Breaking News
Loading...

Syiah dan Propaganda Mereka melalui Media Sosial


Syiahindonesia.com -
Di era digital saat ini, media sosial telah menjadi senjata utama dalam penyebaran ideologi Syiah di berbagai negara, termasuk Indonesia. Jika dahulu penyebaran dilakukan secara tertutup melalui majelis khusus dan jaringan komunitas terbatas, kini propaganda Syiah bergerak masif, sistematis, dan terselubung melalui platform digital seperti Facebook, Instagram, TikTok, YouTube, Telegram, X (Twitter), hingga blog dan website.

Banyak umat Islam awam yang tanpa sadar terpapar konten Syiah, karena propaganda ini dikemas dengan bahasa moderat, isu kemanusiaan, sejarah, dan narasi persatuan, padahal di baliknya tersembunyi doktrin-doktrin menyimpang yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah.


1. Media Sosial sebagai Senjata Ideologis Syiah

Bagi Syiah, media sosial bukan sekadar sarana dakwah, tetapi alat perang akidah (ghazwul fikr). Tujuan utamanya adalah:

  • Mengaburkan perbedaan akidah Sunni dan Syiah

  • Menormalkan penyimpangan Syiah di tengah umat

  • Menghapus stigma kesesatan Syiah

  • Merekrut simpatisan secara perlahan

  • Menyerang akidah Ahlus Sunnah dari dalam

Strategi ini dikenal dengan pendekatan soft power, bukan konfrontasi terbuka.


2. Pola Umum Propaganda Syiah di Media Sosial

a. Mengaku “Cinta Ahlul Bait”

Konten mereka hampir selalu diawali dengan narasi:

  • “Kami hanya mencintai keluarga Nabi…”

  • “Mengapa membenci Ahlul Bait?”

  • “Bukankah mencintai Ahlul Bait itu wajib?”

Padahal seluruh Ahlus Sunnah mencintai Ahlul Bait, tanpa harus mengkultuskannya, tanpa mengkafirkan sahabat, dan tanpa menyalahi Sunnah.


b. Menyamar sebagai Konten Sejarah

Propaganda dibungkus dalam bentuk:

  • Cerita duka Karbala

  • Tragedi Hasan dan Husain

  • Konflik politik awal Islam

Namun fakta sejarah dipelintir, sahabat dimanipulasi, dan Khalifah yang sah dituduh zalim.


c. Menyebar Keraguan terhadap Sahabat Nabi

Secara pelan-pelan mereka menyebarkan:

  • Narasi bahwa Abu Bakar dan Umar “merebut kekuasaan”

  • Tuduhan Utsman sebagai pengkhianat

  • Fitnah bahwa mayoritas sahabat murtad

Padahal Allah telah memuji sahabat:

﴿ وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلۡأَوَّلُونَ مِنَ ٱلۡمُهَٰجِرِینَ وَٱلۡأَنصَارِ وَٱلَّذِینَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحۡسَٰنࣲ رَّضِیَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ ﴾
(QS. At-Taubah: 100)


d. Menyebar Konten “Persatuan” Palsu

Mereka sering mengangkat jargon:

  • “Sunni-Syiah itu sama”

  • “Mazhab tidak penting”

  • “Yang penting cinta Rasul”

Padahal di balik itu, mereka tetap mengajarkan pengkafiran sahabat, imamah, mut’ah, taqiyah, dan kultus imam.


3. Platform yang Paling Banyak Digunakan

a. YouTube

Digunakan untuk:

  • Ceramah Syiah berkedok sejarah Islam

  • Film Karbala

  • Kisah Husain yang dimanipulasi

  • Debat palsu pro-Syiah

b. TikTok dan Instagram

Digunakan untuk:

  • Potongan video emosional

  • Narasi singkat tentang Ahlul Bait

  • Kutipan provokatif

  • Visualisasi ratapan Karbala

Target utama: pemuda dan generasi muda Muslim.


c. Telegram dan WhatsApp

Digunakan untuk:

  • Distribusi kitab Syiah digital

  • Poster propaganda

  • Doktrin imamah

  • Jaringan kaderisasi tertutup

Ini adalah jalur indoktrinasi tertutup yang paling berbahaya.


4. Taqiyah Digital: Wajah Manis di Publik, Racun di Internal

Syiah menghalalkan taqiyah (berbohong demi mazhab). Di media sosial mereka:

  • Berpura-pura moderat

  • Mengaku cinta semua sahabat

  • Menghindari pembahasan pengkafiran

  • Menolak dituduh sesat

Namun di forum internal dan kitab mereka:

  • Sahabat dilaknat

  • Sunni dianggap sesat

  • Imam dianggap maksum

  • Mut’ah dianggap halal

Inilah standar ganda Syiah di dunia digital.


5. Target Utama Propaganda Syiah

  1. Pemuda Muslim awam
    Minim ilmu akidah dan sejarah Islam.

  2. Mahasiswa dan aktivis
    Disasar melalui diskusi intelektual palsu.

  3. Korban kekecewaan terhadap tokoh Sunni
    Yang kecewa lalu dialihkan ke Syiah.

  4. Masyarakat awam pedesaan dan perkotaan
    Melalui bantuan sosial dan komunitas virtual.


6. Dampak Nyata Propaganda Syiah di Media Sosial

Akibat propaganda digital Syiah, muncul fenomena:

  • Pemuda yang mulai meragukan sahabat

  • Muncul pembela mut’ah di kolom komentar

  • Dukungan terhadap ide negara imam

  • Pembelaan terhadap kezaliman rezim Syiah

  • Normalisasi ideologi Syiah sebagai “mazhab biasa”

Ini adalah infiltrasi akidah secara perlahan dan berbahaya.


7. Syiah Memanipulasi Isu Kemanusiaan dan Palestina

Mereka sering mengaitkan propaganda dengan:

  • Isu Palestina

  • Anti-Zionisme

  • Perlawanan terhadap Barat

Padahal dalam banyak konflik:

  • Syiah justru memerangi Sunni

  • Membantai kaum Muslim di Suriah, Yaman, dan Irak

  • Bekerja sama secara tidak langsung dengan kekuatan global

Ini adalah politik ganda yang menipu umat.


8. Kewajiban Umat Islam Menghadapi Propaganda Ini

Allah berfirman:

﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوٓا۟ إِن جَآءَكُمۡ فَاسِقُۢ بِنَبَإࣲ فَتَبَیَّنُوٓا۟ ﴾
“Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepada kalian orang fasik membawa berita, maka telitilah.”
(QS. Al-Hujurat: 6)

Umat Islam wajib:

  • Memverifikasi setiap konten

  • Tidak menelan narasi sejarah sepihak

  • Mengkaji akidah berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah

  • Menguatkan literasi akidah Ahlus Sunnah

  • Mengedukasi keluarga dan anak-anak tentang bahaya Syiah


9. Peran Ulama dan Da’i dalam Melawan Propaganda Digital Syiah

Ulama Ahlus Sunnah memiliki tanggung jawab besar:

  • Memproduksi konten tandingan yang ilmiah

  • Membongkar kebohongan Syiah dengan hujjah

  • Memberi edukasi akidah di media sosial

  • Masuk ke platform yang digunakan generasi muda

Karena jika ruang digital sunnah kosong, Syiah akan mengisinya dengan kesesatan.


10. Kesimpulan

Propaganda Syiah melalui media sosial dilakukan secara:

  1. Sistematis

  2. Terselubung

  3. Emosional

  4. Manipulatif

  5. Berbasis taqiyah

  6. Menyasar pemuda dan awam

Tujuan akhirnya adalah:

  • Mengikis akidah Ahlus Sunnah

  • Mengagungkan imam

  • Menghancurkan kepercayaan kepada sahabat

  • Menormalisasi ajaran sesat di tengah umat

Umat Islam wajib meningkatkan kewaspadaan, memperdalam ilmu tauhid, memperkuat pemahaman Sunnah, dan tidak mudah terprovokasi oleh konten yang dibungkus dengan dalih cinta Ahlul Bait, sejarah, atau persatuan semu.

Keselamatan hanya ada dengan berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Sunnah berdasarkan pemahaman para sahabat dan generasi salaf.

(albert/syiahindonesia.com)



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: