Breaking News
Loading...

Mengapa Syiah Tidak Bisa Disatukan dengan Sunni?


Syiahindonesia.com
– Pertanyaan “Mengapa Syiah tidak bisa disatukan dengan Sunni?” adalah pertanyaan penting yang perlu dijawab dengan serius, mengingat penyebaran ajaran Syiah di Indonesia semakin masif melalui berbagai media sosial, komunitas, bahkan lembaga pendidikan. Persatuan umat Islam memang penting, tetapi tidak bisa dilakukan dengan mengorbankan prinsip-prinsip akidah yang telah ditetapkan oleh Al-Qur’an dan Sunnah serta difahami oleh para ulama salaf.

Perbedaan Akidah yang Mendasar

Penyebab utama ketidakmungkinan penyatuan Sunni dan Syiah adalah perbedaan akidah yang sangat mendasar. Syiah memiliki konsep "Imamah" yang menempatkan imam sebagai pemimpin spiritual maksum yang harus ditaati secara mutlak, bahkan lebih tinggi dari nabi setelah Rasulullah ﷺ. Ini bertentangan dengan akidah Ahlus Sunnah yang meyakini bahwa kepemimpinan umat ditentukan melalui syura dan tidak ada yang maksum setelah Rasulullah ﷺ.

Syiah juga meyakini bahwa para imam mengetahui hal-hal ghaib, memiliki kekuatan spiritual luar biasa, dan menjadi perantara antara Allah dan manusia. Ini jelas menyimpang dari akidah Islam yang murni.

Penghinaan terhadap Sahabat Nabi ﷺ

Salah satu bukti nyata perpecahan tak dapat dihindari adalah sikap Syiah terhadap para sahabat Rasulullah ﷺ. Dalam banyak kitab Syiah, para sahabat seperti Abu Bakar, Umar, Utsman bahkan Aisyah radhiyallahu 'anhum dikafirkan atau dihina. Padahal, Allah memuji para sahabat dalam Al-Qur’an:

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ

"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari kalangan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah..." (QS. At-Taubah: 100)

Bagaimana mungkin kita bisa bersatu dengan kelompok yang mengutuk dan mencela orang-orang yang diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya?

Taqiyyah: Strategi Penipuan yang Dihalalkan

Syiah juga menghalalkan taqiyyah, yaitu menyembunyikan keyakinan sebenarnya bahkan boleh berbohong demi kepentingan mazhab. Dalam kitab al-Kafi, kitab induk Syiah, taqiyyah disebut sebagai bagian dari agama mereka:

"At-Taqiyyah dini wa din aba'i, la dina liman la taqiyyata lah"

"Taqiyyah adalah agamaku dan agama nenek moyangku. Tidak ada agama bagi orang yang tidak bertaqiyyah." (al-Kafi, jilid 2, hal. 217)

Konsep ini tentu bertentangan dengan Islam yang mengajarkan kejujuran sebagai prinsip dasar.

Mushaf Fatimah dan Tuduhan Tahrif al-Qur’an

Sebagian ulama Syiah meyakini adanya Mushaf Fatimah, kitab suci lain yang diklaim hanya dimiliki oleh para imam mereka. Bahkan sebagian Syiah ekstrem seperti golongan Ghulat meyakini bahwa Al-Qur’an saat ini telah diubah oleh para sahabat.

Pendapat ini jelas kufur, karena Al-Qur’an telah dijaga oleh Allah sebagaimana dalam firman-Nya:

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

"Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar menjaganya." (QS. Al-Hijr: 9)

Perbedaan dalam Ibadah dan Syariat

Syiah juga berbeda dalam hal ibadah: azan mereka menambahkan kalimat “Aliyyun waliyyullah”, mereka bersujud di atas tanah Karbala (turbah), dan banyak perbedaan dalam tata cara salat, puasa, hingga zakat. Bahkan, mereka memiliki hari-hari suci sendiri seperti Asyura, yang justru digunakan untuk meratap, menyiksa diri, dan memperingati kematian Imam Husain dengan cara yang tidak sesuai syariat.

Fatwa Ulama Dunia tentang Bahaya Syiah

Banyak ulama dari berbagai belahan dunia Islam telah memberikan peringatan keras terhadap ajaran Syiah. Di antaranya:

  • Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyebutkan: “Orang Syiah Rafidhah adalah kelompok paling sesat dalam umat ini.”

  • Syaikh Bin Baz dan Syaikh Al-Albani menegaskan bahwa Syiah Rafidhah adalah kelompok yang menyimpang dan tak bisa disatukan dengan Ahlus Sunnah.

Persatuan yang Palsu

Usaha menyatukan Sunni dan Syiah seringkali dimotori oleh pihak-pihak liberal yang tidak paham akar perbedaan, atau sengaja mengaburkan prinsip demi kepentingan politik. Persatuan hakiki harus dibangun di atas akidah yang sama, bukan di atas kompromi kebatilan.

Kesimpulan: Bersatu dengan Syiah Adalah Kemustahilan

Bersatu dengan Syiah bukan hanya tidak mungkin, tetapi juga berbahaya bagi akidah umat Islam. Perbedaan antara Sunni dan Syiah bukan sekadar masalah cabang, tapi sudah masuk ranah inti agama: dari sumber hukum, konsep ketuhanan, pandangan terhadap sahabat, hingga akidah tentang Al-Qur’an.

Umat Islam di Indonesia harus waspada dan tidak tertipu oleh slogan "ukhuwah Islamiyah" yang dijadikan kedok untuk menyusupkan paham sesat. Kita wajib menjaga kemurnian akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah.


(albert/syiahindonesia.com)



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: