Breaking News
Loading...

Mengapa Syiah Menolak Hadis dari Para Sahabat?


Syiahindonesia.com
– Salah satu perbedaan paling mendasar antara Ahlus Sunnah wal Jamaah dan Syiah adalah sikap terhadap para sahabat Nabi Muhammad ﷺ. Jika kaum Sunni menganggap para sahabat sebagai generasi terbaik yang menyampaikan agama dengan amanah, maka Syiah justru menolak sebagian besar dari mereka dan hanya menerima hadis yang diriwayatkan oleh kelompok kecil yang mereka sebut “setia kepada Ali bin Abi Thalib.”

Pandangan ini bukan hanya menyimpang dari ajaran Islam yang murni, tapi juga menjadi akar dari kerusakan akidah dan pemalsuan hadis dalam ajaran Syiah.


1. Pandangan Islam terhadap Para Sahabat

Dalam Islam, para sahabat adalah orang-orang pilihan yang telah berjihad bersama Nabi ﷺ, memeluk Islam di masa sulit, dan menjadi perantara penyebaran wahyu Allah. Allah sendiri memuji mereka dalam Al-Qur’an:

لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ
“Sungguh Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon itu.”
(QS. Al-Fath: 18)

Dan Rasulullah ﷺ bersabda:

"خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ"
“Sebaik-baik manusia adalah generasiku (para sahabat), kemudian generasi setelah mereka, lalu generasi setelahnya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis dan ayat ini menunjukkan kemuliaan sahabat secara kolektif, tanpa kecuali. Maka menolak hadis mereka berarti menolak sumber utama ajaran Islam.


2. Keyakinan Syiah terhadap Para Sahabat

Dalam kitab-kitab utama Syiah seperti Al-Kafi karya Al-Kulaini, disebutkan bahwa setelah wafatnya Nabi ﷺ, mayoritas sahabat dianggap murtad karena tidak setia kepada Ali bin Abi Thalib. Syiah hanya mengakui segelintir sahabat — seperti Salman Al-Farisi, Abu Dzar Al-Ghifari, dan Miqdad bin Aswad — sebagai mukmin sejati.

Artinya, ribuan sahabat Nabi ﷺ yang meriwayatkan hadis dianggap tidak bisa dipercaya. Inilah sebabnya Syiah menolak hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Aisyah, Umar bin Khattab, Abu Bakar, Anas bin Malik, dan sahabat besar lainnya.


3. Akibat Penolakan Hadis dari Sahabat

Karena menolak mayoritas sahabat, Syiah:

  • Menganggap hanya hadis dari Ahlul Bait yang sah.

  • Menyusun kitab hadis sendiri seperti Al-Kafi, Man La Yahduruhu Al-Faqih, Tahdzibul Ahkam, dan Al-Istibshar — yang semuanya berisi riwayat dari jalur imam-imam Syiah.

  • Menolak Shahih Bukhari, Shahih Muslim, dan kitab-kitab hadis Sunni yang menjadi dasar hukum Islam.

Padahal, tanpa riwayat sahabat, tidak mungkin kita mengetahui cara shalat, puasa, zakat, dan ibadah lainnya, karena semuanya disampaikan melalui para sahabat yang menyaksikan langsung ajaran Nabi ﷺ.


4. Kontradiksi dalam Akidah Syiah

Ironisnya, Syiah tetap menggunakan Al-Qur’an yang diriwayatkan oleh para sahabat, padahal mereka menuduh sahabat murtad. Ini adalah kontradiksi fatal — sebab bagaimana mungkin mereka mempercayai mushaf Al-Qur’an tetapi menolak hadis dari orang yang sama menyampaikan wahyu itu?

Jika sahabat dianggap pengkhianat, maka otomatis Al-Qur’an pun tidak bisa dipercaya — dan ini berarti menghancurkan dasar agama Islam itu sendiri.


5. Sikap Ahlus Sunnah

Ahlus Sunnah wal Jamaah menempatkan para sahabat sesuai dengan firman Allah:

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ
“Orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama masuk Islam dari kalangan Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya.”
(QS. At-Taubah: 100)

Ulama besar seperti Imam Malik, Imam Asy-Syafi‘i, dan Imam Ahmad sepakat:

“Barangsiapa mencela seorang sahabat Nabi ﷺ, maka ia telah menyimpang dari jalan Islam.”


6. Kesimpulan

Penolakan Syiah terhadap hadis sahabat bukan sekadar masalah fiqih, tapi akar penyimpangan akidah. Dengan menolak peran sahabat, Syiah telah:

  • Menolak sebagian besar sumber ajaran Islam,

  • Mengganti sumber hadis dengan riwayat palsu,

  • Dan membuka pintu bagi penyimpangan baru dalam agama.

Umat Islam harus memahami bahwa keimanan kepada sahabat Nabi ﷺ adalah bagian dari iman kepada Islam itu sendiri. Tanpa mereka, tidak akan sampai kepada kita Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah ﷺ.


(albert/syiahindonesia.com)



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

Next
This is the most recent post.
Previous
Older Post

0 komentar: