Syiahindonesia.com - Dalam beberapa dekade terakhir, muncul fenomena yang menarik sekaligus mengkhawatirkan di dunia Islam, yaitu semakin terlihatnya kedekatan sebagian kalangan Syiah dengan gerakan liberalisme. Liberalisme yang lahir dari rahim sekularisme Barat membawa nilai-nilai relativisme kebenaran, kebebasan tanpa batas dalam menafsirkan agama, serta penolakan terhadap otoritas ulama dan nash syar’i. Kedekatan ini menimbulkan pertanyaan besar: mengapa paham yang mengklaim sebagai pembela Ahlul Bait justru beririsan dengan gerakan yang melemahkan prinsip dasar agama Islam?
Artikel ini akan mengupas secara mendalam hubungan Syiah dengan liberalisme, bentuk-bentuk kedekatan ideologisnya, serta dampak seriusnya terhadap kemurnian ajaran Islam Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
1. Pengertian Liberalisme dalam Konteks Agama
Liberalisme dalam konteks agama bukan sekadar kebebasan berpikir, tetapi merupakan ideologi yang memiliki ciri utama:
-
Relativisme kebenaran – tidak ada kebenaran mutlak.
-
Dekonstruksi teks suci – Al-Qur’an dan hadits dianggap produk budaya.
-
Penolakan otoritas ulama – setiap orang bebas menafsirkan agama.
-
Penyesuaian syariat dengan zaman – hukum Islam harus tunduk pada nilai modern Barat.
-
Pluralisme agama – semua agama dianggap sama benarnya.
Prinsip-prinsip ini bertentangan secara langsung dengan aqidah Islam yang menegaskan bahwa kebenaran mutlak hanya milik Allah dan syariat-Nya.
Allah Ta’ala berfirman:
وَمَن يَبۡتَغِ غَيۡرَ ٱلۡإِسۡلَٰمِ دِينٗا فَلَن يُقۡبَلَ مِنۡهُ وَهُوَ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ
“Barang siapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”
(QS. Ali ‘Imran: 85)
2. Akar Kesamaan Syiah dan Liberalisme
Secara historis dan ideologis, terdapat beberapa titik temu antara Syiah dan liberalisme:
a. Penolakan terhadap Otoritas Sahabat
Syiah sejak awal menolak mayoritas sahabat Nabi ﷺ kecuali segelintir. Ini membuka pintu besar untuk:
-
Merombak periwayatan hadits
-
Mengganti standar kebenaran
-
Membuka ruang tafsir bebas atas agama
Sikap ini sejalan dengan liberalisme yang menolak otoritas ulama salaf dan sanad keilmuan.
b. Penafsiran Subjektif terhadap Al-Qur’an
Dalam Syiah, penafsiran Al-Qur’an sangat bergantung pada konsep imam ma’shum. Jika imam berpendapat sesuatu, maka ia dianggap lebih tinggi dari makna lahir Al-Qur’an. Ini membuka pintu bagi:
-
Tafsir batin yang tidak terikat kaidah
-
Penyesuaian ayat dengan kepentingan ideologi
-
Pengaburan makna syariat
Metode ini sejajar dengan tafsir liberal yang menundukkan teks wahyu kepada logika, perasaan, dan agenda sosial-politik.
c. Konsep Taqiyyah dan Relativisme Moral
Syiah mengajarkan taqiyyah (menyembunyikan keyakinan demi kepentingan). Dalam praktik modern, ini sering diwujudkan dalam:
-
Menyamar sebagai Sunni moderat
-
Menggunakan istilah toleransi untuk menyebarkan akidah Syiah
-
Mengaburkan batas antara yang haq dan batil
Liberalisme juga mengajarkan relativisme moral, di mana dusta dan kebenaran bisa berubah sesuai kepentingan.
3. Bentuk Nyata Kedekatan Syiah dengan Liberalisme
a. Dukungan terhadap Pluralisme Agama
Banyak tokoh Syiah modern yang:
-
Mendukung konsep “semua agama benar”
-
Menolak dakwah tauhid secara eksklusif
-
Menganggap dakwah pemurnian aqidah sebagai radikalisme
Ini identik dengan agenda liberal global.
b. Dukungan terhadap Feminisme dan Dekonstruksi Syariat
Sebagian tokoh Syiah kontemporer mendukung:
-
Kesetaraan gender versi Barat
-
Penolakan hijab sebagai kewajiban syar’i
-
Penafsiran ulang hukum waris, pernikahan, dan kepemimpinan
Padahal Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هٰذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barang siapa mengada-adakan dalam urusan agama kami ini yang bukan darinya, maka tertolak.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
c. Penggunaan Narasi Hak Asasi Manusia (HAM) untuk Menyerang Syariat
Syiah liberal sering menggunakan isu:
-
HAM
-
Kebebasan berekspresi
-
Kebebasan seksual
-
Kebebasan beragama tanpa batas
Untuk menyerang:
-
Hukum hudud
-
Konsep jihad
-
Amar ma’ruf nahi munkar
-
Ketegasan syariat Islam
Ini menunjukkan adopsi langsung agenda liberal Barat.
4. Media Liberal sebagai Alat Pengukuh Kedekatan Syiah-Liberalisme
Media liberal internasional sering:
-
Melindungi Syiah dari kritik teologis
-
Menyerang ulama Ahlus Sunnah dengan label “radikal”
-
Mempromosikan tokoh Syiah sebagai “Islam moderat”
Sebaliknya, dakwah tauhid dan sunnah justru disudutkan, dibungkam, bahkan dikriminalisasi.
5. Dampak Kedekatan Syiah dengan Liberalisme terhadap Umat Islam
Kedekatan ini melahirkan dampak serius, antara lain:
-
Rusaknya pemahaman tauhid
-
Kaburnya batas kebenaran dan kebatilan
-
Melemahnya kepercayaan terhadap ulama
-
Munculnya generasi Muslim yang ragu terhadap syariat
-
Tumbuhnya sikap meremehkan Sunnah Nabi ﷺ
Allah Ta’ala berfirman:
فَإِن لَّمۡ يَسۡتَجِيبُواْ لَكَ فَٱعۡلَمۡ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهۡوَآءَهُمۡۚ وَمَنۡ أَضَلُّ مِمَّنِ ٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ بِغَيۡرِ هُدٗى مِّنَ ٱللَّهِ
“Jika mereka tidak memenuhi seruanmu, ketahuilah bahwa mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka. Dan siapakah yang lebih sesat dari orang yang mengikuti hawa nafsunya tanpa petunjuk dari Allah?”
(QS. Al-Qashash: 50)
6. Sikap Ahlus Sunnah wal Jama’ah terhadap Liberalisme dan Syiah
Ahlus Sunnah wal Jama’ah menegaskan bahwa:
-
Kebenaran mutlak hanya milik Allah dan Rasul-Nya
-
Tafsir agama harus berbasis Al-Qur’an, Sunnah, dan pemahaman salaf
-
Liberalisme adalah ideologi kufur yang merusak aqidah
-
Syiah adalah aliran menyimpang dalam banyak pokok akidah
Rasulullah ﷺ bersabda:
سَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَىٰ ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلَّا وَاحِدَةً، قَالُوا مَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي
“Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali satu.” Para sahabat bertanya, “Siapa itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu yang mengikuti aku dan para sahabatku.”
(HR. Tirmidzi)
Hadits ini menegaskan bahwa standar keselamatan bukanlah liberalisme, bukan pula imamah Syiah, tetapi mengikuti Nabi ﷺ dan para sahabat.
7. Waspada terhadap Penyebaran Syiah-Liberalisme di Indonesia
Di Indonesia, penyebaran Syiah yang berbalut liberalisme biasanya dilakukan melalui:
-
Seminar toleransi dan pluralisme
-
Buku-buku pemikiran Islam moderat
-
Media sosial dan konten digital
-
Diskusi kampus dan komunitas intelektual
Semua ini sering dikemas dengan bahasa halus: “inklusif”, “progresif”, “humanis”, padahal di baliknya terdapat agenda perusakan aqidah secara sistematis.
Kesimpulan
Kedekatan Syiah dengan gerakan liberalisme bukanlah kebetulan, tetapi lahir dari kesamaan prinsip: sama-sama menolak otoritas salaf, mengutamakan tafsir subjektif, serta tunduk pada kepentingan ideologi selain wahyu. Perpaduan ini sangat berbahaya karena mampu merusak aqidah umat dari dalam dengan kemasan intelektual, toleransi palsu, dan kebebasan tanpa batas.
Umat Islam wajib kembali kepada:
-
Al-Qur’an dan Sunnah
-
Pemahaman para sahabat
-
Manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah
Dengan ilmu yang benar, kewaspadaan, dan dakwah yang lurus, umat dapat terhindar dari jebakan Syiah-liberalisme yang menyesatkan.
(albert/syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: