Breaking News
Loading...

Takwil Batini, Cara ‘Nyeleneh’ Syiah Mengakali Tafsir Al-Quran

Syiahindonesia.com - Takwil Batini, Cara ‘Nyeleneh’ Syiah Mengakali Tafsir Al-Quran — Beberapa kalangan masih ada yang beranggapan bahwa Syiah adalah Islam, tidak jauh berbeda dengan Ahlu sunah. Mereka berpandangan Syiah hanyalah sebuah mazhab, sebagaimana mazhab-mazhab fikih yang masyhur yaitu Hanafiyah, Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah.

Menurut kalangan ini, perbedaan antara Syiah dan Ahlu sunah hanya perbedaan dalam ranah furu’ (cabang) semata. Tidak jarang kemudian mereka mengupayakan taqrib (rekonsiliasi) antara Ahlu sunah dan Syiah di berbagai negara.

Padahal apabila ditelaah lebih dalam, terdapat perbedaan substansial antara Ahlu sunah dan Syiah. Perbedaan antara keduanya tidak hanya dalam ranah furu’ (cabang) semata, namun juga dalam ranah ushul (pokok). Sehingga mustahil menyamakan keduanya.

Di antara perbedaan fundamental antara keduanya adalah dalam rukun Islam, rukun Iman, pandangan terhadap sahabat Nabi, Ahlu Bait dan al-Quran. Sehingga dengan banyaknya perbedaan ini, banyak ulama yang telah mengeluarkan kelompok Syiah dari Islam.

MUI Jawa Timur dengan sangat tegas mengeluarkan fatwa tentang kesesatan ajaran Syiah pada 2012.

MUI pusat juga telah mengeluarkan rekomendasi dalam Rapat Kerja Nasional bulan Jumadil Akhir 1404 H./Maret 1984 M.

Dalam rekomendasi tersebut, MUI pusat menghimbau kepada umat Islam Indonesia yang berpaham Ahlus Sunnah wal Jamaah agar meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan masuknya paham yang didasarkan atas ajaran Syiah.

Jika berbicara tentang kelompok Syiah, tentu tidak bisa dilepaskan dari doktrin ajaran paling fundamental mereka, yaitu konsep Imamah. Imamah menurut Syiah adalah keyakinan bahwa setelah Nabi Muhammad wafat, maka Ali dan keturunannyalah yang berhak menggantikan beliau. Bagi Syiah, imamah adalah perkara besar, bahkan kedudukannya sama atau lebih tinggi dari nubuwah (kenabian).

Beberapa hadis al-Kulaini dalam al-Kafi menyebutkan bahwa kedudukan imamah lebih tinggi dari nubuwah dan ini dinyatakan terang-terangan oleh sekelompok tokoh agama mereka.

Salah seorang tokoh agama mereka bernama Ni’matullah al-Jazairi mengatakan, “Imamah keseluruhan adalah imamah yang kedudukannya lebih tinggi dari derajat nubuwah (kenabian) dan risalah (kerasulan)” (Zahrur Rabi’, 12)

Maka tanpa imamah, tidak akan ada Syiah, atau dalam ungkapan lain karena imamahlah Syiah ada.

Artikel Tsaqafah: Ingin Tadabbur Al-Quran? Miliki 20 Buku Referensi Ini!

Namun doktrin imamah ini menjadi dilema bagi mereka, karena tidak adanya bukti yang nyata tentang ajaran ini di dalam al-Quran. Padahal mereka beranggapan bahwa imamah adalah ajaran pokok. Tentu sangat rancu apabila ajaran yang begitu penting ini tidak disebutkan di dalam al-Quran.

Oleh karena itulah, mereka memiliki cara pandang sendiri terhadap al-Quran. Bahkan mereka memiliki metode tersendiri dalam menafsirkan al-Quran. Seperti apakah pandangan Syiah terhadap al-Quran dan bagaimana mereka menafsirkan al-Quran? Pertanyaan inilah yang akan dijawab dalam artikel ini. dakwah.id

Baca juga:

Takwil Batini, Cara ‘Nyeleneh’ Syiah Mengakali Tafsir Al-Quran

Bagi Syiah, Al-Quran Utsmani yang Beredar Saat Ini adalah Palsu

Takwil Batini, Strategi Syiah dalam Mencari Legitimasi Doktrin Imamah

Mengkritisi Metode Takwil Batini ala Syiah



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: