Breaking News
Loading...

Mengapa Syiah Mengklaim Imam Mahdi Mereka Masih Hidup?


Syiahindonesia.com
– Salah satu perbedaan paling mendasar antara Ahlus Sunnah wal Jama’ah (Sunni) dan Syiah terletak pada keyakinan tentang Imam Mahdi. Bagi Ahlus Sunnah, Imam Mahdi adalah seorang keturunan Nabi Muhammad ﷺ dari jalur Hasan bin Ali yang akan muncul di akhir zaman sebagai pemimpin adil sebelum turunnya Nabi Isa عليه السلام. Sementara itu, dalam doktrin Syiah, Imam Mahdi yang mereka yakini adalah Muhammad bin Hasan Al-Askari, imam kedua belas yang diyakini masuk ke dalam “ghaibah” (hilang dari pandangan) sejak abad ke-3 Hijriyah, dan hingga kini diklaim masih hidup di suatu tempat yang hanya Allah mengetahuinya.

Asal Mula Klaim “Imam Mahdi yang Hilang”

Menurut sejarah, Hasan Al-Askari – imam kesebelas dalam silsilah Syiah – meninggal pada tahun 260 H. Ia tidak memiliki keturunan yang jelas dan diakui publik. Namun, karena doktrin imamah Syiah meyakini harus selalu ada imam yang maksum sebagai penerus, sebagian pengikutnya menciptakan narasi bahwa Hasan Al-Askari memiliki seorang anak bernama Muhammad yang berusia lima tahun dan kemudian “menghilang” (ghaib).

Sejak saat itu, Syiah membangun doktrin bahwa Imam Mahdi mereka masih hidup hingga kini dan suatu saat akan kembali untuk memenuhi dunia dengan keadilan.

Konsep Ghaibah: Sebuah Rekayasa Teologis?

Syiah membagi “ghaibah” Imam Mahdi ke dalam dua fase:

  1. Ghaibah Sughra (Kecil) – berlangsung dari tahun 260 H hingga 329 H. Pada periode ini, mereka percaya Imam Mahdi berkomunikasi dengan umat melalui wakil-wakil tertentu.

  2. Ghaibah Kubra (Besar) – berlangsung sejak tahun 329 H hingga sekarang. Pada masa ini, tidak ada wakil khusus, dan umat Syiah harus menunggu kemunculannya kembali.

Bagi Ahlus Sunnah, keyakinan seperti ini adalah khurafat yang tidak memiliki dasar dalam Al-Qur’an maupun hadits shahih. Keyakinan bahwa seorang manusia hidup selama lebih dari 1000 tahun tanpa tampak wujudnya adalah sesuatu yang bertentangan dengan sunnatullah.

Perbedaan dengan Aqidah Ahlus Sunnah

Ahlus Sunnah meyakini bahwa Imam Mahdi adalah seorang keturunan Nabi ﷺ yang akan lahir di akhir zaman, bukan seseorang yang sudah hilang sejak seribu tahun lalu. Rasulullah ﷺ bersabda:

لَا تَذْهَبُ الدُّنْيَا حَتَّى يَمْلِكَ الْعَرَبَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِي
"Tidak akan habis dunia ini hingga orang Arab dipimpin oleh seorang laki-laki dari keluargaku yang namanya sama dengan namaku."
(HR. Abu Dawud, Tirmidzi)

Hadits ini jelas menunjukkan bahwa Imam Mahdi akan lahir di masa depan, bukan seseorang yang sudah lahir lalu bersembunyi ribuan tahun.

Mengapa Syiah Tetap Mempertahankan Klaim Ini?

  1. Menjaga Eksistensi Ajaran
    Doktrin imam ghaib menjadi dasar untuk mempertahankan keberlangsungan mazhab Syiah. Tanpa imam ghaib, struktur ajaran Syiah akan runtuh.

  2. Alat Legitimasi Politik
    Keyakinan ini dipakai oleh para pemimpin Syiah, khususnya di Iran, untuk mengklaim diri sebagai wakil Imam Mahdi di muka bumi. Inilah sebabnya ulama Syiah seperti Khomeini mengangkat teori Wilayah al-Faqih (kepemimpinan ulama) sebagai pengganti peran Imam Mahdi.

  3. Pemanfaatan Emosi Religius
    Umat Syiah selalu diajarkan untuk menanti dan merindukan kemunculan Imam Mahdi. Hal ini membuat mereka mudah diarahkan oleh pemimpin politik dengan janji-janji spiritual.

Bahaya Keyakinan Imam Mahdi Versi Syiah

  • Membuka celah bagi pemimpin zhalim yang mengaku wakil Imam Mahdi.

  • Menggiring umat ke dalam khurafat, karena menanti sosok ghaib tanpa dasar nash yang jelas.

  • Memecah belah umat Islam, sebab pandangan Syiah tentang Mahdi sangat berbeda dengan pandangan Ahlus Sunnah.

Kesimpulan

Klaim Syiah bahwa Imam Mahdi mereka masih hidup dan bersembunyi sejak abad ke-3 Hijriyah adalah mitos teologis yang dibangun untuk melestarikan ajaran imamah. Sementara itu, Islam yang lurus mengajarkan bahwa Imam Mahdi akan lahir menjelang akhir zaman, sebagaimana ditunjukkan oleh hadits-hadits shahih.

Umat Islam hendaknya berhati-hati agar tidak terjerumus dalam keyakinan yang tidak berdasar. Jalan keselamatan hanya dengan mengikuti Al-Qur’an, Sunnah, dan pemahaman para sahabat yang diridhai Allah.

(albert/syiahindonesia.com)




************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: