Di era digital, media sosial menjadi medan baru bagi penyebaran ideologi dan paham keagamaan, termasuk ajaran Syiah. Mereka menggunakan strategi halus, terencana, dan modern untuk memengaruhi generasi muda Muslim agar bersimpati dan akhirnya mengikuti pemikiran mereka.
1. Menggunakan Akun dengan Identitas “Netral” atau “Islam Umum”
Banyak akun Syiah tidak menampilkan identitasnya secara langsung.
Mereka memakai nama seperti:
-
“Cinta Rasul dan Ahlul Bait”
-
“Kajian Islam Nusantara”
-
“Santri Pecinta Nabi”
-
“Kisah-Kisah Sahabat Nabi”
Padahal isi kontennya secara perlahan mulai:
-
Menyanjung Ali secara berlebihan
-
Menyudutkan para sahabat (Abu Bakar, Umar, Utsman)
-
Mengutip riwayat palsu yang mendukung konsep imamah dan karbala.
Strategi ini membuat orang awam tidak sadar bahwa mereka sedang menyerap doktrin Syiah.
2. Manipulasi Emosi dengan Kisah-Kisah Sedih Karbala
Salah satu senjata utama Syiah di media sosial adalah kisah emosional tentang Karbala dan kematian Husain.
Mereka membuat:
-
Video sedih berdurasi pendek,
-
Narasi penuh air mata,
-
Musik melankolis,
-
Gambar anak-anak dan wanita menangis.
Tujuannya adalah menanamkan simpati emosional, bukan pemahaman ilmiah. Setelah simpati tumbuh, mereka perlahan menyisipkan doktrin imamah dan kebencian terhadap sahabat Nabi.
3. Menyusup ke Forum Diskusi dan Grup Kajian
Syiah sering masuk ke forum-forum Islam dengan menyamar sebagai:
-
Penuntut ilmu,
-
Pecinta Ahlul Bait,
-
Pencari kebenaran.
Setelah diterima, mereka mulai menyebar keraguan terhadap riwayat sahih Sunni:
“Benarkah Abu Bakar lebih mulia dari Ali?”
“Mengapa Fatimah marah kepada Abu Bakar?”
“Kenapa para sahabat tidak ikut membela Husain?”
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini dirancang untuk mengguncang keimanan dan membuat umat Sunni meragukan keyakinannya.
4. Menggunakan YouTube, TikTok, dan Podcast
Di platform seperti YouTube dan TikTok, Syiah membuat:
-
Channel dakwah dengan tampilan profesional,
-
Kajian “ilmiah” yang disusun dengan potongan ayat dan hadis,
-
Podcast dengan narasumber bergelar ustaz atau habib.
Mereka memotong klip ceramah dan mengedit sedemikian rupa agar tampak logis, padahal konteksnya diselewengkan.
Contohnya:
-
Menafsirkan ayat “Ulil Amri” (QS. An-Nisa: 59) sebagai dalil wajibnya imamah.
-
Mengutip hadis “Aku tinggalkan dua hal: Al-Qur’an dan Ahlul Baitku” untuk menolak sunnah sahabat.
5. Memanfaatkan Isu Sosial dan Politik
Syiah juga menggunakan isu-isu sosial seperti:
-
Palestina,
-
Anti-imperialisme,
-
Anti-Israel,
-
Anti-Amerika,
untuk menampilkan diri seolah-olah pembela umat Islam. Padahal, secara ideologis dan historis, mereka justru bersekutu dengan musuh Islam dalam berbagai konflik (seperti di Suriah, Irak, dan Yaman).
6. Mengincar Kaum Muda dan Mahasiswa
Target utama Syiah di media sosial adalah kaum muda Muslim:
-
yang haus ilmu tapi belum punya dasar aqidah kuat,
-
yang suka konten visual dan narasi emosional,
-
yang mudah terpengaruh dengan tokoh “intelektual” atau “moderate”.
Mereka membuat konten bergaya kekinian, penuh “cinta” dan “toleransi”, agar pemuda Muslim merasa Syiah adalah mazhab Islam yang “lembut dan rasional”.
7. Strategi “Taqiyyah Digital”
Taqiyyah (menyembunyikan keyakinan) adalah prinsip yang mereka praktikkan bahkan di dunia maya.
Di media sosial, mereka sering berkata:
“Kami juga Muslim.”
“Kami juga mencintai sahabat.”
“Kami tidak menyimpang dari Islam.”
Namun, dalam forum tertutup, mereka kembali menyebar kebencian dan takfir terhadap Ahlus Sunnah.
8. Cara Menghadapinya
Untuk menghadapi infiltrasi Syiah di media sosial, umat Islam perlu:
-
Memperkuat aqidah dan pemahaman Ahlus Sunnah.
-
Berhati-hati terhadap akun yang mengandung narasi anti-sahabat atau terlalu mengagungkan Ahlul Bait.
-
Menelusuri sumber setiap video atau postingan.
-
Mendukung da’i dan konten kreator Sunni yang ilmiah dan berimbang.
Kesimpulan
Syiah menyebarkan ajaran sesatnya di media sosial dengan:
-
Menyamar sebagai Muslim netral,
-
Menggunakan emosi dan kisah sedih,
-
Menyusup ke forum kajian,
-
Memanipulasi dalil,
-
Menargetkan pemuda Muslim.
Maka, kewaspadaan dan ilmu yang benar menjadi benteng utama agar umat Islam tidak terjebak dalam propaganda digital mereka.
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: