Syiahindonesia.com – Salah satu cara untuk mengenali sebuah aliran dalam Islam apakah benar atau sesat adalah dengan melihat sejauh mana ajaran tersebut berlandaskan kepada Al-Qur’an dan hadits yang shahih. Ajaran Islam yang murni bersumber dari wahyu Allah dan sunnah Rasulullah ﷺ yang sahih serta dipahami sebagaimana para sahabat memahaminya. Namun, Syiah — terutama Syiah Rafidhah — menyimpang jauh dari prinsip ini. Mereka memiliki banyak keyakinan dan praktik ibadah yang tidak pernah diajarkan dalam Al-Qur’an maupun hadits yang sahih.
Artikel ini akan mengungkap bukti-bukti nyata bahwa paham Syiah tidak memiliki dasar dalam Al-Qur’an dan hadits shahih, namun justru berdiri di atas riwayat-riwayat palsu, takwil yang menyesatkan, dan sikap benci terhadap sahabat Nabi ﷺ.
1. Doktrin Imamah: Tidak Ada dalam Al-Qur’an
Salah satu pilar utama Syiah adalah imamah, yaitu keyakinan bahwa setelah wafatnya Rasulullah ﷺ, kepemimpinan umat hanya sah jika berada di tangan para imam yang ditunjuk oleh Allah dari keturunan Ali bin Abi Thalib. Mereka bahkan menganggap imamah sebagai rukun iman.
Namun, tidak ada satu pun ayat dalam Al-Qur’an yang menyatakan secara eksplisit bahwa Ali adalah imam setelah Nabi, apalagi menyebutkan para imam lainnya seperti Hasan, Husain, hingga ke imam ke-12 mereka yang ghaib.
"مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ"
“Kami tidak mengabaikan sesuatu pun dalam Kitab (Al-Qur’an) ini.”
(QS. Al-An’am: 38)
Kalau imamah adalah bagian dari rukun iman yang wajib diyakini, mengapa tidak disebutkan dengan tegas dalam Al-Qur’an?
2. Mengkafirkan Sahabat: Bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah
Syiah Rafidhah meyakini bahwa mayoritas sahabat Nabi murtad setelah wafatnya Rasulullah ﷺ, kecuali beberapa orang saja seperti Salman Al-Farisi, Miqdad, dan Abu Dzar. Keyakinan ini sangat bertentangan dengan nash-nash Al-Qur’an dan hadits shahih yang memuji para sahabat secara umum.
"وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ"
“Orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama (masuk Islam) dari kalangan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya.”
(QS. At-Taubah: 100)
Mengkafirkan orang-orang yang telah diridhai oleh Allah adalah bentuk pelecehan terhadap firman-Nya. Bahkan Rasulullah ﷺ bersabda:
قال رسول الله ﷺ: "لا تسبوا أصحابي، فوالذي نفسي بيده، لو أنفق أحدكم مثل أُحدٍ ذهبًا ما بلغ مُدَّ أحدهم ولا نصيفه"
“Jangan kalian mencela sahabat-sahabatku! Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, seandainya salah seorang dari kalian menginfakkan emas sebesar Gunung Uhud, maka tidak akan menyamai satu mud dari salah seorang mereka, bahkan tidak setengahnya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
3. Keyakinan tentang Al-Qur’an yang Tidak Lengkap
Sebagian tokoh Syiah menyebarkan keyakinan bahwa Al-Qur’an yang sekarang tidak lengkap dan telah mengalami distorsi. Mereka percaya bahwa sebagian ayat telah dihapus, terutama yang menyebut keutamaan Ali dan Ahlulbait.
Padahal Allah sendiri berfirman:
"إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ"
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar menjaganya.”
(QS. Al-Hijr: 9)
Meyakini Al-Qur’an tidak lengkap adalah bentuk kekufuran karena menuduh Allah tidak menepati janji-Nya dalam menjaga wahyu.
4. Hadits-hadits Palsu dan Lemah Jadi Landasan Utama
Mayoritas riwayat dalam kitab-kitab hadits Syiah seperti Al-Kafi karya Al-Kulaini tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Bahkan, ulama Syiah sendiri mengakui bahwa hanya sebagian kecil dari ribuan hadits dalam kitab tersebut yang benar-benar sahih menurut standar mereka sendiri.
Sementara itu, mereka menolak hadits-hadits shahih dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim hanya karena diriwayatkan oleh sahabat yang mereka benci, seperti Abu Hurairah, Aisyah, Umar, dan lainnya.
5. Ritual-ritual Bid’ah dan Tidak Ada Dasarnya
Syiah memiliki banyak praktik yang tidak dikenal dalam Islam, seperti meratap, menyiksa diri saat Asyura, mencela para sahabat, dan nikah mut’ah. Semua ini tidak pernah dicontohkan oleh Nabi ﷺ maupun Ahlulbait yang sejati.
قال رسول الله ﷺ: "من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو ردّ"
“Barang siapa mengada-adakan dalam urusan (agama) kami ini sesuatu yang bukan darinya, maka itu tertolak.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Nikah mut’ah yang mereka anggap sebagai bagian dari syariat, justru telah diharamkan oleh Nabi ﷺ secara tegas:
"إني كنتُ أذنتُ لكم في الاستمتاع من النساء، وإن الله قد حرَّم ذلك إلى يوم القيامة"
“Dulu aku pernah mengizinkan kalian untuk melakukan mut’ah dengan wanita, namun sekarang Allah telah mengharamkannya sampai hari kiamat.”
(HR. Muslim)
Penutup: Syiah Adalah Paham yang Tidak Berdiri di Atas Wahyu
Setelah meneliti berbagai keyakinan dan praktik Syiah, jelas bahwa mereka tidak memiliki pijakan dalam Al-Qur’an dan hadits shahih. Sebaliknya, mereka membangun ajaran di atas riwayat palsu, kebencian terhadap sahabat, dan pemahaman yang menyimpang.
Umat Islam Indonesia harus waspada agar tidak tertipu dengan kemasan manis dakwah Syiah yang kerap dibalut dengan istilah cinta Ahlulbait, pluralisme, dan solidaritas. Padahal di balik itu tersembunyi upaya merusak akidah dan persatuan umat.
"وَمَن يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ ۖ وَسَاءَتْ مَصِيرًا"
“Barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti selain jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia dalam kesesatannya dan Kami masukkan dia ke dalam Jahannam. Dan itu seburuk-buruk tempat kembali.”
(QS. An-Nisa: 115)
Mari jaga akidah kita agar tetap bersih dari kesesatan, dan terus berpegang teguh pada ajaran Islam yang murni sesuai Al-Qur’an dan Sunnah Nabi ﷺ yang sahih, sebagaimana dipahami para sahabat dan ulama Ahlus Sunnah.
(albert/syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: