Breaking News
Loading...

Bagaimana Syiah Menyebarkan Keyakinan Mereka melalui Film dan Drama


Syiahindonesia.com -
Di era digital dan industri hiburan yang semakin berkembang, film dan drama menjadi sarana paling efektif untuk memengaruhi pola pikir masyarakat. Syiah memahami hal ini dengan sangat baik. Mereka memanfaatkan media visual sebagai alat propaganda untuk menanamkan ajaran, menormalisasi kesesatan, dan membangun simpati terhadap ideologi mereka—semuanya dikemas dalam bentuk cerita yang menyentuh, penuh emosi, dan sarat manipulasi historis.

Artikel ini menguraikan secara detail bagaimana Syiah menggunakan film, serial drama, dan media digital untuk menyebarkan paham mereka, serta bagaimana umat Islam harus waspada terhadap strategi ini.


1. Menggunakan Media sebagai Sarana Dawah Sesat

Syiah menjadikan film sebagai alat penyebaran agama mereka, bukan sekadar hiburan. Pemerintah Iran bahkan memiliki kementerian khusus untuk memproduksi film-film “bernilai dakwah”, namun dakwah yang dimaksud adalah:

  • glorifikasi imam-imam Syiah,

  • kebencian kepada sahabat Nabi,

  • romantisasi tragedi Karbala,

  • penguatan konsep imamah sebagai bagian utama agama.

Industri perfilman mereka didanai negara, diarahkan oleh ulama Syiah, dan bertujuan untuk menyebarkan ideologi ke dunia internasional, terutama dunia Muslim Sunni.


2. Penyusupan Ideologi Melalui Cerita Superhero Spiritual

Banyak film Syiah menampilkan tokoh imamah sebagai:

  • manusia supra-natural,

  • lebih mulia daripada para nabi,

  • mengetahui yang gaib,

  • mampu mengatur alam,

  • memiliki cahaya ilahi sebelum penciptaan dunia.

Semua ini didasarkan pada riwayat-riwayat palsu yang dibangun dari dongeng Israiliyat dan kepercayaan ekstrem Syiah.

Padahal Allah berfirman:

﴿ قُل لَّا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَّلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ﴾
“Katakanlah: Aku (Muhammad) tidak memiliki manfaat maupun mudarat bagi diriku kecuali apa yang Allah kehendaki.”
(QS. Yunus: 49)

Jika Nabi saja tidak memiliki kekuasaan supernatural seperti itu, bagaimana mungkin imam Syiah memilikinya?


3. Dramatifikasi Tragedi Karbala: Senjata Emosional Syiah

Serial Syiah tentang Imam Husain dipenuhi elemen:

  • tangisan,

  • darah,

  • penindasan,

  • pengkhianatan,

  • kisah heroik yang dilebih-lebihkan.

Ini bertujuan untuk:

  • membangkitkan simpati pada Syiah,

  • menanamkan kebencian terhadap sahabat Nabi, terutama Yazid, Muawiyah, dan generasi tabi‘in,

  • menyajikan tragedi Karbala seolah-olah pusat agama Islam.

Padahal dalam Islam, agama dibangun di atas:

  • Al-Qur’an,

  • Sunnah,

  • akidah yang lurus,

  • amal yang benar.

Bukan di atas ratapan, drama, dan ritual kesedihan.


4. Pemelintiran Sejarah dan Penyebaran Kebohongan Visual

Film Syiah tidak dibuat untuk menyampaikan sejarah sebenarnya, tetapi sejarah versi mereka. Mereka sering:

  • menambah adegan yang tidak ada dalam sumber sejarah,

  • menghapus fakta yang bertentangan dengan dogma Syiah,

  • menampilkan para sahabat sebagai penindas dan koruptor,

  • menggambarkan imam Syiah sebagai pahlawan suci yang ditindas.

Karena orang cenderung percaya pada visual, banyak penonton awam akhirnya menerima kebohongan tersebut sebagai fakta.


5. Memanfaatkan Serial TV untuk Menyebarkan Ajaran Imamah

Beberapa drama Iran menyisipkan ajaran imamah secara halus, misalnya:

  • tokoh yang selalu menyebut imam sebagai penyelamat,

  • dialog tentang imam yang mengetahui rahasia,

  • simbol-simbol 12 imam yang diselipkan dalam adegan,

  • karakter bijak yang digambarkan seperti makhluk suci.

Tanpa sadar, penonton mulai menerima konsep imamah sebagai “ajaran Islam”, padahal Islam tidak mengenal imamah seperti yang diajarkan Syiah.


6. Menyebar ke Indonesia melalui Streaming dan Media Sosial

Syiah memahami bahwa Indonesia adalah negara Muslim terbesar di dunia. Karena itu, mereka menyasar masyarakat melalui:

  • YouTube,

  • Netflix,

  • platform streaming Iran,

  • potongan video pendek di TikTok dan Instagram,

  • subtitle Indonesia yang disebar gratis.

Konten tersebut dirancang untuk:

  • menarik simpati emosional,

  • memperkenalkan tokoh Syiah,

  • menormalisasi ritual-ritual bid‘ah,

  • menanamkan narasi bahwa “Syiah adalah pecinta Ahlul Bait”.

Padahal banyak ritual Syiah tidak pernah diajarkan Nabi ﷺ.


7. Film Sejarah Palsu untuk Menyerang Para Sahabat

Syiah sering membuat film yang menggambarkan:

  • Umar bin Khaththab sebagai keras dan zalim,

  • Abu Bakar sebagai pengkhianat,

  • Aisyah sebagai tokoh negatif,

  • para sahabat sebagai penakut, munafik, atau haus kekuasaan.

Ini adalah serangan langsung terhadap generasi yang dipuji Allah:

﴿ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ﴾
“Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya.”
(QS. At-Taubah: 100)

Syiah mendustakan ayat ini melalui film-film mereka.


8. Menciptakan Tokoh Imajiner untuk Menyokong Doktrin Sesat

Dalam beberapa film, Syiah menciptakan:

  • karakter sahabat imajiner,

  • tokoh antagonis palsu,

  • cerita fiktif tentang penindasan imam.

Tujuannya untuk menguatkan keyakinan Syiah dengan cara:

  • membangun empati,

  • menanamkan rasa kasihan,

  • menyentuh emosi sehingga penonton tidak lagi berpikir kritis.

Ini adalah metode propaganda klasik yang dibalut estetika film.


9. Menggunakan Animasi Anak untuk Menyisipkan Ajaran Syiah

Iran memproduksi banyak animasi anak, di antaranya:

  • kartun tentang imam suci,

  • cerita anak dengan simbolisme imamah,

  • kisah kepahlawanan yang mengajak anak-anak mencintai tokoh Syiah.

Ini sangat berbahaya karena:

  • anak-anak mudah terpengaruh,

  • mereka tidak bisa membedakan mana sejarah dan mana propaganda,

  • mereka tumbuh dengan pemahaman Islam yang salah.


10. Bagaimana Umat Islam Indonesia Harus Menyikapi?

Umat Islam harus:

  • memahami sejarah Islam yang sahih,

  • mempelajari Al-Qur’an dan hadits yang benar,

  • berhati-hati terhadap konten yang penuh narasi emosional,

  • kritis terhadap film bertema “Ahlul Bait”,

  • memastikan bahwa film sejarah berasal dari sumber ilmiah, bukan propaganda.

Para orang tua juga harus mengawasi tontonan anak-anak agar tidak terpapar ajaran batil yang dibungkus dalam kartun.


Kesimpulan

Syiah menggunakan film dan drama sebagai alat penyebaran akidah sesat yang sangat efektif. Melalui visual, mereka:

  • memutarbalikkan sejarah,

  • mempromosikan imam sebagai makhluk suci,

  • menormalisasi ritual bid‘ah,

  • menebarkan kebencian terhadap sahabat,

  • memasukkan doktrin imamah dan Mahdi gaib,

  • menyusup ke ruang keluarga Muslim.

Umat Islam harus waspada dan tidak terjebak oleh narasi emosional serta rekayasa visual yang merusak akidah.


(albert/syiahindonesia.com)



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: