Breaking News
Loading...

Mengapa Negara-Negara Sunni Harus Berhati-Hati terhadap Syiah?


Syiahindonesia.com
– Dalam dunia Islam saat ini, perbedaan mazhab bukan hanya sekadar perbedaan fikih, tapi juga menyangkut persoalan akidah dan loyalitas. Salah satu yang paling mencolok adalah perbedaan antara Sunni dan Syiah. Meskipun banyak yang menyerukan dialog dan perdamaian, fakta di lapangan menunjukkan bahwa negara-negara Sunni harus waspada terhadap gerakan dan penyebaran paham Syiah yang sering disusupi agenda politik dan ideologi.

Berikut ini adalah beberapa alasan penting mengapa negara-negara Sunni perlu bersikap hati-hati terhadap pengaruh dan ekspansi ideologi Syiah.


1. Perbedaan Akidah yang Mendasar

Perbedaan antara Sunni dan Syiah bukan hanya soal cabang hukum Islam, melainkan menyentuh akar akidah. Syiah meyakini bahwa imamah (kepemimpinan) adalah rukun agama, dan mereka menganggap para imam sebagai ma’shum (terpelihara dari dosa), setara bahkan lebih tinggi dari para nabi. Keyakinan ini tentu bertentangan dengan prinsip Ahlus Sunnah yang menolak segala bentuk kultus terhadap manusia setelah Nabi Muhammad ﷺ.

Mereka juga menolak mayoritas sahabat Nabi ﷺ dan menuduh mereka sebagai pengkhianat, padahal para sahabat adalah perantara utama dalam menyampaikan Al-Qur’an dan Sunnah.

﴿وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ﴾
“Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya.”
(QS. At-Taubah: 100)


2. Sejarah Panjang Pengkhianatan Politik

Dalam sejarah Islam, banyak peristiwa penting yang menunjukkan adanya peran destruktif dari sebagian Syiah dalam meruntuhkan kekuatan umat Islam. Beberapa contoh antara lain:

  • Keruntuhan Baghdad (1258 M): Hancurnya kekhalifahan Abbasiyah oleh serangan Mongol dibantu oleh tokoh Syiah bernama Ibn Al-‘Alqami yang menjadi menteri khalifah.

  • Peran Syiah dalam konflik Timur Tengah modern, seperti dukungan mereka terhadap rezim-rezim tertentu demi kepentingan ekspansi ideologi.


3. Strategi Taqiyah yang Membingungkan

Syiah memiliki konsep taqiyah, yaitu menyembunyikan keyakinan mereka demi maslahat. Dalam konteks negara, ini bisa menjadi alat infiltrasi yang berbahaya. Taqiyah membuat sulit mendeteksi mana yang jujur dan mana yang sedang menyebarkan pengaruh secara tersembunyi.


4. Ekspansi Politik atas Nama Agama

Negara seperti Iran telah lama menjadikan ideologi Syiah sebagai alat politik. Mereka tidak segan menyebarkan pengaruh ke negara-negara mayoritas Sunni, seperti Yaman (melalui Houthi), Lebanon (Hizbullah), Suriah (dukung Bashar Assad), dan bahkan ke Asia Tenggara.

Ekspansi ini dilakukan melalui:

  • Bantuan ekonomi kepada kelompok-kelompok minoritas Syiah.

  • Beasiswa pendidikan ke Qom dan Najaf.

  • Pendirian lembaga-lembaga dakwah yang membawa propaganda Syiah.

  • Media internasional berbahasa Arab dan lokal.


5. Ancaman Disintegrasi Sosial dan Keamanan

Kehadiran Syiah dalam jumlah besar di negara Sunni sering kali menciptakan dualisme ideologi yang mengarah pada konflik sektarian. Contohnya:

  • Yaman: Konflik antara Houthi (Syiah Zaidiyah) dan pemerintah Sunni menyebabkan perang saudara berkepanjangan.

  • Suriah dan Irak: Ketegangan Sunni-Syiah menciptakan konflik berdarah yang menghancurkan struktur sosial dan keamanan nasional.

  • Bahrain dan Arab Saudi: Demonstrasi dan pemberontakan kerap terjadi di wilayah dengan mayoritas Syiah.


6. Bahaya Infiltrasi Budaya dan Pendidikan

Penyebaran buku, seminar, dan pengaruh media dari Syiah ke negara Sunni adalah strategi jangka panjang yang harus diwaspadai. Banyak pemuda dan mahasiswa Muslim tertarik karena dibungkus dengan narasi “cinta Ahlul Bait”, padahal di balik itu tersembunyi pemahaman sesat seperti:

  • Pengutukan sahabat.

  • Pembenaran nikah mut’ah.

  • Kepercayaan bahwa Al-Qur’an telah dirubah.

  • Penolakan terhadap kitab-kitab hadits Sunni seperti Shahih Bukhari dan Muslim.


Kesimpulan

Negara-negara Sunni wajib bersikap bijak namun waspada. Toleransi tidak berarti membuka pintu terhadap infiltrasi pemikiran yang berbahaya. Penegakan akidah dan perlindungan terhadap generasi muda dari pengaruh ideologi menyimpang seperti Syiah adalah bagian dari tanggung jawab agama dan kenegaraan.

Langkah-langkah seperti pengawasan terhadap literatur, pendidikan akidah yang benar, dan pemantauan lembaga dakwah asing harus diperkuat agar umat tidak tergelincir ke dalam penyimpangan.




************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: