Pendahuluan
Dalam ajaran Ahlus Sunnah wal Jamaah, karamah adalah keajaiban yang Allah berikan kepada hamba saleh sebagai bentuk pertolongan dan bukti kebenaran iman mereka — bukan sebagai tanda kenabian atau sebab untuk disembah. Namun, dalam ajaran Syiah, konsep karamah ini diselewengkan menjadi bentuk pengultusan terhadap para imam mereka, hingga mencapai level yang mendekati sifat ketuhanan.
Konsep Karamah dalam Ahlus Sunnah
Ahlus Sunnah memahami bahwa karamah adalah sesuatu yang:
- Hanya terjadi atas izin Allah.
- Tidak bisa diminta atau diandalkan.
- Tidak menjadikan seseorang maksum (terlindung dari dosa).
- Tidak menambah derajat kenabian atau kewalian yang berlebihan.
Sebagai contoh, karamah yang dimiliki oleh para wali seperti Umar bin Khattab yang pernah berkata “Ya Sariyyah, al-jabal!” (Wahai Sariyyah, ke gunung!) dan didengar oleh pasukannya dari jauh, adalah bukti kekuasaan Allah — bukan karena Umar memiliki kekuatan gaib.
Syiah dan Karamah Imam yang Melampaui Batas
Berbeda jauh dari pemahaman itu, Syiah menetapkan bahwa para imam mereka memiliki kemampuan luar biasa yang bersifat mutlak dan ilahi. Dalam kitab-kitab Syiah seperti al-Kafi dan Bihar al-Anwar, disebutkan bahwa para imam:
- Mengetahui ilmu ghaib, termasuk masa depan dan isi hati manusia.
- Dapat menghidupkan orang mati dan menyembuhkan penyakit tanpa izin Allah.
- Mengatur alam semesta dan menjadi “hujjah Allah” yang mengendalikan seluruh ciptaan.
- Tidak pernah salah (maksum), bahkan lebih suci daripada para nabi selain Nabi Muhammad ﷺ.
Ini jelas merupakan bentuk ghuluw (berlebihan) dan tasybih (penyerupaan dengan Allah), yang bertentangan dengan akidah tauhid.
Contoh Ajaran Syiah tentang Karamah Imam
Dalam Bihar al-Anwar karya Al-Majlisi, Syiah menyebutkan:
“Sesungguhnya bumi, langit, matahari, dan bulan diciptakan karena para imam. Jika bukan karena mereka, tidak akan ada kehidupan di dunia ini.”
(Bihar al-Anwar, jilid 23 hal. 83)
Bahkan dalam sebagian riwayat palsu mereka, disebutkan bahwa para imam memiliki kuasa untuk memberi rezeki dan menolak bala, sesuatu yang dalam Islam hanya milik Allah semata.
Penyimpangan Teologis
Paham ini menyalahi firman Allah Ta’ala:
قُل لَّآ أَمْلِكُ لِنَفْسِى نَفْعًۭا وَلَا ضَرًّۭا إِلَّا مَا شَآءَ ٱللَّهُ
“Katakanlah (Muhammad): Aku tidak berkuasa mendatangkan manfaat atau menolak mudarat bagi diriku, kecuali apa yang Allah kehendaki.”
(QS. Yunus: 49)
Jika Rasulullah ﷺ sendiri tidak memiliki kekuasaan atas manfaat dan mudarat, bagaimana mungkin para imam Syiah — yang hanyalah manusia biasa — diklaim memiliki kekuasaan atas semesta?
Dampak dari Karamah yang Diberhalakan
- Menumbuhkan syirik tersembunyi, karena mereka meminta pertolongan kepada imam, bukan kepada Allah.
- Menodai akidah tauhid, sebab mereka menjadikan imam sebagai perantara yang wajib disembah secara tidak langsung.
- Menumbuhkan fanatisme buta, hingga menolak kebenaran dari Al-Qur’an dan sunnah bila bertentangan dengan ucapan imam mereka.
Pandangan Ulama Sunni
Para ulama Ahlus Sunnah menegaskan bahwa keyakinan seperti itu termasuk bentuk kesyirikan besar. Imam Ibn Taymiyyah rahimahullah berkata:
“Barang siapa meyakini bahwa seseorang selain Allah dapat mengatur alam, maka ia telah kafir kepada Allah.”
(Majmu‘ al-Fatawa, 11/315)
Kesimpulan
Konsep karamah dalam Syiah telah keluar jauh dari batas ajaran Islam. Mereka telah mengangkat para imam ke derajat yang hanya pantas bagi Allah — menjadikan karamah sebagai pembenaran atas pengultusan dan penyembahan tersembunyi terhadap makhluk.
Islam yang benar mengajarkan bahwa segala kekuatan, pertolongan, dan mukjizat hanya terjadi dengan izin Allah, bukan karena kehebatan manusia. Maka, kaum Muslimin wajib berhati-hati terhadap doktrin Syiah yang menuhankan para imam dengan dalih karamah.
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: