Al-Fushail, Rama’, Na’tsal, dan Mu’awiyah serta orang yang
mengikuti agama mereka. Maka barangsiapa yang memusuhi mereka, sungguh dia
telah memusuhui musuh-musuh Allah.”
Lalu siapa yang dimaksud dengan “Abu Al-Fushail, Rama’,
Na’tsal,. Al-Majlisi menjelaskan :
وأبو الفصيل أبو بكر لان الفصيل والبكر متقاربان في المعنى، ورمع مقلوب عمر، ونعثل هو عثمان كما صرح به في كتب اللغة
“Abu Al-Fushail adalah Abu Bakr, karena Al-Fushail dan
Al-Bakr adalah dua nama yang saling berdekatan dalam makna. Adapun rama’ (ra,
mim, dan ‘ain) adalah kebalikan dari nama ‘Umar (‘ain, mim, dan ra). Sedangkan
Na’tsal adalah ‘Utsman sebagaimana telah disharihkan dalam kitab-kitab lughah.
Takfir Syiah Pada Sahabat Radhiallahu’anhum Adakah Zindiq
Oleh karena itu, benarlah tatkala Al-Imam Abu Zur’ah Ar-Raziy[1] rahimahullah berkata :
إذا رأيت الرجل ينتقص أحدا من أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم فاعلم أنه زنديق ، وذلك أن الرسول صلى الله عليه وسلم عندنا حق ، والقرآن حق ، وإنما أدى إلينا هذا القرآن والسنن أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم ، وإنما يريدون أن يجرحوا شهودنا ليبطلوا الكتاب والسنة ، والجرح بهم أولى وهم زنادقة
“Jika engkau melihat orang yang mencela salah satu dari
shahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, maka ketahuilah bahwa orang
tersebut adalah ZINDIQ. Yang demikian itu karena Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam bagi kita adalah haq (benar ucapannya), Al-Qur’an adalah
haq, dan sesungguhnya yang menyampaikan Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah para
Shahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Sungguh orang-orang yang
mencela para saksi kita (para Shahabat), berarti mereka bertujuan untuk
membatalkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Mereka lebih pantas untuk di-jarh (dicela,
diberi penilaian negatif) dan mereka adalah orang-orang ZINDIQ.
Abu Bakar, Umar Dan Usman adalah Sombong Dan Hina menurut
Syiah
وأي عاقل يعتقد تقديم ابن أبي قحافة وابن الخطاب وابن عفان الأدنياء
في النسب، والصعاب، الذين لا يعرف لهم تقدم ولا سبق في علم ولا جهاد، وقد عبدوا
الأصنام مدة طويلة، وفروا من الزحف في أحد وحنين، … وظلموا الزهراء بمنع إرثها
ونحلتها، والبسوا أشياء أقلها يوجب الكفر، فعليهم وعلى محبيهم لعنة الله والملائكة
والناس أجمعين
“Dan orang berakal manakah yang akan meyakini keutamaan
Ibnu Abi Quhafah (Abu Bakr), Ibnul Khaththab (‘Umar), dan Ibnu ‘Affan (‘Utsman)
para manusia hina dalam nasab dan orang-orang yang sombong, yang tidak
diketahui sebelum dan sesudahnya bahwa mereka memiliki ‘ilmu, tidak pula jihad.
Sungguh mereka telah menyembah berhala di masa yang sangat lama. Dan mereka pun
telah lari dari tentara pada perang Uhud dan Hunain… Mereka juga telah
mezhalimi Az-Zahra (Fathimah) dengan menghalanginya dari warisannya dan
nihlahnya. Mereka menutupi hal-hal yang paling sedikitnya menyebabkan
kekafiran. Maka bagi mereka dan bagi para pecinta mereka adalah Laknat Allah,
Malaikat, serta manusia seluruhnya.”[ Rasa’il Al-Karkiy, 1/62-63. Terb.
Maktabah Ayatullah Al-‘Uzhma Al-Mar’asyi An-Najafiy, Qum]
TULISAN INI HIMPUNAN DARI BEBERAPA TULISAN SITUS SITUS
untuk menemukan titik terang, siapa sebenarnya di balik anti sahabat. Ternyata semua tidak lepas dari usaha besar
menghilangkan jejak Islam , berupa Quran dan sunah yang melalui lisan sahabat. Ini
jelas skandal kejahatan berlapis yang dilakukan Syiah dalam rangka
menghancurkan Islam.
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: