Breaking News
Loading...

Mengapa Sunni Harus Waspada terhadap Penyebaran Syiah?

Syiahindonesia.com - Kewaspadaan terhadap penyebaran ajaran Syiah bukan sekadar persoalan perbedaan mazhab biasa, tetapi menyangkut penjagaan akidah, keutuhan umat, dan keselamatan generasi Muslim di Indonesia. Sejarah panjang umat Islam menunjukkan bahwa penyimpangan akidah yang dibiarkan berkembang tanpa kontrol akan berujung pada perpecahan, konflik, bahkan kehancuran moral dan sosial. Oleh karena itu, umat Islam Sunni wajib memahami secara ilmiah dan sadar mengapa penyebaran Syiah harus diwaspadai dengan sungguh-sungguh.


1. Perbedaan Syiah dan Sunni Bukan Sekadar Fikih, tetapi Akidah

Perbedaan antara Sunni dan Syiah bukan hanya dalam masalah cabang ibadah seperti qunut, tahlil, atau qudhu, tetapi menyentuh pokok-pokok akidah, di antaranya:

  • Konsep Imamah sebagai rukun agama.

  • Keyakinan tentang imam maksum.

  • Pandangan terhadap para sahabat Nabi ﷺ.

  • Konsep Mahdi ghaib.

  • Ajaran taqiyyah (menyembunyikan keyakinan).

Dalam Islam Ahlus Sunnah wal Jama’ah, pokok agama ditegakkan di atas Al-Qur’an dan Sunnah menurut pemahaman para sahabat. Rasulullah ﷺ bersabda:

عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ مِنْ بَعْدِي
“Wajib atas kalian untuk berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah para khalifah yang mendapat petunjuk setelahku.”
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Syiah justru menempatkan imam-imam mereka di atas para sahabat, bahkan di atas dalil hadits.


2. Penyimpangan Syiah terhadap Al-Qur’an dan Sunnah

Secara resmi Syiah menyatakan menggunakan Al-Qur’an yang sama, tetapi dalam banyak kitab klasik mereka terdapat riwayat tentang tahrif (perubahan) Al-Qur’an, sebagaimana tercantum dalam Al-Kafi, Tafsir Al-Qummi, dan Bihar al-Anwar.

Padahal Allah menegaskan:

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan Kami pula yang menjaganya.”
(QS. Al-Hijr: 9)

Dalam masalah hadits, Syiah juga menolak mayoritas hadits shahih karena diriwayatkan para sahabat yang tidak mereka ridai, seperti Abu Bakar, Umar, dan Utsman radhiyallahu ‘anhum.


3. Sikap Syiah terhadap Para Sahabat Mengancam Persatuan Umat

Salah satu bahaya terbesar ajaran Syiah adalah sikap ekstrem terhadap para sahabat Nabi ﷺ, di mana banyak literatur mereka mencela, melaknat, bahkan mengkafirkan sahabat besar.

Padahal Rasulullah ﷺ bersabda:

لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي، فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ
“Janganlah kalian mencela para sahabatku. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya salah seorang dari kalian berinfak emas sebesar Gunung Uhud, tidak akan menyamai satu mud infak mereka.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Jika generasi pembawa Al-Qur’an dan Sunnah dirusak kehormatannya, maka runtuh pula fondasi agama itu sendiri.


4. Konsep Imamah dan Bahaya Kultus Individu

Syiah menjadikan Imamah sebagai rukun agama, bahkan lebih tinggi dari kenabian dalam beberapa literatur mereka. Imam dianggap:

  • Maksum dari dosa.

  • Sumber hukum.

  • Memiliki ilmu ghaib.

  • Wajib ditaati secara mutlak.

Ini bertentangan dengan tauhid yang murni. Allah berfirman:

إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ
“Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah.”
(QS. Yusuf: 40)

Dalam Islam Sunni, tidak ada manusia setelah Nabi ﷺ yang memiliki otoritas mutlak dalam agama. Semua dikembalikan kepada Al-Qur’an dan Sunnah.


5. Taqiyyah: Ancaman Penyusupan yang Sulit Dideteksi

Syiah membolehkan taqiyyah, yaitu menyembunyikan keyakinan demi keselamatan atau kepentingan dakwah. Akibatnya:

  • Identitas ideologi sulit dikenali.

  • Penyusupan berlangsung senyap.

  • Dakwah dilakukan dengan wajah moderat di awal.

  • Ajaran inti disampaikan setelah pengikut fanatik terbentuk.

Ini berbeda dengan dakwah Islam yang terbuka dan jujur. Allah berfirman:

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُونُوا۟ مَعَ ٱلصَّـٰدِقِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan jadilah bersama orang-orang yang jujur.”
(QS. At-Taubah: 119)


6. Sejarah Membuktikan: Penyebaran Syiah Selalu Diiringi Konflik

Di banyak negara Muslim, masuknya Syiah ke ranah politik dan sosial selalu diikuti konflik:

  • Irak pasca 2003.

  • Suriah sejak 2011.

  • Yaman dengan Houthi.

  • Lebanon dengan Hizbullah.

Korban mayoritas adalah kaum Muslim Sunni. Konflik sektarian ini merusak persatuan umat dan melemahkan kekuatan dunia Islam secara global.


7. Indonesia sebagai Target Strategis Penyebaran Syiah

Indonesia adalah negara dengan penduduk Muslim Sunni terbesar di dunia. Ini menjadi target strategis penyebaran Syiah melalui:

  • Jalur kampus dan beasiswa ke Iran.

  • Yayasan sosial dan kemanusiaan.

  • Media digital dan penerbitan buku.

  • Kajian “Ahlul Bait” yang disusupi ideologi imamah.

Jika tidak diwaspadai, penyebaran ini dapat memicu:

  • Polarisasi akidah di tengah umat.

  • Konflik horizontal.

  • Perpecahan masjid dan komunitas.

  • Keretakan ukhuwah Islamiyah.


8. Menjaga Akidah Adalah Perintah Syariat

Kewaspadaan bukan berarti kezaliman, tetapi bentuk penjagaan terhadap kemurnian agama. Allah memerintahkan:

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka.”
(QS. At-Tahrim: 6)

Menjaga keluarga dan generasi dari akidah yang menyimpang adalah bagian dari amanah keimanan.


9. Sikap yang Benar dalam Mewaspadai Syiah

Sikap yang harus ditempuh umat Sunni adalah:

  • Menguatkan pendidikan akidah Ahlus Sunnah sejak dini.

  • Menghidupkan kajian Al-Qur’an dan Sunnah berdasarkan manhaj sahabat.

  • Waspada terhadap infiltrasi ideologi melalui jalur pendidikan dan sosial.

  • Tidak mudah terpengaruh propaganda persatuan palsu yang menutup penyimpangan akidah.

  • Mengedepankan ilmu, bukan emosi.


Kesimpulan

Sunni wajib waspada terhadap penyebaran Syiah karena:

  1. Perbedaannya menyentuh pokok akidah, bukan sekadar cabang fikih.

  2. Syiah memiliki ajaran tentang imamah, imam maksum, Mahdi ghaib, dan taqiyyah yang bertentangan dengan manhaj Ahlus Sunnah.

  3. Sejarah membuktikan bahwa penyebaran Syiah sering berujung konflik dan perpecahan.

  4. Indonesia sebagai mayoritas Sunni memiliki potensi besar menjadi target penyusupan ideologi.

  5. Menjaga akidah adalah kewajiban syar’i setiap Muslim.

Kewaspadaan ini bukan untuk menzalimi siapa pun, tetapi untuk menjaga kemurnian Islam yang dibawa Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya, agar generasi Muslim tidak terjerumus ke dalam penyimpangan yang merusak tauhid dan persatuan umat.

(albert/syiahindonesia.com)



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: