Breaking News
Loading...

Mengapa Syiah Berusaha Mengganti Al-Qur'an?


Syiah merupakan salah satu aliran yang telah banyak menimbulkan kontroversi dalam sejarah umat Islam. Salah satu tuduhan paling serius terhadap ajaran mereka adalah adanya keyakinan yang menyimpang terkait Al-Qur’an. Dalam pandangan Ahlus Sunnah wal Jamaah, Al-Qur’an adalah kitab suci yang dijaga oleh Allah dari segala bentuk perubahan. Namun, berbagai riwayat dalam literatur Syiah menunjukkan adanya klaim bahwa Al-Qur’an yang ada di tangan umat Islam saat ini tidak lengkap atau telah mengalami distorsi. Pertanyaan besar yang muncul adalah: mengapa Syiah berusaha mengganti Al-Qur’an?

Isu ini tidak bisa dianggap remeh, karena Al-Qur’an merupakan sumber utama ajaran Islam. Setiap bentuk pengaburan, penambahan, atau pengurangan terhadap kitab suci ini jelas merupakan bentuk penyimpangan yang sangat berbahaya bagi akidah umat. Dalam sejarahnya, ide-ide Syiah mengenai perubahan Al-Qur’an kerap muncul dalam literatur klasik mereka, meskipun sebagian tokoh Syiah modern mencoba menutupinya. Namun bukti-bukti otentik masih dapat ditemukan dalam kitab-kitab mereka sendiri.

Lebih jauh, keyakinan Syiah terkait tahrif (perubahan) Al-Qur’an tidak hanya berkaitan dengan teologi, tetapi juga terkait dengan politik dan klaim kepemimpinan (imamah) yang mereka yakini sebagai rukun iman. Oleh sebab itu, memahami motivasi dan konsekuensi dari pandangan Syiah mengenai Al-Qur’an adalah hal yang penting agar umat Islam di Indonesia bisa terhindar dari penyimpangan mereka. Artikel ini akan membongkar akar masalah, menyajikan dalil dari Al-Qur’an dan Sunnah tentang keaslian kitab suci, serta memperlihatkan bahaya ideologi Syiah yang berusaha mengaburkan kebenaran wahyu Allah.

Penjagaan Al-Qur’an dalam Islam

Allah Ta’ala telah menegaskan dalam Al-Qur’an bahwa kitab-Nya akan senantiasa terjaga dari segala bentuk perubahan. Hal ini menjadi keyakinan mendasar dalam akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah.

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Dzikr (Al-Qur’an), dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjaganya.” (QS. Al-Hijr: 9)

Ayat ini menjadi hujjah kuat bahwa tidak mungkin ada penambahan, pengurangan, atau perubahan dalam Al-Qur’an. Penjagaan Allah meliputi dari sisi hafalan umat Islam, penulisan mushaf, hingga pengamalan dalam kehidupan sehari-hari.

Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ayat ini merupakan jaminan ilahi bahwa Al-Qur’an akan selalu terjaga keasliannya sampai hari kiamat. Dengan demikian, klaim Syiah mengenai adanya tahrif adalah tuduhan yang bertentangan dengan nash Al-Qur’an itu sendiri.

Pandangan Syiah tentang Tahrif Al-Qur’an

Meskipun banyak ulama Syiah kontemporer berusaha menolak tuduhan bahwa mereka meyakini tahrif, kenyataannya banyak riwayat dalam kitab-kitab utama mereka yang menguatkan hal tersebut.

Riwayat dalam Kitab Syiah

Beberapa kitab Syiah seperti Al-Kafi karya Al-Kulaini, Fasl al-Khitab karya Al-Nuri al-Tabrasi, dan Bihar al-Anwar karya Al-Majlisi, secara eksplisit menyebutkan adanya pengurangan atau perubahan dalam Al-Qur’an.

Sebagai contoh, Al-Nuri al-Tabrasi menulis kitab Fasl al-Khitab fi Itsbat Tahrif Kitab Rabb al-Arbab, yang secara terang-terangan membahas keyakinan bahwa Al-Qur’an telah mengalami perubahan. Bahkan, ia menuduh para sahabat Nabi sebagai pihak yang melakukan pengurangan terhadap ayat-ayat yang berhubungan dengan imamah.

Konsep Mushaf Fatimah

Dalam literatur Syiah, terdapat juga keyakinan mengenai Mushaf Fatimah, yaitu kitab yang mereka klaim diturunkan khusus untuk Fatimah az-Zahra, putri Nabi ﷺ. Mushaf ini dikatakan berisi tiga kali lebih banyak dari Al-Qur’an yang ada saat ini dan memuat penjelasan mengenai kepemimpinan para imam Syiah. Konsep ini jelas menunjukkan adanya usaha untuk menggantikan Al-Qur’an dengan kitab lain.

Motif Syiah Berusaha Mengganti Al-Qur’an

Pertanyaan inti adalah mengapa Syiah berusaha mengganti Al-Qur’an? Setidaknya terdapat beberapa alasan yang melatarbelakangi penyimpangan ini:

1. Legitimasi Imamah

Syiah meyakini bahwa kepemimpinan setelah Nabi ﷺ harus berada di tangan Ali bin Abi Thalib dan keturunannya. Karena Al-Qur’an tidak menyebutkan secara eksplisit mengenai konsep imamah ini, mereka berusaha menjustifikasi keyakinan mereka dengan menuduh adanya pengurangan ayat yang seharusnya mendukung klaim tersebut.

2. Kebencian terhadap Sahabat

Mayoritas riwayat tahrif dalam kitab Syiah menuduh para sahabat, terutama Abu Bakar, Umar, dan Utsman, sebagai pihak yang menghilangkan ayat-ayat penting. Hal ini selaras dengan doktrin Syiah yang mencela dan melaknat para sahabat.

3. Membentuk Identitas yang Berbeda

Dengan mengklaim adanya mushaf khusus atau versi Al-Qur’an yang berbeda, Syiah berusaha membentuk identitas tersendiri yang berbeda dari umat Islam pada umumnya. Ini sejalan dengan politik sektarian mereka untuk memisahkan diri dari Ahlus Sunnah.

Bantahan dari Al-Qur’an dan Sunnah

Keyakinan Syiah mengenai tahrif jelas bertentangan dengan nash syar’i. Selain QS. Al-Hijr: 9 yang telah disebutkan, banyak pula ayat dan hadits yang menegaskan keaslian Al-Qur’an.

لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ تَنْزِيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ
“Yang tidak datang kepadanya kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya; yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.” (QS. Fussilat: 42)

Dalam hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:

"Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara, kalian tidak akan tersesat selama berpegang kepada keduanya: Kitabullah dan Sunnahku."
(HR. Malik dalam Al-Muwaththa’)

Hadits ini menegaskan bahwa Al-Qur’an adalah pedoman yang tidak akan pernah hilang atau berubah, sehingga umat Islam dapat senantiasa berpegang padanya.

Sikap Ulama terhadap Klaim Syiah

Para ulama Ahlus Sunnah sejak dahulu telah membantah keras klaim Syiah terkait tahrif. Imam Ibnu Hazm menyebut bahwa siapa pun yang berkeyakinan adanya perubahan dalam Al-Qur’an telah kafir. Demikian pula Imam Al-Nawawi menegaskan bahwa ijma’ ulama menyatakan Al-Qur’an tetap terjaga keasliannya sejak diturunkan hingga kini.

Dampak Bahaya Ajaran Syiah

Jika keyakinan Syiah tentang tahrif ini diterima, maka dampaknya sangat berbahaya:

  1. Merusak akidah umat dengan menuduh Al-Qur’an tidak lengkap.

  2. Menghancurkan persatuan Islam dengan menebar fitnah terhadap para sahabat.

  3. Membuka jalan bagi ajaran batil untuk mengklaim legitimasi dengan kitab palsu seperti Mushaf Fatimah.

Strategi Syiah Menyebarkan Penyimpangan

Syiah di era modern seringkali menutupi keyakinan mereka tentang tahrif karena khawatir terbongkar di tengah mayoritas Sunni. Mereka menggunakan taqiyyah, yaitu menyembunyikan keyakinan untuk tujuan politik dan dakwah. Namun, kitab-kitab klasik mereka tetap menjadi bukti nyata tentang penyimpangan tersebut.

Kesimpulan

Mengapa Syiah berusaha mengganti Al-Qur’an? Jawabannya terletak pada ambisi mereka untuk menegakkan ideologi imamah dan membenarkan kebencian terhadap sahabat Nabi ﷺ. Dengan menuduh adanya pengurangan dalam Al-Qur’an, mereka berusaha menjustifikasi keyakinan batil yang tidak pernah ada dalam ajaran Islam. Padahal, Allah telah menjamin bahwa kitab-Nya akan senantiasa terjaga hingga akhir zaman.

Umat Islam harus waspada terhadap penyimpangan ini. Keyakinan bahwa Al-Qur’an telah berubah bukan hanya kesalahan teologis, tetapi juga bentuk penghinaan terhadap wahyu Allah. Sebagai Ahlus Sunnah, kita wajib berpegang teguh pada Al-Qur’an yang terjaga dan Sunnah Nabi ﷺ, serta menolak segala bentuk penyimpangan yang datang dari Syiah maupun aliran sesat lainnya.



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: