Breaking News
Loading...

Mengapa Syiah Menolak Konsep Kepemimpinan Sunni?


Syiahindonesia.com
– Salah satu perbedaan mendasar antara Ahlus Sunnah wal Jama’ah dengan Syiah adalah dalam hal kepemimpinan umat (imamah/khilafah). Kaum Sunni meyakini bahwa kepemimpinan pasca wafatnya Rasulullah ﷺ ditentukan melalui musyawarah (syura) di antara para sahabat, sedangkan Syiah menolak konsep ini dan menggantinya dengan doktrin bahwa kepemimpinan sudah ditetapkan secara nash ilahi kepada Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه dan keturunannya.

Konsep Kepemimpinan Menurut Sunni

Islam mengajarkan bahwa pemimpin setelah Rasulullah ﷺ adalah orang yang paling layak, dipilih melalui musyawarah di antara kaum muslimin. Rasulullah ﷺ bersabda:

«عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ، تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ»
"Wajib atas kalian untuk berpegang pada sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk, peganglah erat-erat dan gigitlah dengan gigi geraham." (HR. Abu Dawud, Tirmidzi).

Ini menunjukkan bahwa Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali رضي الله عنهم adalah pemimpin sah yang diterima oleh umat.

Konsep Kepemimpinan Menurut Syiah

Syiah menolak sistem syura dan menuduh para sahabat telah merebut hak kepemimpinan dari Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه. Mereka meyakini bahwa:

  1. Imam ditunjuk langsung oleh Allah dan Rasulullah ﷺ.

  2. Imam bersifat ma’shum (terjaga dari dosa dan kesalahan).

  3. Kepemimpinan hanya sah bila berada di tangan keturunan Ali dan Fatimah.

Pandangan ini menyalahi prinsip Islam yang menjadikan ketaqwaan dan kemampuan memimpin sebagai kriteria utama, bukan garis keturunan. Allah ﷻ berfirman:

﴿إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ﴾
"Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa." (QS. Al-Hujurat: 13).

Alasan Syiah Menolak Konsep Kepemimpinan Sunni

  1. Fanatisme pada Ahlul Bait
    Mereka menganggap hanya keluarga Nabi ﷺ yang layak memimpin, padahal para sahabat juga adalah orang-orang yang dimuliakan.

  2. Kebencian terhadap Sahabat
    Syiah menuduh Abu Bakar, Umar, dan Utsman رضي الله عنهم telah merampas hak Ali, sehingga mereka melaknat para khalifah ini dalam doa-doa mereka.

  3. Doktrin Politik
    Penolakan terhadap kepemimpinan Sunni sebenarnya juga bersifat politis. Dengan doktrin imamah, ulama Syiah dapat mengendalikan umat melalui klaim otoritas agama dan politik.

  4. Konsep Imam Ma’shum
    Menurut Syiah, imam tidak boleh salah, sehingga lebih tinggi kedudukannya daripada khalifah yang dipilih rakyat. Inilah yang menjadikan mereka menolak sistem syura.

Bahaya Pemikiran Syiah tentang Kepemimpinan

  • Menimbulkan perpecahan umat Islam, karena menolak legitimasi khulafaur rasyidin.

  • Mengarah pada kultus individu, yaitu mengagungkan imam lebih tinggi daripada Rasulullah ﷺ.

  • Memberikan ruang kepada politik sektarian, yang membuat Syiah mudah bersekutu dengan musuh Islam demi kepentingan kelompok.

Kesimpulan

Syiah menolak konsep kepemimpinan Sunni karena terikat dengan doktrin imamah yang bersifat eksklusif dan fanatis terhadap keturunan tertentu. Padahal, Islam mengajarkan kepemimpinan berdasarkan syura, ketakwaan, dan kemampuan, bukan garis keturunan. Oleh sebab itu, umat Islam harus memahami perbedaan mendasar ini agar tidak terjebak dalam ajaran yang menyimpang dari kebenaran Islam.

(albert/syiahindonesia.com)



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: