Syiahindonesia.com – Salah satu ciri paling mencolok dari ajaran Syiah adalah sikap mereka yang sangat berlebihan dalam memuliakan para imam. Bahkan, kultus yang mereka bangun terhadap para imam jauh melampaui batas-batas yang diajarkan dalam Islam. Hal ini menjadi sorotan utama mengapa ulama-ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah terus-menerus mengingatkan umat agar waspada terhadap penyimpangan aqidah Syiah yang dapat menyesatkan.
Konsep Imamah dalam Syiah
Dalam ajaran Syiah, khususnya Syiah Imamiyah (Itsna ‘Asyariyah), imamah merupakan rukun iman yang utama setelah tauhid. Mereka meyakini bahwa para imam—dimulai dari Ali bin Abi Thalib hingga Imam ke-12 yang mereka klaim ghaib—memiliki kedudukan ma’shum (terjaga dari dosa), lebih tinggi dari para nabi (kecuali Nabi Muhammad ﷺ), dan memiliki ilmu ladunni (ilmu ilahiyah langsung dari Allah).
Kultus yang Melampaui Batas
Banyak riwayat dalam kitab-kitab Syiah seperti Al-Kafi karya Al-Kulaini yang menggambarkan imam-imam mereka sebagai makhluk luar biasa, bahkan kadang melebihi kedudukan Rasulullah ﷺ. Misalnya:
"Imam mengetahui apa yang telah terjadi, apa yang sedang terjadi, dan apa yang akan terjadi." (Al-Kafi, Juz 1, hal. 261)
Riwayat-riwayat seperti ini jelas menyimpang dari ajaran Islam yang murni, sebab hanya Allah yang mengetahui hal ghaib secara mutlak.
﴿قُل لَّا يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ﴾
“Katakanlah: Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah.” (QS. An-Naml: 65)
Para Imam Dijadikan Tempat Berdoa
Sebagian penganut Syiah berdoa dan memohon pertolongan kepada imam-imam mereka. Di makam-makam para imam seperti di Najaf dan Karbala, terdapat praktik tawassul ekstrem, sujud kepada makam, dan meminta syafaat secara langsung kepada manusia yang sudah wafat.
Padahal Rasulullah ﷺ sendiri bersabda:
إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ
“Jika kamu meminta, maka mintalah kepada Allah. Jika kamu minta tolong, maka mintalah tolong kepada Allah.” (HR. Tirmidzi no. 2516, dinyatakan hasan shahih)
Mengapa Ini Berbahaya?
-
Merusak konsep tauhid
Kultus terhadap imam menjadikan mereka sebagai sosok ilahiyah yang seolah memiliki kekuatan supranatural dan tempat pengaduan umat, yang merupakan ciri kemusyrikan. -
Menyuburkan bid’ah dan khurafat
Syiah tidak hanya menyandarkan keyakinan mereka pada Qur’an, namun lebih kepada riwayat-riwayat imamah dari kitab-kitab yang diragukan validitasnya. -
Mengaburkan peran sahabat dan keluarga Nabi secara proporsional
Syiah menempatkan Ahlul Bait pada posisi absolut dan membenci para sahabat lainnya. Mereka mengutuk sahabat Nabi seperti Abu Bakar, Umar, dan Utsman, yang notabene merupakan tokoh penting dalam sejarah Islam.
Pandangan Ulama Sunni
Para ulama Ahlus Sunnah menolak kultus terhadap manusia, bahkan kepada Nabi sekalipun. Islam mengajarkan proporsionalitas dalam mencintai, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:
لَا تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ، فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدٌ، فَقُولُوا: عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ
“Janganlah kalian memujiku secara berlebihan sebagaimana orang-orang Nasrani memuji Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba. Maka katakanlah, ‘(Aku adalah) hamba Allah dan Rasul-Nya.’” (HR. Bukhari no. 3445)
Oleh karena itu, kedudukan para imam harus diposisikan sebagaimana layaknya ulama dan orang-orang saleh—bukan sebagai makhluk yang disakralkan hingga menjadi objek ibadah.
Penutup
Syiah dengan ajaran kultus terhadap para imam telah keluar dari batasan ajaran Islam yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ. Mengangkat manusia ke posisi ilahiyah adalah penyimpangan nyata dalam akidah. Masyarakat Indonesia yang mayoritas Sunni hendaknya tetap waspada terhadap penyebaran doktrin semacam ini, terutama yang dikemas secara halus melalui media, pendidikan, dan dakwah online.
(albert/syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: