Breaking News
Loading...

Benarkah Syiah Menjadikan Imam Mereka Seperti Nabi?


Pendahuluan

Dalam ajaran Ahlus Sunnah, kenabian telah berakhir pada Nabi Muhammad ﷺ, dan tidak ada manusia setelah beliau yang memiliki sifat maksum, wahyu, atau kedudukan istimewa selain ulama dan pemimpin biasa. Namun, dalam ajaran Syiah, terutama Syiah Itsna ‘Asyariyah (Imamiyah), konsep imam memiliki kedudukan yang sangat tinggi—bahkan lebih tinggi daripada nabi dalam beberapa aspek. Artikel ini mengupas penyimpangan tersebut berdasarkan doktrin resmi Syiah dan perbandingannya dengan ajaran Islam yang sahih.


1. Syiah Mengklaim Imam Mereka Maksum Seperti Nabi

Dalam Ahlus Sunnah, kemaksuman (terhindar dari dosa) hanya milik para nabi, khususnya Rasulullah ﷺ. Adapun manusia lain tidak maksum.

Namun Syiah Imamiyah meyakini:

  • Imam tidak mungkin salah.

  • Imam tidak mungkin lupa.

  • Imam tidak mungkin berbuat dosa.

  • Perkataan imam menjadi hujjah agama.

Ini sama dengan sifat kenabian.

Padahal Allah berfirman:

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ
“Muhammad hanyalah seorang Rasul.”
(QS. Ali Imran: 144)

Jika nabi saja disebut “sekadar rasul”, bagaimana mungkin imam setelah beliau diposisikan lebih tinggi?


2. Syiah Menganggap Imam Mendapat Ilham/Wahyu Khusus

Dalam kitab Syiah seperti Al-Kafi, disebutkan bahwa imam:

  • Mendapat “ilmu ladunni”.

  • Menerima “pembicaraan malaikat”.

  • Menerima “wahyu batin” setelah Nabi wafat.

Ini hak kenabian, bukan hak manusia biasa.

Islam menegaskan wahyu sudah tertutup:

Nabi ﷺ bersabda:

لا نبي بعدي
“Tidak ada nabi setelahku.”
(HR. Bukhari dan lainnya)

Menetapkan seseorang menerima ilham setingkat wahyu berarti membuka kembali pintu kenabian.


3. Syiah Menganggap Imam Lebih Tinggi daripada Para Nabi

Dalam banyak referensi Syiah, disebutkan:

  • Imam lebih mulia daripada para nabi terdahulu.

  • Imam memiliki “cahaya khusus” sebelum penciptaan.

  • Bumi tidak akan bertahan tanpa imam.

Ajaran ini menyalahi aqidah Islam.

Allah menegaskan kemuliaan para nabi:

وَتِلْكَ حُجَّتُنَا آتَيْنَاهَا إِبْرَاهِيمَ
“Dan itulah hujjah yang Kami berikan kepada Ibrahim.”
(QS. Al-An’am: 83)

Para nabi yang jelas-jelas dipuji Allah tidak mungkin digantikan derajatnya oleh manusia setelah Nabi Muhammad ﷺ.


4. Imam Dijadikan Sumber Syariat Baru

Dalam fiqih Syiah, banyak hukum agama ditetapkan melalui:

  • Perkataan imam

  • Penafsiran batin imam

  • Riwayat khusus dari imam

Seolah-olah imam memiliki otoritas syariat setara rasul.

Padahal Allah berfirman:

اتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ
“Ikutilah apa yang diturunkan kepada kalian dari Rabb kalian.”
(QS. Al-A’raf: 3)

Syariat hanya bersumber dari wahyu—bukan tokoh manusia setelah Nabi ﷺ.


5. Imam Dimintai Perlindungan dan Pertolongan

Dalam masyarakat Syiah, sering didengar:

  • “Ya Ali madad.”

  • “Ya Husain!”

  • “Wahai Mahdi, selamatkan kami!”

Permohonan ini adalah doa, dan doa adalah ibadah. Meminta kepada imam sama kedudukannya seperti menjadikan imam sebagai perantara yang diberi kekuatan gaib—hampir setara nabi atau bahkan lebih.

Padahal Allah menegaskan:

فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا
“Janganlah kalian berdoa kepada siapapun bersama Allah.”
(QS. Al-Jinn: 18)


6. Imam Tidak Boleh Dibantah

Dalam doktrin Syiah, imam memiliki ketaatan mutlak—lebih mutlak daripada pemimpin dalam Islam.

Ahlus Sunnah mengajarkan:

  • Taat kepada pemimpin selama bukan maksiat.

  • Tidak ada manusia yang memiliki ketaatan absolut.

Nabi ﷺ bersabda:

إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوفِ
“Ketaatan itu hanya dalam kebaikan.”
(HR. Bukhari & Muslim)

Syiah menjadikan ketaatan mutlak kepada imam—sesuatu yang hanya pantas untuk nabi.


7. Imam Disebut Mengetahui Hal Gaib

Dalam banyak riwayat Syiah, imam disebut:

  • Mengetahui masa depan

  • Mengetahui isi hati manusia

  • Mengetahui ajal seseorang

  • Mengetahui segala perintah Allah

Ini adalah sifat-sifat yang hanya Allah miliki.

Allah berfirman:

قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ
“Katakan: Tidak ada yang mengetahui hal gaib di langit dan bumi selain Allah.”
(QS. An-Naml: 65)

Menetapkan sifat gaib kepada imam adalah bentuk kesyirikan.


Kesimpulan

Syiah secara teologis memang mengangkat imam ke posisi yang sangat mirip dengan nabi, bahkan lebih tinggi dalam beberapa ajaran mereka. Penyimpangan tersebut berupa:

  • Imam dianggap maksum

  • Imam dianggap menerima wahyu batin

  • Imam dianggap lebih mulia dari para nabi

  • Imam menjadi sumber syariat

  • Imam dimintai pertolongan

  • Imam diberi sifat-sifat gaib

  • Imam memiliki ketaatan mutlak

Semua ini tidak ada dasarnya dalam Qur’an dan Sunnah, dan bertentangan dengan akidah Islam yang murni.



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: