Syiahindonesia.com - Salah satu istilah yang kerap digunakan oleh penganut Syiah untuk merujuk kepada kaum Muslimin Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah "Nasibi" (النَّاصِبِي). Istilah ini secara bahasa berasal dari kata nashaba (نَصَبَ) yang berarti "menampakkan permusuhan". Dalam konteks terminologi Syiah, Nasibi diartikan sebagai orang yang memusuhi Ahlul Bait, dan ironisnya, istilah ini banyak diarahkan kepada kaum Sunni yang sejatinya justru mencintai Ahlul Bait tanpa berlebihan dan tetap menghormati seluruh sahabat Nabi ﷺ.
1. Definisi Nasibi dalam Literatur Syiah
Dalam banyak kitab rujukan Syiah, seperti Bihar al-Anwar karya Allamah Majlisi dan al-Kafi karya al-Kulaini, Nasibi disebut sebagai siapa saja yang tidak meyakini keimaman 12 imam dan tidak meyakini kekhususan Ali bin Abi Thalib sebagai penerus langsung Nabi ﷺ.
Dalam Bihar al-Anwar disebutkan:
عن أبي عبد الله قال: الناصب شر من اليهود والنصارى
“Dari Abu Abdillah (Ja'far ash-Shadiq), ia berkata: Nasibi itu lebih buruk dari orang Yahudi dan Nasrani.”
(Bihar al-Anwar, jilid 27, hal. 231)
Dengan definisi seperti itu, seluruh Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang tidak menerima imamah 12 Imam otomatis dianggap Nasibi oleh Syiah, terlepas dari seberapa besar kecintaan mereka kepada Ahlul Bait.
2. Padahal Sunni Cinta Ahlul Bait
Kaum Sunni meyakini bahwa mencintai Ahlul Bait adalah bagian dari iman, namun tidak berlebihan hingga mengultuskan mereka atau meyakini mereka ma’shum seperti Nabi ﷺ. Kecintaan itu berlandaskan hadits Nabi:
أُذَكِّرُكُمُ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي
"Aku ingatkan kalian kepada Allah tentang Ahlul Baitku."
(HR. Muslim, no. 2408)
Namun, kaum Sunni juga tidak mencela sahabat-sahabat Nabi, dan inilah yang membuat Syiah menuduh Sunni sebagai "Nasibi", karena tidak menunjukkan kebencian kepada Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah, dan para sahabat mulia lainnya yang dihormati oleh seluruh umat Islam.
3. Nasibi dalam Hadits Shahih
Dalam literatur Sunni, istilah Nasibi memang digunakan, tetapi dengan konteks berbeda. Ia merujuk pada orang yang terang-terangan memusuhi Ahlul Bait, seperti pengikut khawarij ekstrem atau pendukung Yazid yang mencaci Hasan dan Husein.
Namun, Sunni secara umum tidak masuk dalam kategori ini, karena mencintai Ahlul Bait dan para sahabat secara adil dan seimbang. Bahkan Allah berfirman:
وَالَّذِينَ جَاؤُوا مِن بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ
“Dan orang-orang yang datang setelah mereka (para sahabat), berdoa: Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dalam keimanan.”
(QS. Al-Hasyr: 10)
Ini bukti bahwa mencintai sahabat adalah bagian dari iman — bukan permusuhan terhadap Ahlul Bait.
4. Strategi Syiah: Mengaburkan Fakta
Penyematan label Nasibi kepada Sunni oleh Syiah bukan hanya kesalahan akidah, tapi juga strategi ideologis — yaitu untuk membenarkan kebencian terhadap kaum Sunni, dan bahkan membolehkan darah dan harta mereka.
Sebagian ulama Syiah ekstrim menganggap Nasibi najis, tidak boleh dikawini, tidak diterima syahadatnya, bahkan boleh dibunuh — wal’iyadzubillah!
Kesimpulan
Penyebutan "Nasibi" oleh Syiah kepada kaum Sunni adalah bentuk tuduhan zalim dan sesat. Kaum Sunni tidak lain adalah pecinta Nabi ﷺ, para sahabatnya, dan keluarganya yang mulia — dengan cinta yang adil dan berlandaskan Al-Qur'an dan Sunnah.
Mereka menolak pengkultusan Ahlul Bait, namun tetap menghormati mereka sebagai bagian dari warisan mulia Islam. Maka, jelas bahwa tuduhan “Nasibi” kepada kaum Sunni adalah fitnah besar yang harus diluruskan.
(albert/syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: