Breaking News
Loading...

Hadis Palsu yang Digunakan Syiah untuk Menyesatkan Umat Islam


Syiahindonesia.com
– Salah satu senjata utama kelompok Syiah dalam menyebarkan ajarannya adalah penggunaan hadis-hadis palsu (maudhu') yang direkayasa untuk mendukung doktrin sesat mereka. Mereka menisbatkan berbagai ucapan dusta kepada Rasulullah ﷺ dan Ahlul Bait, kemudian menyebarkannya sebagai dalil atas ajaran batil seperti imamah, takfir sahabat, nikah mut’ah, dan kultus imam.

Sayangnya, tidak sedikit umat Islam yang tertipu oleh keindahan redaksi hadis palsu ini, apalagi jika disampaikan dengan emosi dan narasi “cinta Ahlul Bait”. Padahal, memalsukan hadis adalah dosa besar dan bentuk kebohongan terhadap Nabi Muhammad ﷺ.

مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
“Barang siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaknya ia menempati tempat duduknya di neraka.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Artikel ini akan membeberkan beberapa contoh hadis palsu paling populer yang digunakan oleh Syiah, serta membongkar kedustaannya dengan penjelasan dari para ulama Ahlus Sunnah.


⚠️ 1. Hadis: "Ali adalah washi (penerus)ku setelahku."

Klaim Syiah:

Hadis ini sering dikutip oleh Syiah untuk mendukung doktrin imamah, bahwa Nabi ﷺ telah menunjuk Ali secara langsung sebagai pengganti.

Faktanya:

Hadis ini tidak ada dalam kitab hadis sahih Ahlus Sunnah. Tidak diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, maupun An-Nasa’i. Riwayat semacam ini hanya ditemukan dalam kitab-kitab Syiah sendiri seperti Al-Kafi, yang tidak bisa dijadikan hujjah.

Imam Syafi’i rahimahullah berkata:

“Jika Ali benar-benar ditunjuk, lalu mengapa tidak disebutkan secara jelas dalam khutbah perpisahan yang dihadiri ribuan sahabat?”


⚠️ 2. Hadis Ghadir Khum: "Barang siapa yang aku maulanya, maka Ali adalah maulanya."

Klaim Syiah:

Syiah menafsirkan kata "maula" dalam hadis ini sebagai pemimpin politik, bukan hanya teman atau orang yang dicintai. Ini dijadikan dasar bahwa Nabi ﷺ menunjuk Ali sebagai khalifah setelahnya.

Faktanya:

Hadis ini sahih, namun tafsiran Syiah menyimpang. Kata maula dalam bahasa Arab memiliki banyak makna: sahabat, penolong, kekasih, hamba yang dibebaskan, bukan sekadar pemimpin politik.

Imam Syafi’i dan ulama tafsir menjelaskan bahwa konteks hadis Ghadir Khum adalah untuk menghormati Ali bin Abi Thalib, bukan menunjuknya sebagai khalifah. Sebab, setelah wafatnya Nabi ﷺ, para sahabat justru membaiat Abu Bakar, bukan Ali.


⚠️ 3. Hadis: "Para imam dari keturunanku jumlahnya dua belas, yang pertama Ali dan terakhir Mahdi."

Klaim Syiah:

Syiah menggunakan hadis ini sebagai dalil bahwa imam mereka berjumlah 12 orang, dari Ali bin Abi Thalib hingga imam ghaib yang konon bersembunyi ribuan tahun.

Faktanya:

Hadis tentang “dua belas khalifah” memang ada dalam riwayat Ahlus Sunnah, namun tidak menyebutkan nama-nama seperti Ali, Hasan, Husain, dst.

Mayoritas ulama Ahlus Sunnah menafsirkan bahwa dua belas khalifah itu adalah para pemimpin dari kalangan Quraisy yang datang silih berganti dalam sejarah, bukan sosok tertentu dari garis keturunan Husain. Apalagi yang terakhir (Imam ke-12) tidak terbukti pernah lahir secara nyata.


⚠️ 4. Hadis: "Barang siapa tidak mengenal imam zamannya, maka ia mati dalam keadaan jahiliyah."

Klaim Syiah:

Syiah menjadikan hadis ini sebagai dalih bahwa mengakui imam yang ghaib (Imam Mahdi versi Syiah) adalah wajib, jika tidak maka kafir dan mati dalam keadaan jahiliyah.

Faktanya:

Hadis ini memang sahih, tetapi konteksnya bukan menunjuk kepada imam Syiah, melainkan pemimpin kaum Muslimin secara umum. Dalam Ahlus Sunnah, selama seseorang tetap loyal kepada penguasa Muslim dan tidak memberontak, maka ia tidak mati dalam jahiliyah.

Maka, mengaitkan hadis ini dengan imam yang ghaib ribuan tahun tidak berdasar dan justru merusak makna asli hadis.


⚠️ 5. Hadis: "Nikah mut’ah adalah rahmat dari Allah, siapa yang mengingkarinya maka kafir."

Klaim Syiah:

Syiah menjadikan mut’ah (kawin kontrak) sebagai bagian dari agama. Mereka mengklaim bahwa Rasulullah ﷺ tidak pernah melarangnya secara mutlak dan menyebarkan hadis palsu untuk membenarkannya.

Faktanya:

Nikah mut’ah telah diharamkan oleh Nabi ﷺ secara tegas pada perang Khaibar dan ditegaskan kembali pada Haji Wada’.

Dari Ali bin Abi Thalib, ia berkata:
“Rasulullah ﷺ melarang mut’ah wanita dan memakan daging keledai jinak pada hari Khaibar.”
(HR. Bukhari no. 3979)

Menghalalkan mut’ah berarti menuduh Nabi ﷺ tidak konsisten dan membuka pintu zina terselubung.


⚠️ 6. Hadis-Hadis Pujian Palsu Terhadap Para Imam Syiah

Syiah menyebarkan banyak hadis yang memuji para imam mereka dengan redaksi seperti:

“Jika bukan karena kami (para imam), Allah tidak akan menciptakan langit dan bumi.”
(Al-Kafi, 1/162)

Atau:

“Ketaatan kepada kami seperti ketaatan kepada Allah. Siapa yang membangkang kami, ia masuk neraka.”

Faktanya:

Hadis semacam ini tidak ditemukan dalam literatur hadis Sunni yang sahih. Ini bentuk pemalsuan yang sangat berbahaya karena:

  • Mengultuskan manusia biasa hingga seperti Tuhan.

  • Menyamakan imam dengan Allah ﷻ.

  • Membuka jalan kepada kesyirikan dan bid’ah.


🚨 Kesimpulan: Syiah Menyesatkan Umat dengan Hadis-Hadis Rekayasa

HadisStatusPenyimpangan Syiah
Ali sebagai washi NabiPalsuMenolak khilafah Abu Bakar, Umar, Utsman
Ghadir Khum sebagai bukti imamahDisalahartikanTafsir menyimpang atas hadis sahih
12 imam sebagai keturunan HusainTidak shahihPemaksaan makna tanpa dalil yang kuat
Mati jahiliyah tanpa imamDisalahartikanMengkafirkan umat Islam yang tidak ikut Syiah
Nikah mut’ah sebagai rahmatPalsuLegitimasi praktek zina terselubung
Imam sebagai sebab penciptaan langit dan bumiPalsuKultus imam hingga ke level ketuhanan

🛡️ Penutup: Waspadalah Wahai Umat Islam!

Syiah tidak segan-segan memalsukan hadis demi menyebarkan ajarannya. Mereka berdusta atas nama Rasulullah ﷺ, atas nama Ahlul Bait, dan bahkan atas nama Allah. Umat Islam wajib berpegang teguh pada hadis-hadis yang sahih, dan meninggalkan riwayat-riwayat palsu yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah.

فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَٰكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ
"Sesungguhnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang di dalam dada."
(QS. Al-Hajj: 46)

Semoga Allah senantiasa membimbing kita untuk mengikuti kebenaran, menjauhi kesesatan, dan membentengi umat dari tipu daya Syiah. Aamiin.

(albert/syiahindonesia.com)



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: