Syiahindonesia.com - Dalam Islam Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah ﷺ adalah dua sumber hukum utama yang tidak boleh dipisahkan. Seluruh akidah, ibadah, muamalah, hingga akhlak harus dikembalikan kepada dua sumber ini. Namun dalam ajaran Syiah, kewajiban berpegang pada Al-Qur’an dan Sunnah tidak ditempatkan sebagai sumber tertinggi secara murni, melainkan dicampur dengan otoritas para imam yang mereka anggap ma‘shum. Inilah titik penyimpangan paling berbahaya dalam manhaj Syiah.
Artikel ini akan mengupas secara lengkap mengapa Syiah tidak menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai rujukan utama sebagaimana Islam yang diajarkan Rasulullah ﷺ.
1. Prinsip Dasar Islam: Hanya Al-Qur’an dan Sunnah
Allah Ta‘ala menegaskan:
﴿ فَإِن تَنَٰزَعۡتُمۡ فِی شَیۡءࣲ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ ﴾
“Jika kalian berselisih dalam suatu perkara, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul.”
(QS. An-Nisa: 59)
Allah tidak memerintahkan untuk kembali kepada imam, wali, atau tokoh tertentu, melainkan hanya kepada Al-Qur’an dan Sunnah.
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
"تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا: كِتَابَ اللهِ وَسُنَّتِي"
“Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara, kalian tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya: Kitabullah dan Sunnahku.”
(HR. Malik, Al-Hakim)
Hadits ini tidak menyebut imam atau keturunan tertentu sebagai sumber agama.
2. Syiah Menjadikan Imam di Atas Al-Qur’an dan Sunnah
Dalam akidah Syiah, perkataan imam dianggap tidak mungkin salah, bahkan memiliki otoritas mutlak dalam agama. Akibatnya:
-
Tafsir Al-Qur’an harus sesuai dengan tafsir imam.
-
Hadits Nabi ﷺ hanya diterima jika melalui jalur Ahlul Bait versi mereka.
-
Sunnah sahabat mayoritas ditolak mentah-mentah.
-
Imam bisa “mentakwil” Al-Qur’an seenaknya.
Dengan ini, Al-Qur’an dan Sunnah tidak lagi berdiri sebagai standar kebenaran, tetapi ditundukkan di bawah doktrin imamah.
3. Syiah Menolak Mayoritas Sunnah Nabi ﷺ
Ahlus Sunnah menerima hadits dari semua sahabat yang adil. Namun Syiah:
-
Menolak hadits Abu Bakar
-
Menolak hadits Umar
-
Menolak hadits Utsman
-
Menolak hadits mayoritas sahabat
Padahal Allah memuji para sahabat:
﴿ وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلۡأَوَّلُونَ مِنَ ٱلۡمُهَٰجِرِینَ وَٱلۡأَنصَارِ وَٱلَّذِینَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحۡسَٰنࣲ رَّضِیَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ ﴾
“Orang-orang yang terdahulu masuk Islam dari golongan Muhajirin dan Anshar, serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka.”
(QS. At-Taubah: 100)
Syiah justru mengafirkan atau memurtadkan mayoritas sahabat, sehingga otomatis mereka juga merobohkan fondasi Sunnah.
4. Al-Qur’an Ditafsirkan Hanya Berdasarkan Imam
Syiah mengklaim bahwa makna hakiki Al-Qur’an hanya diketahui imam mereka. Ini menyebabkan:
-
Ayat-ayat tauhid ditakwil untuk menguatkan imamah
-
Ayat tentang kepemimpinan dipelintir untuk Ali
-
Banyak ayat dimaknai bertentangan dengan tafsir para sahabat dan ulama salaf
Padahal Allah berfirman:
﴿ كِتَٰبٌ أَنزَلۡنَٰهُ إِلَیۡكَ مُبَٰرَكࣱ لِّیَدَّبَّرُوٓا۟ ءَایَٰتِهِ ﴾
“Ini adalah kitab yang Kami turunkan kepadamu agar mereka mentadabburi ayat-ayatnya.”
(QS. Shad: 29)
Al-Qur’an diturunkan untuk seluruh umat, bukan hanya untuk imam tertentu.
5. Doktrin Taqiyah Merusak Kejujuran dalam Beragama
Syiah menghalalkan taqiyah (berbohong demi menjaga mazhab). Akibatnya:
-
Tidak ada kepastian kejujuran dalam aqidah
-
Imam bisa menyampaikan hukum berbeda sesuai kondisi
-
Kebenaran Al-Qur’an dan Sunnah bisa disembunyikan
Ini bertentangan dengan prinsip Islam:
﴿ وَلَا تَلۡبِسُوا۟ ٱلۡحَقَّ بِٱلۡبَٰطِلِ وَتَكۡتُمُوا۟ ٱلۡحَقَّ وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ ﴾
“Jangan kalian campuradukkan kebenaran dengan kebatilan dan jangan menyembunyikan kebenaran.”
(QS. Al-Baqarah: 42)
6. Fatwa Imam Lebih Didahulukan dari Hadits Nabi
Dalam praktik Syiah:
-
Jika hadits bertentangan dengan perkataan imam, maka hadits ditolak
-
Jika Sunnah bertentangan dengan ajaran Syiah, maka Sunnah dianggap tidak sah
-
Bahkan ada riwayat Syiah yang menyebut bahwa imam memiliki syariat tersendiri
Ini jelas bentuk pendangkalan terhadap Sunnah Nabi ﷺ.
Padahal Rasulullah ﷺ bersabda:
"مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ"
“Barang siapa mengada-adakan perkara baru dalam urusan agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka tertolak.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
7. Dampak Penyimpangan Ini terhadap Umat
Akibat tidak berpegang murni kepada Al-Qur’an dan Sunnah, lahirlah dalam Syiah:
-
Nikah mut’ah
-
Kultus imam
-
Ritual Karbala
-
Doa-doa kepada selain Allah
-
Keyakinan imam mengetahui gaib
-
Kutukan terhadap sahabat Nabi
Semua ini tidak dikenal dalam Islam yang murni.
8. Kesimpulan
Syiah tidak menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber hukum tertinggi karena:
-
Mereka menempatkan imam sebagai otoritas mutlak.
-
Mereka menolak mayoritas hadits sahabat.
-
Mereka menakwil Al-Qur’an demi kepentingan imamah.
-
Mereka menghalalkan taqiyah dalam aqidah.
-
Mereka lebih mendahulukan fatwa imam daripada sabda Rasulullah ﷺ.
Ini merupakan penyimpangan besar dari Islam yang murni. Umat Islam wajib kembali kepada manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah, yaitu berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Sunnah berdasarkan pemahaman salafus shalih.
Inilah satu-satunya jalan keselamatan dari kesesatan, bid’ah, dan penyimpangan akidah.
(albert/syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: