Breaking News
Loading...

Syiah dan Penyimpangan dalam Konsep Kenabian


Syiahindonesia.com –
Salah satu penyimpangan paling mendasar dalam ajaran Syiah adalah pemahaman mereka tentang konsep kenabian. Islam yang murni sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah ﷺ dan dijelaskan oleh para sahabat serta ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah memiliki prinsip yang jelas mengenai nubuwah (kenabian). Namun, Syiah justru menghadirkan tafsiran baru yang mengaburkan perbedaan antara nabi dan imam, sehingga menimbulkan penyimpangan serius dalam akidah.


Konsep Kenabian dalam Islam

Dalam Islam, seorang nabi adalah manusia pilihan Allah ﷻ yang diberi wahyu untuk disampaikan kepada umatnya. Nabi terakhir adalah Muhammad ﷺ, sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah:

مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍۭ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَـٰكِن رَّسُولَ ٱللَّهِ وَخَاتَمَ ٱلنَّبِيِّۦنَ ۗ
"Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi."
(QS. Al-Ahzab: 40)

Ayat ini jelas menegaskan bahwa tidak ada lagi nabi setelah Rasulullah ﷺ. Wahyu telah sempurna, risalah Islam telah tuntas, dan tidak ada yang berhak menambah atau mengurangi ajaran tersebut.


Pandangan Syiah tentang Kenabian dan Imamah

Syiah tidak terang-terangan mengaku masih ada nabi setelah Rasulullah ﷺ. Namun, mereka mengangkat kedudukan imam-imam mereka setara bahkan lebih tinggi dari nabi. Dalam banyak literatur Syiah, imam dianggap memiliki:

  • Maqam ma’shum (tidak bisa salah) layaknya nabi.

  • Pengetahuan ghaib yang menurut Ahlus Sunnah hanya Allah ﷻ yang memilikinya.

  • Kedudukan sebagai penerus risalah, padahal risalah telah sempurna.

  • Ketaatan mutlak kepada imam dianggap sama dengan ketaatan kepada Rasulullah ﷺ.

Inilah bentuk penyimpangan serius, karena pada hakikatnya Syiah menjadikan imam sebagai pengganti nabi, meskipun mereka tidak menyebutnya nabi secara langsung.


Konsekuensi dari Penyimpangan Ini

Pemahaman yang salah tentang kenabian melahirkan berbagai konsekuensi buruk, di antaranya:

  1. Mengaburkan finalitas risalah – Mereka seolah menolak bahwa Rasulullah ﷺ adalah penutup para nabi.

  2. Menambah ajaran baru – Mereka menganggap imam memiliki hak membuat hukum dan syariat, padahal wahyu sudah sempurna.

  3. Menimbulkan kultus individu – Imam diposisikan hampir setara dengan Tuhan, dijadikan perantara mutlak dalam ibadah.

  4. Membuka pintu kesyirikan – Karena doa dan permohonan ditujukan kepada imam, bukan semata kepada Allah ﷻ.


Bantahan Ahlus Sunnah

Para ulama Ahlus Sunnah tegas membantah penyimpangan ini. Imam Ibn Katsir ketika menafsirkan QS. Al-Ahzab: 40 menjelaskan bahwa ayat tersebut menutup pintu bagi siapa pun yang mengaku nabi atau yang menyerupai nabi. Dengan demikian, klaim Syiah tentang imam ma’shum yang setara nabi adalah bid’ah sesat.

Rasulullah ﷺ sendiri telah memberi peringatan:

وَسَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةً
“Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali satu.”
(HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah – shahih)

Golongan yang selamat adalah mereka yang berpegang teguh pada Sunnah Nabi ﷺ dan para sahabatnya, bukan mereka yang menuhankan imam.


Kesimpulan

Syiah telah menyimpang jauh dari ajaran Islam yang murni dengan memposisikan imam setara atau bahkan lebih tinggi dari nabi. Padahal, Islam menegaskan bahwa kenabian telah berakhir pada Rasulullah ﷺ dan risalah sudah sempurna. Pemahaman Syiah ini bukan hanya bid’ah, tetapi juga berbahaya karena membuka pintu kesyirikan, merusak akidah, dan menyesatkan umat.

Umat Islam harus waspada terhadap pemikiran ini dan kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman para sahabat serta ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah.



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: