Syiahindonesia.com - Konsep Al-Mahdi dalam Islam adalah bagian dari akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang didasarkan pada dalil-dalil shahih dari Al-Qur’an dan hadits Nabi ﷺ. Namun, Syiah Imamiyah (Itsna ‘Asyariah) memiliki konsep Mahdi yang sangat berbeda, sarat dengan unsur mistis, kontradiksi sejarah, dan penyimpangan akidah. Perbedaan ini bukan sekadar khilaf furu’ (cabang), tetapi menyentuh pokok keyakinan yang berdampak besar terhadap cara pandang umat terhadap agama, kepemimpinan, dan masa depan Islam.
1. Konsep Mahdi dalam Ahlus Sunnah wal Jama’ah
Dalam akidah Sunni, Al-Mahdi adalah seorang manusia biasa dari keturunan Rasulullah ﷺ melalui Fatimah radhiyallahu ‘anha, yang akan muncul di akhir zaman sebagai pemimpin adil. Ia belum lahir atau belum dikenal secara pasti, dan kemunculannya adalah bagian dari tanda-tanda besar kiamat.
Nabi ﷺ bersabda:
الْمَهْدِيُّ مِنِّي، أَجْلَى الْجَبْهَةِ، أَقْنَى الْأَنْفِ، يَمْلَأُ الْأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلًا كَمَا مُلِئَتْ ظُلْمًا وَجَوْرًا
“Al-Mahdi itu dariku, dahinya lebar, hidungnya mancung, ia akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kezaliman.”
(HR. Abu Dawud)
Dalam Sunni:
-
Mahdi bukan nabi.
-
Mahdi bukan maksum (terpelihara dari dosa).
-
Mahdi tidak ghaib.
-
Mahdi tidak memiliki kekuasaan gaib.
-
Ia hanya seorang pemimpin shalih yang ditolong Allah di akhir zaman.
2. Konsep Mahdi dalam Syiah: Imam Ghaib yang Mistis
Berbeda total dengan Sunni, Syiah meyakini bahwa Mahdi adalah Imam ke-12 yang bernama Muhammad bin Hasan al-Askari, yang:
-
Diklaim lahir tahun 255 H.
-
Diklaim masuk ke dalam liang ghaib saat masih kecil.
-
Diyakini hidup lebih dari 1.100 tahun.
-
Disebut sebagai imam maksum.
-
Dipercaya mengendalikan alam secara spiritual.
-
Akan muncul di akhir zaman sebagai penguasa mutlak dunia.
Inilah yang disebut dalam Syiah sebagai:
-
Al-Imam al-Muntazhar (imam yang ditunggu),
-
Shahib az-Zaman (penguasa zaman),
-
Al-Hujjah (hujjah Allah di bumi).
Keyakinan ini tidak pernah dikenal di masa Nabi ﷺ, para sahabat, maupun tabi’in.
3. Masalah Besar dalam Klaim Kelahiran Mahdi Syiah
Syiah mengklaim bahwa Hasan al-Askari (imam ke-11) memiliki seorang anak bernama Muhammad yang ghaib. Namun fakta sejarah menunjukkan sebaliknya:
-
Hasan al-Askari wafat tanpa meninggalkan anak yang diketahui publik.
-
Seluruh harta warisannya dibagi kepada ibunya dan saudaranya.
-
Tidak ada satu pun saksi terpercaya dari kalangan umat Islam yang melihat anak tersebut.
-
Pengakuan tentang “anak ghaib” baru muncul setelah terjadi krisis kepemimpinan di internal Syiah.
Artinya, keberadaan Mahdi versi Syiah tidak pernah terbukti secara historis.
4. Konsep Ghaib Selama Ribuan Tahun: Bertentangan dengan Sunnatullah
Syiah meyakini bahwa imam mereka hidup dalam keadaan ghaib selama lebih dari seribu tahun. Padahal Allah menegaskan bahwa manusia memiliki batas umur:
وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِن قَبْلِكَ ٱلْخُلْدَ ۖ أَفَإِيْن مِّتَّ فَهُمُ ٱلْخَٰلِدُونَ
“Kami tidak menjadikan seorang manusia pun sebelum engkau (Muhammad) kekal. Maka jika engkau wafat, apakah mereka akan kekal?”
(QS. Al-Anbiya: 34)
Konsep manusia hidup lebih dari 1.000 tahun tanpa dalil yang shahih adalah klaim ghaib tanpa dasar yang kuat dalam syariat.
5. Implikasi Akidah: Mahdi Dijadikan Figur Setengah Ilahi
Dalam banyak literatur Syiah, Mahdi memiliki sifat-sifat yang mendekati ketuhanan:
-
Mengatur rezeki secara spiritual.
-
Menjadi perantara mutlak antara Allah dan makhluk.
-
Doa harus melalui imam.
-
Keselamatan tergantung loyalitas kepada imam.
Ini menyimpang dari tauhid yang murni. Allah berfirman:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat.”
(QS. Al-Baqarah: 186)
Islam tidak mengenal perantara ghaib antara hamba dan Allah dalam bentuk imam yang tersembunyi.
6. Konsep Mahdi Syiah sebagai Alat Kontrol Politik
Kepercayaan terhadap imam ghaib akhirnya dimanfaatkan untuk kepentingan politik. Muncullah doktrin Wilayat al-Faqih, yaitu kekuasaan ulama Syiah sebagai “wakil Mahdi” selama Mahdi belum muncul.
Akibatnya:
-
Ulama Syiah memperoleh kekuasaan absolut.
-
Negara dikendalikan atas nama imam ghaib.
-
Kritik terhadap penguasa dianggap melawan Mahdi.
-
Rakyat tunduk secara politik dan ideologis.
Ini bukan lagi konsep agama murni, tetapi instrumen politik yang dibungkus teologi.
7. Kontradiksi Internal dalam Riwayat Mahdi Syiah
Riwayat-riwayat Syiah sendiri saling bertentangan tentang:
-
Tahun kelahiran Mahdi.
-
Nama ibu Mahdi.
-
Lokasi ghaib pertama.
-
Cara Mahdi bersembunyi.
-
Waktu kemunculannya.
Sebagian riwayat menyebut ia lahir, sebagian menyebut belum lahir. Sebagian menyebut ghaib di rumah, sebagian di gua. Ini menunjukkan ketidakstabilan sumber ajaran mereka tentang Mahdi.
8. Perbandingan Singkat: Mahdi Sunni vs Mahdi Syiah
| Aspek | Sunni | Syiah |
|---|---|---|
| Status | Manusia biasa | Imam maksum |
| Kelahiran | Belum ditentukan | Sudah lahir dan ghaib |
| Sifat | Tidak maksum | Maklum dari dosa |
| Kekuasaan | Pemimpin adil | Penguasa absolut |
| Hubungan dengan umat | Pemimpin umat | Hujjah mutlak |
| Peran politik | Terbatas | Sentral ideologi negara |
Perbedaan ini menunjukkan bahwa kedua konsep tersebut tidak mungkin disatukan dalam satu akidah.
9. Bahaya Konsep Mahdi Syiah bagi Umat Islam
Keyakinan terhadap Mahdi versi Syiah membawa dampak serius:
-
Menumbuhkan kultus individu.
-
Menunda tanggung jawab umat dengan dalih “menunggu Mahdi”.
-
Membenarkan kekuasaan zalim atas nama wakil Mahdi.
-
Mematikan semangat amar ma’ruf nahi munkar jika bertentangan dengan kepentingan penguasa Syiah.
-
Melahirkan fanatisme yang berujung konflik berdarah.
Kesimpulan
Konsep Mahdi dalam Syiah adalah konsep yang:
-
Tidak memiliki dasar kuat dalam Al-Qur’an dan hadits shahih.
-
Bertentangan dengan pemahaman generasi sahabat.
-
Dipenuhi kontradiksi sejarah.
-
Mengandung unsur kultus individu.
-
Dimanfaatkan sebagai alat legitimasi politik.
Adapun Mahdi dalam Ahlus Sunnah adalah pemimpin adil di akhir zaman yang kemunculannya tidak dibalut unsur ghaib berlebihan, tidak dianggap maksum, dan tidak menjadi pusat kultus. Oleh karena itu, umat Islam wajib membedakan antara akidah Mahdi yang shahih dengan konsep Mahdi Syiah yang penuh penyimpangan, agar tidak terjerumus dalam keyakinan yang merusak kemurnian tauhid dan akidah Islam.
(albert/syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: