Breaking News
Loading...

 Benarkah Syiah Memiliki Versi Al-Qur’an yang Berbeda?


Syiahindonesia.com
– Salah satu isu paling kontroversial yang sering muncul ketika membahas ajaran Syiah adalah keyakinan mereka terhadap Al-Qur’an. Apakah benar Syiah memiliki versi Al-Qur’an yang berbeda dengan umat Islam pada umumnya? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu menelusuri sumber-sumber utama mereka dan membandingkannya dengan akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah.


1. Klaim Syiah tentang Tahrif (Perubahan) Al-Qur’an

Mayoritas ulama Ahlus Sunnah meyakini bahwa Al-Qur’an yang kita baca saat ini adalah sama persis seperti yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ, tanpa ada tambahan atau pengurangan sedikit pun. Allah sendiri berjanji:

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”
(QS. Al-Hijr [15]: 9)

Namun, dalam literatur klasik Syiah seperti Al-Kafi karya Al-Kulaini — salah satu kitab paling penting dalam mazhab Syiah Imamiyah — terdapat puluhan riwayat yang menyatakan bahwa Al-Qur’an telah diubah setelah wafatnya Rasulullah ﷺ.

Mereka meyakini bahwa ayat-ayat tentang keutamaan Ali dan Ahlul Bait telah dihapus oleh para sahabat, terutama Abu Bakar, Umar, dan Utsman رضي الله عنهم. Ini adalah tuduhan berat terhadap generasi sahabat yang justru dijamin keimanannya oleh Allah dan Rasul-Nya.


2. Kitab “Mushaf Fatimah” – Al-Qur’an Versi Syiah?

Dalam ajaran Syiah, terdapat istilah “Mushaf Fatimah”, yaitu kitab yang mereka klaim diberikan kepada Fatimah az-Zahra رضي الله عنها, putri Rasulullah ﷺ, melalui malaikat Jibril setelah wafatnya Nabi.

Menurut Al-Kafi, Mushaf Fatimah ini tiga kali lebih tebal dari Al-Qur’an yang kita gunakan dan tidak mengandung satu pun ayat dari Al-Qur’an sekarang. Mereka menyebutnya bukan Al-Qur’an baru, tetapi wahyu khusus bagi keluarga Nabi yang tidak boleh dibaca oleh orang lain.

Namun, di kalangan ulama Syiah ekstrem, Mushaf Fatimah ini dianggap kitab suci rahasia, bahkan diyakini akan ditampakkan oleh Imam Mahdi saat kemunculannya kelak. Ini jelas memperlihatkan adanya keyakinan paralel terhadap kitab suci di luar Al-Qur’an yang telah disepakati seluruh umat Islam.


3. Sikap Ulama Syiah Modern: Menutup-nutupi Keyakinan Lama

Menariknya, ulama Syiah kontemporer sering menolak secara terbuka tuduhan bahwa mereka memiliki versi Al-Qur’an yang berbeda. Mereka beralasan bahwa keyakinan tentang tahrif hanyalah “pandangan sebagian ulama klasik.”

Namun, dalam kenyataannya, banyak teks klasik Syiah tidak pernah dibantah secara tegas oleh otoritas mazhab mereka. Bahkan, Tafsir Al-Qummi dan Tafsir Al-Ayyashi — dua tafsir penting Syiah — masih berisi tafsiran yang menganggap ada ayat-ayat Al-Qur’an yang hilang atau diganti.

Hal ini menunjukkan adanya kontradiksi internal dalam ajaran Syiah: di satu sisi mereka mengaku menghormati Al-Qur’an, tetapi di sisi lain mereka mempertahankan literatur yang jelas-jelas menuduh adanya perubahan dalam kitab suci.


4. Pandangan Ahlus Sunnah: Al-Qur’an Tetap Terjaga

Ahlus Sunnah wal Jamaah meyakini dengan yakin bahwa Al-Qur’an terpelihara dari segala bentuk perubahan, sebagaimana jaminan Allah ﷻ dalam Al-Qur’an.

Para sahabat telah menyalin, menghafal, dan menyebarkan mushaf Al-Qur’an di seluruh penjuru dunia Islam, dan tidak ada perbedaan dalam isi mushaf-mushaf tersebut. Semua qira’at (bacaan) yang sah bersumber dari Rasulullah ﷺ dan termasuk dalam bagian dari penjagaan Allah terhadap kitab-Nya.

Ulama besar seperti Imam Asy-Syafi’i, Imam Malik, Imam Ahmad, dan Imam Abu Hanifah sepakat bahwa barang siapa meyakini Al-Qur’an telah diubah, maka ia telah keluar dari Islam.


5. Bahaya Keyakinan Syiah terhadap Keutuhan Umat

Keyakinan Syiah tentang adanya perubahan Al-Qur’an berdampak sangat serius terhadap persatuan umat Islam. Dengan menuduh para sahabat telah mengubah kitab suci, mereka secara tidak langsung menolak seluruh sanad dan hadis yang bersumber dari sahabat, termasuk hadis-hadis tentang hukum, ibadah, dan akhlak.

Padahal, Rasulullah ﷺ bersabda:

خير الناس قرني ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم
“Sebaik-baik manusia adalah generasiku (para sahabat), kemudian generasi setelah mereka, kemudian generasi setelahnya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Maka, merendahkan sahabat sama dengan meruntuhkan fondasi transmisi wahyu itu sendiri.


Kesimpulan

Berdasarkan bukti-bukti dari sumber-sumber utama Syiah, benar bahwa sebagian besar ulama klasik Syiah meyakini adanya tahrif (perubahan) dalam Al-Qur’an. Meskipun sebagian ulama modern mencoba menutupi hal ini, akar doktrin tersebut tetap kuat tertanam dalam ajaran mereka.

Ahlus Sunnah harus berhati-hati terhadap pemikiran seperti ini, karena keraguan terhadap keaslian Al-Qur’an berarti keraguan terhadap Islam itu sendiri. Umat Islam wajib menjaga keyakinan bahwa Al-Qur’an yang kita baca hari ini adalah firman Allah yang terjaga selamanya, tanpa perubahan sedikit pun.

لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ تَنْزِيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ
“Tidak datang kepadanya kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya; diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.”
(QS. Fussilat [41]: 42)

(albert/syiahindonesia.com)



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: